Ruangan tempat keluarga Atmadja dan keluarga Elin makan mendadak membeku dalam keheningan. Tapi ini bukan keheningan biasa. Ini adalah jenis keheningan yang membuat napas terasa lebih berat, sendok tak lagi berani menyentuh piring, dan percakapan terputus di ujung tenggorokan. Seolah semua orang di meja itu sadar… sesuatu telah berubah sejak lima belas menit lalu. Sejak nama Wiranata muncul, disusul kedatangan mereka dengan langkah-langkah halus namun mengguncang seluruh atmosfir restoran bintang lima itu, meja yang semula hangat dengan pembicaraan tentang tanggal pernikahan dan jumlah undangan kini terasa seperti medan perang dingin. Semua diam—tapi bukan karena tidak ada yang ingin dibicarakan. Justru karena terlalu banyak yang tak tahu harus dikatakan. Pelayan-pelayan yang biasanya sa

