20) PABRIKNYA LEBIH MANTAB!

2116 Words

Ruang tamu itu masih dipenuhi sunyi, tapi kini bukan lagi sunyi yang canggung—melainkan sunyi yang seperti menunggu ledakan. Elang duduk dengan tubuh condong ke depan, siku menumpu di lutut. Wajahnya muram, rahang menegang. Delon berdiri di dekat rak buku, satu tangannya menyentuh tepian foto keluarga yang sudah lama tidak diubah. Ia belum bicara. Tapi sorot matanya… tajam, tenang, seperti badai yang belum datang. “Papa beneran jalan sama Keira?” Delon menoleh perlahan. “Iya.” Jawaban itu seperti pukulan yang sudah Elang tahu akan datang, tapi tetap saja rasanya menghantam keras. “Papa… serius?” “Papa nggak main-main.” Elang bangkit berdiri. Matanya merah, nadanya meninggi. “Itu mantan aku, Pa!” Delon tak mundur. Ia menatap anaknya dengan mata yang tak menyala tapi dalam—penuh s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD