Alvaro kabur

1716 Words

Waktu menunjukkan pukul 19.04. Di kamar lantai tiga, Epi, Rami, dan Rora masih duduk santai. Musik pelan mengalun dari speaker kecil di meja kerja. Rora rebahan di ranjang sambil memainkan ponsel, sementara Rami memutar-mutar pena di jari—kebiasaannya kalau sedang berpikir. Epi duduk bersandar di sofa kecil, matanya menatap langit-langit, kosong tapi waspada. Rora: (menghela napas) “Masih jam tujuh. Lama banget nunggu jam dua. Aku bisa tidur dulu gak ya?” Rami: (tanpa menoleh) “Tidur aja, asal jangan ngorok.” Rora: “Hei! Aku gak pernah ngorok.” Epi: (datar, tapi terdengar geli) “Kau ngorok. Dua malam lalu.” Rora: (cemberut) “Itu karena aku capek habis nyari alat pengalih!” Rami: (tersenyum tipis) “Alasan klasik.” Tawa kecil terdengar, ringan tapi tetap terasa tegang di udara. Meski

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD