BAB 1 – Pernikahan

1641 Words
Siang yang indah untuk pasangan yang indah. Mentari bersinar terik memancarkan cahaya terang memikat. Kota kembang yang dingin di malam hari, namun begitu panas di siang hari. Wanita-wanita tua selalu berkisah kepada cucu-cucu mereka bahwa dulu, kota kembang ini sangat sejuk dan melenakan. Namun kini, kota kembang sama saja dengan kota bengkuang. Panas dan gerah. Sepasang insan yang sudah tidak muda lagi masih canggung dan malu-malu. Mereka masih salah tingkah dan saling mencuri pandang bak pasangan remaja yang baru mengenal cinta. Cinta yang sudah tertanam semenjak mereka belia, akhirnya bisa mereka rengkuh dalam ikatan suci penuh romansa. Cinta yang terhalang oleh kesalahan takdir di masa lalu. Andhini Saraswati dan Reinald Anggara, pasangan yang sempat menjalin hubungan haram yang cukup lama. Semua berawal dari tersiksanya batin seorang pria karena tidak pernah mendapat perlakuan baik dari istrinya. Sang wanita pun sama, terjebak penikahan tanpa cinta dengan pria yang seharusnya menikah dengan kakak perempuannya. Bertahun-tahun mereka mencoba menghilangkan rasa yang sudah tertanam semenjak sang wanita berusia lima tahun. Mencoba hidup normal dengan pasangan masing-masing. Namun, semua berubah ketika Reinald Anggara mulai mencoba menggoda Andhini. Rumah yang sepi, status sebagai saudara ipar membuat Reinald kehilangan akal sehat. Ia menggoda dan menggauli kekasih masa kecil yang kini adalah adik iparnya sendiri. Status itu, membuat mereka semakin lupa akan dosa. Tidak ada aral melintang yang mereka hadapi selama menjalani hubungan haram sehingga lahir seorang bayi laki-laki. Namun, Tuhan tidak pernah tidur. Andhini dan Reinald mendapatkan hukumannya masing-masing. Siapa sangka, Tuhan masih berbaik hati menyentuh jiwa mereka berdua sehingga bisa meraih cintanya Tuhan. Mereka sama-sama bertaubat setelah melewati beberapa lika-liku kehidupan. Mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Andai saja pertemuan ini sama dengan pertemuan dua atau tiga tahun yang lalu, pasti mereka sudah menghabiskan hari di hotel atau apartemen dan saling mengecap manisnya tubuh masing-masing. Namun, jangankan untuk saling b******u, saling tatap saja mereka enggan. Mereka sama-sama jengah. Mereka berusaha menahan tiupan godaan setan. Mereka duduk di kursi masing-masing dan masih saja canggung. Mereka berdua masih tidak menyangka takdir akan membawa mereka pada titik ini. “Andhini ... a—aku, aku tidak menyangka semua akan seperti ini. Apakah aku bermimpi?” Reinald berusaha menatap Andhini, namun wanita itu masih menunduk. “Entahlah, Mas ... aku juga tidak tahu. Tapi yang perlu kamu ketahui, hatiku masih sama seperti dulu. Aku ... aku masih mencintaimu.” Andhini semakin memperdalam tundukannya. Ia berusaha menyembunyikan netra yang basah oleh tangis haru bahagia. “Hhmm ... Andhini, aku harus segera pulang. Aku akan memberitahu Asri, Andi dan semuanya mengenai hal ini. Aku ... Aku tidak akan menemuimu sebelum kamu halal untukku. Ya Allah ... Alhamdulillah, ternyata engkau masih begitu sayang padaku dan Asri.” Reinald menatap langit-langit resto itu. “I—iya, Mas. Aku juga harus memberitahu masku dan juga yang lainnya.” Andhini masih enggan menatap Reinald. “Andhini, mas pergi sekarang ... Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam ....” Reinald segera berlalu dari resto itu. Hatinya bahagia dan berbunga-bunga. Ia berhutang budi banyak kepada Ammar. Pria tampan yang memiliki hati sebening berlian. Ingin rasanya Reinald memeluk pria itu untuk mengucap milyaran terima kasih, tapi ia sadar jika Ammar pasti sedang terluka. - - - - - Bandung, 22 Februari 2019. Jum’at penuh berkah. Rumah besar milik orang tua Andhini, kini kembali ramai dan semarak. Yori—sang pemilik Wedding Organizer—menyulap rumah itu bak istana megah. Pelaminan khas sunda sudah terpasang indah di bagian dalam rumah besar itu. Andhini dan keluarganya sepakat tidak terlalu memakai ritual adat dalam pesta pernikahan itu. Pasalnya, ini bukanlah pernikahan pertama untuk Andhini mau pun Reinald. Ke dua orang tua Andhini juga sudah tiada untuk melengkapi berbagai ritual adat yang seharusnya. Mereka hanya akan melaksanakan akad nikah dan resepsi yang akan habis dalam satu hari. Andhini begitu memesona dalam balutan kebaya putih khas sunda. Hijabnya benar-benar menutupi bagian d**a dan punggung rampingnya. Yori—sang pembuat baju—benar-benar mengerti selera pelanggannya. Pria yang sedikit kemayu itu, juga merubah wajah Andhini sehingga terlihat sepuluh tahun lebih muda dengan keterampilan riasannya.  “Andhini ... selamat, Sayang ... semoga setelah ini tidak ada lagi air mata. Maafkan jika dulu mbak juga pernah membuatmu terluka dan kecewa.” Resti memeluk hangat adik bungsunya itu. “Mbak ... aku sudah melupakan semuanya. Aku mencintai mbak, mas Agung dan juga mas Alfian. Sayang, hari ini tidak sempurna karena tidak ada mas Arya dan juga Aulia.” Seketika netra Andhini berkaca-kaca. Bahkan ia tidak mampu menahan luapan lahar dingin nan asin itu. “Andhini ... tolong jangan menangis, nanti riasanmu rusak. Percayalah, Aulia saat ini juga sedang berbahagia. Suatu saat nanti, ia pasti akan mencarimu.” Resti berusaha membesarkan hati Andhini. “Iya, Mbak. Semoga Allah kembali mempertemukan kami. Aku sungguh merindukan Aulia.” “Tante ... Masya Allah, tante cantik sekali. Alhamdulillah, akhirnya doa aku terkabul. Akhirnya kita bisa tinggal bersama menjadi satu keluarga. Aku nggak mau pisah sama tante dan Andre.” Asri tiba-tiba masuk ke dalam kamar tempat Andhini di rias, gadis itu sangat bahagia. “Sayang ....” Andhini merangkul hangat keponakan yang sebentar lagi akan menjadi anak sambungnya. “Andhini, ayo keluar. Akad nikah akan segera diadakan.” Alfian memanggil adik bungsunya sementara Agung sudah duduk di depan Reinald untuk menjadi wali nikah adiknya. Andhini mengangguk. Andhini merasa banyak yang kurang di acara pentingnya kali ini. Velinda selaku sahabat baik, tidak hadir di sana. Andhini mengerti, pasti Velinda dan keluarganya kecewa dengan semua ini. Sebab rencana pernikahannya dengan Ammar—adik Velinda—kandas karena Andhini masih mencintai Reinald Anggara. Aulia—putri Andhini bersama Soni yang merupakan mantan suaminya—yang seharusnya menjadi orang paling penting, juga tidak ada bersama mereka. Apalagi Ammar—mantan tunangan Andhini—pria itu juga tidak datang. Sebaik-baiknya Ammar, hatinya pasti masih sakit jika melihat orang yang ia cintai mengucap sumpah pernikahan dengan orang lain. Andhini sudah duduk di sebelah Reinald, tapi mereka masih belum saling tatap. Semua anggota keluarga besar Andhini hadir di acara besar itu. Tidak banyak yang tahu mengenai skandal hubungan terlarang Andhini dengan Reinald. Yang mereka tahu, Reinald turun ranjang sebab mereka berdua sama-sama sendiri. Setelah hampir satu jam berlalu dengan sedikit kata sambutan, wejangan dan siraman rohani singkat dari penghulu, sampailah di puncak acara penting. Saat di mana Reinald mengucap sumpah yang akan mengikatnya secara halal dengan Andhini. “Saya terima nikah dan kawinnya Andhini Saraswati binti Yasri dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan satu set perhiasan emas di bayar tunai.” Reinald menyelesaikan ikrarnya hanya dalam satu kali tarikan napas. “Bagaimana para saksi, sah?” Penghulu bertanya kepada semua yang hadir di rumah itu, sementara Agung belum melepaskan genggamannya dari tangan Reinald. “Sah ... sah ... sah ....” Semua menjawab dengan suka cita. Suasana yang tadinya hening, seketika berubah heboh. Agung melepaskan genggamannya dan mulai menengadah tangan mengikuti penghulu yang tengah membacakan doa. Semua sudah selesai, Reinald berhasil menjadikan Andhini pasangan halalnya di usianya yang sudah lewat empat puluh dua tahun. Sementara Andhini terpaut enam tahun di bawah Reinald. Tidak muda memang, tapi beratnya perjuangan cinta mereka membuat mereka merasakan kebahagiaan melebihi pasangan perawan dan perjaka. Untuk pertama kalinya, Andhini menyentuh tangan Reinald sebagai suaminya. Tangan lembut Andhini bergetar tatkala kulitnya bersentuhan dengan kulit Reinald. Lucu? Memang ... Bagi sebagian orang yang tidak mengerti apa itu hidayah dan nikmatnya sebuah hidayah, hal itu akan terkesan lucu dan mustahil. Bagaimana tidak lucu, mana mungkin Andhini dan Reinald sama-sama bergetar ketika kulit mereka bersentuhan sebagai pasangan halal sementara mereka sudah berkali-kali merasakan nikmatnya sebuah penyatuan haram.   Tapi kini, Tuhan sudah membalik hati mereka. Tuhan sudah memutar roda kehidupan mereka. Mereka sudah sama-sama berubah dan meraih cintanya Tuhan. Perkara hukuman atas dosa? Itu adalah kuasanya Tuhan. Entah dosa itu akan dihapus dan mereka akan kembali seperti kertas putih yang suci, atau mereka tetap singgah sejenak merasakan perihnya lubang jahannam sebelum nanti abadi di surganya Ilahi Rabbi. Reinald dan Andhini saling tatap. Netra itu beradu hangat. Reinald tidak menyangka, gadis kecilnya dulu kini sudah menjadi pendamping hidupnya. Gadis kecil dengan boneka panda yang basah dan berlumut. Sang putri kodok yang selalu menangis mengadu setiap diusili oleh saudaranya. Kini, putri dan pangeran kodok itu bertemu di pelaminan. Menjadi pasangan halal dalam ikatan suci pernikahan. Sang wanita yang begitu cantik memesona, bertemu dengan pria tampan berwajah oriental. Satu kata untuk pengantin baru itu, sempurna. - - - - - Siapa bilang, malam pertama untuk pasangan yang pernah terjerat hubungan haram tidak istimewa? Mungkin dulu, mereka sudah biasa melakukan hal-hal yang di larang agama, semua karena campur tangan setan dan nafsu semata. Namun kini, mereka sudah berbeda. Canggung dan asing. Memang terlihat aneh, apalagi mereka sudah tidak lagi muda. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Andhini sudah selesai membersihkan diri dan sudah mengenakan gaun malam yang tidak terlalu seksi. Wanita itu sudah selesai mengerjakan shalat terakhirnya, dan kini ia tampak sangat lelah. Andhini mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang baru di dalam kamar bekas kamar Aulia. Tidak lama, Reinald keluar dari kamar mandi. Pria itu terlihat begitu segar. Ia juga sudah mengenakan piyama tidur biasa. Reinald juga sudah selesai mengerjakan shalat Isya tiga jam yang lalu. Reinald melihat istrinya sudah membaringkan diri di atas ranjang. Tubuhnya sudah tertutup selimut dengan sempurna. Pria itu pun mulai naik ke atas ranjang yang sama. Jantungnya tiba-tiba bergedup kencang, ia gugup dan begitu canggung. Reinald melihat Andhini sudah terlelap. Pria itu terus menatap wajah Andhini dengan tatapan penuh cinta. Perlahan, Reinald mulai memberanikan diri membelai lembut wajah Andhini. Terima kasih ya Allah ... terima kasih engkau telah menyatukan kami dalam ikatan halal nan suci. Ampuni segala dosa masa lalu hamba ya Rabb, Reinald bergumam dalam hatinya. Pria itu tidak kuasa menahan sesak di d**a sehingga membuat tetesan bening keluar dari netranya. Reinald mengecup lembut kening Andhini, lalu merebahkan diri tepat di depan istrinya. Hanya dalam hitungan detik, Reinald pun terlelap dalam nikmat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD