Andhini terus memerhatikan pembicaraan antara suaminya dan Syifa. Ia masih berdiri kaku di tempatnya. Hatinya sakit, tapi juga haru melihat ketegasan Reinald menolak permintaan wanita muda yang kini ada di hadapannya. “Syifa, kamu sudah salah menilai saya. Saya tidak seperti yang kamu bayangkan. Anita terlalu berlebihan menilai saya. saya hanya pernah membantunya sekali, hanya itu.” Syifa kembali menggenggam tangan Reinald, “Pak, saya mohon ....” Reinald membiarkan tangannya digenggam oleh wanita itu. Tangan Syifa terasa sangat lembut dan panas. “Syifa, kamu demam?” Reinald menyentuh lembut kening Syifa. Ia merasakan suhu tubuh Syifa tidak biasa. Reinald segera melepaskan genggaman Syifa dan mulai menoleh ke belakang, “Dokter, To—.” Ucapan pria itu terhenti. Netranya kini beradu den

