Ruby Hazel yang saat kini sedang berdiri di depan kompor untuk membuat mie instan karena lapar di malam hari, kaget dengan kedatangan cowok berbadan tinggi dan kekar.
Ya, dia adalah Liam Wiliam. Teman dari kakak Ruby yang bernama Robert Hazel.
Wajah dingin Liam membuat Ruby takut sampai gak berani melihat ke arah Liam.
"Di depan banyak makanan, kenapa rebus mie instan?" Baru kali ini Ruby di tanya oleh Liam walau cowok itu sering berada di rumahnya. Untuk menghabiskan waktu bersama kakak juga teman-temannya yang lain.
"Lagi pengen mie kak," sahut Ruby tanpa melihat ke arah Liam.
"Aku denger kalau kamu suka sama stroberi, mau makan stroberi?"
Liam mengambil kue dari dalam kulkas dan ada beberapa toping stroberi di atasnya.
Cowok itu mengambil satu lalu memberikannya pada Ruby.
Tapi saat Ruby hendak mengambil. Tiba-tiba Liam memasukan ke dalam mulutnya, tapi masih menyisakan separuh buah itu di luar bibirnya.
Liam semakin mendekat ke arah Ruby yang kini terpojok, Liam juga mengarahkan stroberi tersebut ke arah bibir Ruby dengan sedikit menunduk karena tinggi Liam yang 185cm, sedangkan Ruby hanya 160cm.
Netra Ruby fokus pada stroberi di bibir Liam yang semakin mendekat.
Satu jari telunjuk Liam mengangkat dagu Ruby dan kini mereka sukses berbagi stroberi.
Setengah Liam mengunyah stroberi di dalam mulutnya, dan kini meninggalkan Ruby yang masih mematung seorang diri karena kejadian itu begitu cepat.
Sambil mengunyah stroberi di dalam mulutnya. "Astaga mie instan gue." Dengan cepat Ruby mengangkat mie instan yang sudah sangat matang itu.
Ruby membawa satu mangkok mie instan menuju kamarnya yang harus melewati ruang keluarga, yang di mana kakak dan teman-temanya yang lain sedang berkumpul di sana.
Bukan hanya teman-teman Robert, bahkan mereka juga membawa pasangan masing-masing.
"Bikin apa de?" tanya Robert yang walau dia terlihat bad hoy, tapi dia sangat menyayangi adik satu - satunya yang saat ini tinggal Ruby anggota keluarga satu-satunya yang Robert punya.
Kedua orang tua Ruby dan Robert meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat saat mereka sedang menjalani perjalanan bisnis.
"Mie," sahut Ruby yang tak mau melihat ke arah kerumunan para pasangan itu, hati Ruby terasa sakit saat melihat pacar Liam bersandar di bahu cowok itu. Mengingat tadi apa yang mereka lakukan di dapur tanpa sepengetahuan kakaknya.
"Makan mie mulu sih, kan bisa pesen makanan yang kamu mau de," seru Robert.
"Maunya mie, "sahut Ruby singkat dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.
Robert mengejar langkah Ruby dengan satu box pizza yang ada di tangannya untuk mereka pesan tadi untuk makan.
"Jangan makan mie mulu, makan pizza ini aja nih," Robert meletakan pizza tersebut dia atas meja belajar Ruby.
"Iya, makasih kak," Ruby mengangguk pelan.
"Habis makan jangan langsung tidur ya! inget kunci pintu karena malam ini temen-temen kakak semuanya pada mau nginep di sini, kalau tidur nanti pake penutup kuping, takut kamu denger hal-hal yang seharusnya kamu nggak denger nanti."
Ruby kembali mengangguk mengerti, ia tahu apa yang di maksud oleh kakaknya itu.
"Berati kak Liam juga dong?" gumam Ruby yang langsung membuatnya tak nafsu makan.
Ruby cemberut, membayangkan malam nanti cowok itu akan bergelut dengan pacarnya.
"Ngapain gue harus cemberut, lagian gue nggak ada hak kan? apa lagi untuk cemburu, kak Liam juga pasti cuma nganggep gue anak kecil yang masih bau kencur, dumelnya kesal.
Ruby menatap dirinya di cermin, " Walaupun muka gue masih kaya bocil, tapi badan gue nggak kalah bagusnya dari pacar kak Liam.
Gue juga putih, rambut gue bagus kok, badan gue langsing, eh... ini langsing apa kurus ya?" ocehnya saat menatap dirinya di pantulan cermin.
malam itu tak terasa mereka sudah masuk ke dalam kamar masing-masing untuk tidur dengan pasangan masing-masing, setelah mereka puas berpesta dan minum alkohol sampai mabuk.
Tapi berbeda dengan Liam, cowok itu memilih menyendiri dan membiarkan Keysa, kekasihnya saat ini tidur seorang diri di dalam kamar.
Tanpa sadar bahkan Liam yang tak mabuk pun melangkah menuju kamar Ruby.
Tok tok tok...
Ruby yang saat itu belum bisa terpejam dan masih nonton drakor, berjalan ke arah pintu untuk membuka, Ruby mengira bahwa itu adalah kakaknya.
Klek.
Ruby terkejut saat tahu siapa yang ada di depan pintu.
"Kakak ngapain di sini?" lirih Ruby yang tak mau suaranya terdengar oleh kakaknya.
Tanpa aba- aba dan persetujuan Ruby, Liam masuk ke dalam kamar Ruby begitu saja.
"Kak, nanti pacar kakak nyariin kakak loh,"
"Kamarnya lucu, kaya yang punya."
Deg! Blush! seketika wajah ruby merona mendengar apa yang Liam katakan.
"Kakak lagi ma buk kan? mending kakak keluar deh sebelum pacar kakak nyariin kakak karena kak Liam nggak ada di kamarnya."
"Kakak maunya sama kamu, gimana dong?" wajah Ruby semakin merona.
"Maksud kakak apaan? jangan buat salah paham kak, nanti malah ruwet."
"Ruwet gimana? salah paham apanya? emangnya kamu ngerasa tadi itu apa? jangan-jangan kamu udah biasa sama cowok lain kaya gitu?"
Ruby yakin bahwa perkataan Liam menuju ke arah di mana mereka tak sengaja berciuman di dapur tadi dengan menggunakan stroberi sebagai perantara.
"Mana ada, tadi itu..... 'bahkan ciu man pertama aku,' lirih Ruby.
"Jadi gimana kita lanjutin hal yang tadi? Kakak rasa yang tadi hanya pemanis,"
Ruby terkesiap saat pinggangnya sudah lebih cepat di tarik oleh Liam.
"Kak..." pekik Ruby panik.
"Hem.... bibir kamu manis rasa stroberi."
Liam kembali menarik dagu Ruby dengan satu jari telunjuknya.
"Kakak tahu kalau kamu suka kan sama kakak? gimana kalau kakak bilang jika kakak juga suka sama kamu?"
Ruby menelan ludahnya dengan kasar, ia tak menyangka jika perasaanya akan terbalas begitu cepat, tapi Ruby kembali lesu, mengingat bahwa Liam sudah mempunyai pacar
"Tapi kakak kan udah punya pacar," lirih Ruby yang kembali tertunduk.
"Kita diam-diam aja dulu, sampai kakak nanti bisa mutusin Keysa," desis Liam di telinga Ruby. "Gimana?" tanya Liam kemudian.
"Jangan kelamaan mikir, nanti kakak puter balik loh," kata Liam karena Ruby terdiam.
"Hem...." Ruby mengangguk sebagai jawaban.
"Bocil pinter."
Liam langsung mengangkat badan Ruby dan menggendongnya ala koala, meletakkannya di atas meja belajar Ruby.
Menarik pinggul Ruby agar cewek itu semakin mendekat dan pada akhirnya Liam mendaratkan bibirnya di bibir Ruby.
Memberikan sekopan yang membuat Ruby semakin hilang kendali.
"Kak....!!" desis Ruby lirih yang langsung di bungkam oleh Liam dengan telapak tangannya.
"Jangan berisik sayang nanti Robert denger," Ruby mengangguk pelan saat Liam kembali menyekop leher jenjangnya nan putih itu, memberikan sedikit tanda kepemilikanya di sana.
"Kak jangan, nanti kak Robert liat," parau Ruby.