CHAPTER 2

1469 Words
Manaka mengendap-endap, keluar dari rumahnya sendiri seperti maling. Sebisa mungkin jangan sampai membangunkan Aaron. Dia lalu melompat-lompat senang setelah sampai di jalan, berhasil lolos malam ini. Sebuah mobil telah menunggunya tak jauh dari sana. Manaka langsung masuk, ikut dengan teman-temannya untuk bersenang-senang di klub kabaret. “Wanita dan sake memang yang terbaik!” seru Manaka senang, merangkul dua orang wanita di sisi kanan dan kirinya. Teman-teman sesama gangster itu tertawa dengan keras. “Sudah bosan dengan pacar barumu?” tanya teman dekatnya, Yuu. “Kukira kau sudah tak mau dengan wanita,” sambung teman yang lain, Hirano. “Aku benci dia, b******n sialan itu bertingkah lebih menyebalkan dari ibuku.” Manaka menjawab dengan keras. Meletakkan gelas dengan kasar, mulai mengeluhkan betapa sialan sikap Aaron. “Yang bagus darinya hanya wajah,” sambung Manaka. “Seganteng itu?” Hirano penasaran. “Daripada ganteng, lebih ke cantik. Gorgeous, luxurious and sexy,” jelas Yuu. Sudah pernah bertemu dengan Aaron, tipe dombanya. Bukan tipe dominannya. “Dia semacam tempat tidur mahal?” Hirano bertanya lagi, habis jawaban Yuu agak sulit dipahami. “Panggil Aaron ke sini, Manaka! Hira-chii bakal tahu sendiri kalau sudah lihat.” Tingkahnya juga sulit dipahami, sama dengan ucapan. “Dasar bodoh! Kau pikir aku sampai kabur diam-diam ke sini kenapa? Aku tak mau dia tahu aku pergi bersenang-senang!” Refleks Manaka meninju wajah Yuu, temannya itu hanya tertawa saja. Pukulan Manaka tak sesakit kelihatannya, tubuh besar kekal itu hanya pajangan saja. “Takut istri,” ejek Yuu. “Aku akan membunuhmu.” Manaka sudah main kaki, menginjak punggung Yuu kesal. Dia tak takut pada istri dan Aaron bukan istrinya. Baru begini saja mereka sudah mengejeknya bilang dia takut istri, apalagi bila mereka tahu dia yang jadi pihak perempuannya. Untung tubuhnya lebih besar dan kelihatan jantan daripada Aaron, sehingga orang-orang secara alami berpikir Aaron yang jadi uke. “Kalian konyol sekali. Aku tak terlalu ingin lihat pacar laki-laki Manaka kok.” Hirano biarkan saja Manaka dan Yuu saling gulat, dia pesan sake lagi. Panggil wanita tambahan sambil menonton tarian di atas panggung. Mau bilang cantik bagaimana juga, laki-laki tetap saja laki-laki. Tubuhnya keras, kebanyakan otot dan yang pasti tak akan sehalus kulit wanita. Hirano tak ingin tahu dunia lain seperti itu, dia cukup puas dengan kehidupannya sekarang. “Omonganmu seperti aku ingin berpacaran dengannya saja,” keluh Manaka, sudah melepaskan Yuu. “Jadi tak mau? Kenapa tak putuskan saja?” Hirano menanggapi dengan enteng.  “Manaka tak bisa,” Yuu yang menjawab. “Kenapa? Kau tak suka, punya kekuatan dan kekuasaan. Masa memutuskan seorang pacar saja tak bisa.” Manaka buang muka, tak mau mengakui kalau dia sudah dikalahkan telak oleh Aaron. Juga soal dukungan pengaruh yang Aaron berikan untuk bisnis baru yang ia jalankan di luar negeri. “Aaron anak mafia internasional. Ayah Manaka sampai tak bisa berkutik, menyuruh Manaka untuk tak cari perkara,” jawab Yuu. Dia tahu segalanya karena ayahnya adalah bagian dari Kelompok Kusaka dan Yuu sendiri juga telah mengikuti jejak sang ayah. “Huaaa berat, kasihan,” komentar Hirano, tapi nada bicaranya datar. Manaka lama-lama emosi juga, teman-temannya memang selalu mengesalkan dari dulu. Dia gebrak meja. “Kalian itu, jangan hanya tertawa. Bantu aku pikirkan cara agar diputuskan!” Hanya itu satu-satunya cara lepas dari Aaron. Harus laki-laki cantik itu yang membuangnya, jadi Manaka tak akan kena efek buruk nantinya. “Bukannya gampang? Kautinggal pulang ke rumah setelah tidur dengan wanita lain, tinggalkan lipstik dan bau parfumnya di bajumu. Mau secantik apa juga, saat pacarnya lebih memilih wanita asli, dia pasti sakit hati.” Hirano memberi solusi dengan pemikiran enteng dan Manaka percaya saja. Ia lupa, kalau Aaron tak pernah ingin menjadi atau bersaing dengan wanita asli. “Kau benar!” seru Manaka bersemangat. “Kalian mau ikut denganku setelah ini? Akan kubelikan apa yang kalian mau.” Ia mulai mengajak wanita pendamping klub, tahu kalau kadang-kadang di luar jam kerja, mereka mau memberikan servis dengan bayaran tambahan. “Tentu saja mau, siapa yang berani menolak Manaka-san,” jawab keduanya serempak. Manaka sudah senang, tertawa keras-keras. Berniat minum-minum sebentar lagi sebelum membawa mereka ke hotel. “Oh, jadi sekarang kamu lebih suka yang rendahan? Yang lebih jelek dari ku?” Namun, saat pertanyaan dengan suara halus itu terdengar dari belakang sofanya, tawa Manaka lenyap. Rupanya itu Aaron yang sudah mengikuti dari tadi, duduk di sofa lain berlawanan arah dengan Manaka. Menunggu waktu yang tepat untuk menyergap aksi percobaan perselingkuhan pacarnya itu. Manaka menoleh takut-takut saat gadis-gadis klub itu marah pada Aaron. “Siapa yang kamu bilang jelek!” Salah satu di antara mereka telah menyiram muka Aaron dengan sake. “Kalian berdua,” balas Aaron dingin. Tersenyum manis penuh racun, wajahnya tampak sangat memesona, malah semakin seksi saat basah. Membuat orang-orang yang menonton mulai menertawakan kedua wanita itu. Tahu jelas siapa yang lebih cantik hanya dengan sekilas pandang. Kedua wanita itu juga sadar, mereka telah kalah telak. Menahan malu, lari ke belakang. Aaron memang tak berbelas kasih. Biarpun tahu Manaka yang salah dan mereka hanya ingin uang saja, dia tetap melukai hati mereka tanpa ragu. Manaka memberanikan diri, berdiri dengan jantan ingin melawan. “Memangnya kenapa kalau wajahmu lebih cantik? Tubuhmu itu hanya otot saja, aku sudah bosan!” Ia berkata kasar tak mau peduli, padahal kakinya gemetaran seperti anak jerapah baru lahir. Senyuman Aaron itu lho, seperti ada aura gelap di sekelilingnya. “Jadi begitu? Aku mengerti.” Mengerti soal apa? Kok Manaka tambah takut ya? Detik berikutnya tinju Aaron mendarat di perut Manaka, membuatnya pingsan. Jatuh ke dalam pelukan si domba jahat. Tatapan Yuu dan Hirano berubah horor seketika, melihat sosok kurus cantik itu bisa begitu mudah menumbangkan seorang bertubuh besar seperti Manaka. “Kubawa ia pulang. Tagihan kalian akan kubayarkan, bersenang-senanglah tanpa Manaka,” kata Aaron dengan nada manis, senyum lembut seperti bidadari. Seolah dia tidak mengangkut Manaka di pundaknya dengan enteng, hanya pakai satu tangan pula. Yuu mengangguk patuh. “Terima kasih Aaron-san.” Tiba-tiba jadi sopan, tahu jelas siapa yang harus dihormati dan siapa yang boleh ia remehkan. Hirano terpaku, menoleh pada Yuu setelah Aaron pergi. “Cara bicaramu berubah,” komentar Hirano. “Dia membawa pergi Manaka lho, tak ditolong?” “Kita dibayarkan istri Manaka, Hira-chii. Sudah wajar kalau aku berterima kasih,” alasan Yuu. Tak mau mengaku kalau dia sudah jadi fans dadakan Aaron. Versi domba memang gorgeous, tapi versi iblis yang lebih Yuu suka. Karismatik! “Manaka akan menendangmu nanti, dasar teman pengkhianat.” Hirano seakan tahu isi pikiran temannya itu, menghela napas kasihan sama Manaka. Walaupun dia tetap tak bergerak juga, minum-minum sama Yuu sambil goda wanita. *** Di luar klub kabaret itu, sudah ada Tifa yang menunggu. Ia duduk di dalam mobil, jadi supir Aaron karena tuannya itu belum cukup dewasa untuk membuat SIM. “Mau diapakan itu, Tuan?” tanyanya iseng, lihat Aaron memasukkan Manaka ke kursi belakang dalam keadaan tak sadarkan diri. Aaron lalu menutup pintu, buka pintu depan dan duduk di samping Tifa. “Sudah jelas, memberi hukuman penuh cinta.” Hukuman ala Aaron terdengar tak semanis nada suaranya, Tifa jadi tak sabar menantikannya. “Jadi dibawa ke rumahmu saja?” “Ya,” setuju Aaron. Aaron punya rumah di sini, dibeli tak lama setelah pindah. Di tepian kota, rumah besar di kelilingi oleh hutan dan pagar besi menjulang tinggi. Digunakan untuk segala kegiatan bisnis gelap. Aaron tak sesantai itu, dia tak suka hanya bermain saja tanpa bekerja, dia suka berbisnis. Jadi inilah yang ia lakukan, melatih sekelompok orang terbuang jadi tentara pribadi, menyewakan mereka pada petinggi di negara ini untuk melenyapkan musuh kliennya. Kita sebut saja agen jasa pembunuh bayaran. Tentunya Tifa juga ikut andil, asistennya itu sejenis kepala pelatih di sana. Ia mengawasi dan melatih secara khusus saat tak disuruh menjaga Emery atau jadi supir. Sebab Aaron tak butuh penjagaannya, si tuan sudah terlalu kuat. Mereka sampai pada tengah malam, butuh dua jam berkendara dengan kecepatan tinggi dari pusat kota. Aaron lalu mengeluarkan Manaka sendiri, menyuruh Tifa menyimpan mobil. Ia berniat untuk menginap di sini beberapa hari, mengajarkan Manaka pelan-pelan agar kapok, tak berani berpikir untuk menyelingkuhinya dengan wanita penghibur lagi. Kalau pasangannya laki-laki atau wanita baik-baik, Aaron tak akan sekesal ini. Dia kesal karena Manaka berani membandingkannya dengan orang yang dibeli dengan uang. Ini bukan cemburu, tapi rasa tersinggung. Ruangan yang ia pilih untuk hukuman adalah ruang cuci otak. Di bawah tanah, tak ada jendela atau ventilasi. Hanya ada satu ruangan terbuka terbuat dari bata. Dengan tempat tidur keras, toilet dan kamar mandi terbuka. Satu-satunya jalan keluar adalah pintu yang terbuat dari baja, dikunci dengan sidik jari. Bahkan di atas dinding belakang tempat tidur, terdapat empat rantai panjang yang disediakan untuk mengikat kaki dan tangan tahanan. Karena Aaron masih punya hati, dia hanya pasang rantai di tangan Manaka saja. Namun kebaikan hati itu hanya secuil, jadi Aaron menelanjangi Manaka. Memaksa pacarnya bangun dengan sentuhan intens penuh tuntut.                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD