Tessa kembali dalam sendiri bersama dengan pikirannya yang tak bisa ia tampik jika rasa penasarannya kian lama kian menjadi. Tessa tak mungkin lupa dengan kantung kue yang berasal dari toko kue langganannya. Kantung kue berwarna putih dengan logo toko besar yang berwarna keemasan menjadi berbeda beberapa jam lalu di antara kantung belanjaan Tessa dari super market. “Aku tak mungkin salah,” batin Tessa. Tessa ingat dengan baik jika dirinya telah membawa dengan begitu hati-hati dalam taksi yang ditumpanginya. “Aku suka aromanya. Kau pandai memilih kebutuhan suamimu, Tess.” Kalimat yang meluncur dari mulut Gemma beberapa jam lalu yang tiba-tiba kembali terngiang dengan jelas di telinga Tessa, bahkan wanita mungil itu merasa jika Gemma mengatakannya sekali lagi langsung di depan telingan

