Rintik gerimis di minggu siang yang menemani kesendirian Ganiya. Berteduh di sebuah toko kue yang tertutup entah karna alasan apa. Mungkin karna hari minggu? Atau minggu yang suram karna mendung? Atau karna hari ini masih hari di mana Ganiya ulang tahun?
Rasanya semakin menyesakkan saat cuaca dan kondisi sekitar sangat mendukung kesedihan dan kesunyian hati Ganiya. Ia harus bagaimana untuk berpura-pura bahagia disaat tidak ada satupun kondisi yang mendukungnya?
Ganiya berandai, disaat gerimis yang berubah menjadi hujan deras seperti sekarang, ada seorang pria setampan Rafa berdiri di hadapannya dan sedang menatapnya.
Pria tampan yang akan mengajaknya bersenda gurau menghilangkan kesunyian di sekitar. Mengulurkan secangkir kopi panas dengan senyum teramat manis, dan menanyakan tentang hari ini yang begitu berat.
Ganiya tenggelam oleh fake skenario yang ia buat. Tersenyum haru saat pria itu mengusap kepalanya memberi semangat. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi itu bisa membuat Ganiya kembali tersenyum. Senyum pertama di hari ini.
Saat Ganiya akan mendekatkan cangkir kopi yang ia genggam ke mulutnya, suara petir yang menggelegar membuat ia terkejut. Cangkir yang sebelumnya ia genggam terlepas dari genggaman dan berubah menjadi sebuah handphone.
Seakan tersadar, Ganiya menolehkan kepala kearah pria tadi. Tidak ada siapapun, hanya Ganiya sendiri di sini. Sedari tadi hanya Ganiya di sini. Bahkan tidak ada kopi panas, hanya ada handphone yang memang sedari tadi ia genggam.
Ganiya menunduk lesu dan mengambil handphone yang tadi terjatuh. Kesunyian kembali datang. Hatinya semakin merasa sepi saat ia menyadari ia telah berimajinasi memiliki teman di sisinya. Nyatanya, itu hanya imajinasinya.
Terlalu kesepian itu buruk. Seburuk itu sampai Ganiya menciptakan seseorang dalam imajinasinya.
Menghela nafas, Ganiya memutuskan untuk meninggalkan hamparan toko tempatnya berteduh. Berjalan di bawah hujan rasanya lebih baik dari pada terjebak dalam kesunyian. Setidaknya, suara hujan yang menimpa kepalanya cukup membuatnya merasakan keramaian.
Kost Ganiya terletak tidak jauh dari toko tadi, jadi tidak memerlukan waktu lama Ganiya sudah sampai di depan pintu Kost.
Ganiya memilih duduk di teras kost ketimbang langsung masuk kedalam. Mengecek kondisi handphonenya yang tidak menyala karna terkena air hujan.
"harus di service ini," ucap Ganiya pada diri sendiri sembari membolak balikkan handphonenya.
"Niya, lu dari mana?" seseorang wanita dengan balutan baju tidur berdiri di hadapan Ganiya.
"yaampun, kok bisa basah gini!" panik wanita itu sambil mengusap kepala Ganiya yang basah.
Wanita itu bernama Kak Uli, tetangga kost Ganiya. Seseorang yang mungkin pertama Ganiya hubungi saat terjadi sesuatu pada dirinya. Hanya Kak Uli yang Ganiya miliki.
"habis dari makam, Kak. Terus ke hujanan." perjelas Ganiya.
"habis dari makam? Berarti hari ini kamu ulang tahun? Yaampunn, happy birthday Ganiya. Bahagia selalu sayang." kak Uli mengucapkannya sembari mengusap wajah Ganiya yang basah.
Ganiya tersenyum membalas ucapan Kak Uli. Sudah lima tahun Ganiya bertetangga dengan Kak Uli. Kak Uli lah satu-satunya orang yang mengetahui apa yang terjadi padanya. Kak Uli yang menyaksikan kisahnya dengan Rafa. Dan Kak Uli yang mengetahui apa yang selalu Ganiya lakukan selama tiga tahun tanpa Rafa.
Tapi, itu tidak akan bertahan lama. Tiga bulan lagi Kak Uli akan menikah dan tinggal bersama suaminya, meninggalkan Ganiya untuk benar-benar sendirian lagi.
"Ganiya masuk dulu Kak, mau ganti baju." pamit Ganiya.
"iya buruan ganti baju, nanti kamu masuk angin."
Hanya balasan senyum yang bisa Ganiya berikan.
Setelah masuk dan menutup pintu kamar, Ganiya berfikir. Siapa lagi nanti yang akan menghawatirkannya seperti tadi saat Kak Uli sudah pindah? Apa Ganiya akan benar-benar sendirian? Tidak bisa kah Kak Uli jangan pergi?
Tetapi mereka tidak sedekat itu untuk saling tidak meninggalkan. Mereka hanya dua pasang manusia yang tinggal berdekatan dan mengetahui kondisi masing-masing. Seperti Ganiya yang baru tersadar akan kondisinya yang masih basa kuyup.
Merasa menggigil kedinginan seakan seluruh badannya sebentar lagi akan kaku. Ganiya berjalan kearah lemari dan mengganti pakaiannya.
Berusaha mengibur diri agar tidak semakin ingin pergi.