14

1098 Words
***ZACKI*** Malam ini kutatap Kiara sedang tertidur lelap si sampingku. Semenjak kami pulang dari Rumah sakit entah kenapa Kiara jadi tambah diam. Dia tidak bersuara jika aku tidak bertanya, dan dia hanya menjawab dengan jawaban singkat. Apa dia marah padaku? Tapi karena apa? Kubelai rambut Kiara lembut, Wanita yang kini tengah lupa siapa aku. Ku kecup puncak kepalanya, lalu keningnya, kulihat bibir kecilnya yang merah muda menggodaku agar dicium juga. Kutempelkan bibirku ke bibirnya, ku kecup singkat. Tapi bibir itu seakan – akan memintaku agar memberikan lebih dari sekedar kecupan. Ku dekatkan lagi tubuhku ke arah tubuh Kiara. Tanganku memegang tengkuk Kiara, dan aku sungguh tergoda untuk melumat bibir kenyal Kiara. Kiara terbangun karena lumatanku pada Bibirnya yang semakin dalam. Dia membelalakan matanya dan mendorong wajahku. Tapi aku belum mau melepaskannya, aku masih mau menikmati rasa manis di bibirnya, ku tahan tengkuk Kiara lebih kuat agar dia tidak melepaskan ciumanku. Setelah beberapa menit baru kulepaskan karena nafasku sudah tersengal karena kekurangan oksigen. “ Apa yang Abang lakukan?” tanya Kiara dengan mata berkaca – kaca “ Emang salah kalau suami mencium istrinya?” tanyaku balik, kulihat dia memegang kepalanya. “ Abang menekan kepalaku yang bengkak… sakit bang” tangisnya pun pecah. Aku lupa kalau tadi saat menahan tengkuknya tanganku juga ikut menekan kepalanya yang masih terlihat bengkak. Karena nafsuku yang tak bisa ku tahan sampai menyakitinya. Kumasukan lengan kiriku kebawah kepala Kiara dan aku dekatkan tubuhku ke tubuh Kiara hingga tidak ada jarak antara kami. Ku peluk dia erat. “ Maafin Abang ya! Abang lupa sama kepala adek yang bengkak!” dia meronta dan memukul – mukul badanku, tapi tak kulepaskan pelukannya. Ku Biarkan dia melampiaskan kekesalannya. Tak lama dia diam, tangisnya tidak terdengar lagi. Kulepaskan pelukanku ku angkat kepalanya dengan kedua tanganku agar mendongak menatap mataku. “ Maafin abang ya!” kataku sambil terus memandangi wajah manis Kiara. “ Kenapa Abang menciumku pas aku lagi tidur? Harusnya abang izin dulu kalau mau menciumku atau menyentuhku seperti ini” katanya dengan sedikit ketus. “ Oh… gitu ya? Jadi suami tidak boleh menyentuh istrinya kalau tanpa seijin istrinya?” tanyaku balik membuat Kiara menunduk dan menghindari tatapanku. “ Kan lebih sopan saja Bang” lirihnya. “ Yaudah kalau gitu abang ijin dulu dech. Kiara… boleh enggak abang mencium Kiara? Abang lagi pengen nyium Kiara, soalnya bibir Kiara berbisik sama Abang supaya menciumnya.” Kataku sambil menggodanya. “ Emang tadi belum puas? Tadi udah lama loh abang nyium aku.” Ujarnyaa dengan nada manjanya. “ Belum… Abis bibir Adek bikin nagih. Boleh ya? Boleh dong?Ayolah dek boleh ya?” rengekku membuat Kiara merasa jengah dan menganggukan kepalanya dengan pipinya yang merona. Tak berlama – lama setelah mendapat lampu hijau dari sang pemilik, aku langsung pegang pipi Kiara dengan kedua tanganku lalu ku lumat bibir Kiara dengan lembut namun Kiara tidak mebalas ciumanku. Kulepas pagutan bibirku lalu ku berbisik pada Kiara “ Lakukan seperti yang abang lakukan Kiara, balas ciuman Abang”. Aku pagut lagi bibir kenyal Kiara dan Dia menuruti yang aku perintahkan walaupun masih malu – malu. Aku lepaskan pagutanku dari bibir Kiara saat kami berdua butuh suplai oksigen. “ Suka gak? “ tanyaku. Lagi – lagi membuat pipinya merona karena malu. “ Kalau abang minta lebih adek kasih gak?” tanyaku membuat Kiara yang tertunduk menjadi mendongah menatapku. “ Aku masih takut, tapi juga gak berani nolak karena takut dosa.” Jawabnya. Kemudian kupeluk dia erat. “ Yaudah… abang akan tunggu adek siap melakukannya dan abang juga tidak mau melakukannya saat ingatan adek belum Kembali.” Ya… aku inginnya saat melakukan malam pertama kami yang tertunda, Kiara sudah mengingat Kembali memorinya yang hilang. Hahaha….. Aku mendengar Kiara tertawa lepas sampai matanya mengeluarkan air, entah apa yang bikin dia tertawa seperti itu. Aku tanya kenapa juga dia tidak jawab dan terus saja tertawa sampai kemudian dia berhenti sendiri mungkin karena cape. “ Adek inget siapa abang!” ucapnya setelah puas tertawa membuatku melotot dan aku Kembali memagut bibir kenyalnya sebagai hukuman karena telah membohongiku. *** Pagi ini aku harus Kembali bekerja, karena masa cutiku sudah selesai. Walaupun sebenarnya aku jarang sekali ke kantor, aku lebih sering mengerjakan pekerjaanku di rumah, nanti Ardhi yang biasa mengantarkan berkas – bekas penting yang perlu aku tanda tangani atau perlu aku pelajari ke rumah. Tapi karena hari ini ada janji bertemu dengan Klient jadi mau gak mau aku harus ke kantor. Aku menyuruh Ardhi mengirimkan surat sakit ke tempat kerja Kiara, karena aku gak mau dia Kembali bekerja sebelum kondisinya benar – benar pulih. “ Kamu mau ikut aku ke kantor? Aku gak lama ko ketemu klientnya?” tanyaku pada Kiara yang lagi sibuk membantu Bi laras menyiapkan sarapan. “ Abang kan masih belum sembuh benar, kenapa harus ke Kantor” katanya tidak menjawab pertanyaanku malah balik bertanya dengan wajah cemberut. “ Kan udah abang bilang harus ketemu klient udah janji gak bisa diundur. Abang gak mau jadi orang yang ingkar janji Dek dosa…” jelasku mencoba membuat dia mengerti. “ Yaudah… terserah abang aja. Aku di rumah aja kepalaku masih berdenyut, telingaku juga masih sedikit mendengung.” Jawabnya dengan raut kecewa. Bibirnya yang lagi cemberut bikin gemes lalu aku mendekat ke arahnya kulihat bi laras sedang sibuk mencuci piring, aku pegang tengkuk Kiara kucium bibir Kiara. Dia menengok kearah Bi laras mungkin takut jika bi laras melihat kami sedang berciuman. Kulepaskan saat aku puas menikmati bibirnya yang kenyal. “ Jangan melakukan itu saat ada orang lain Bang, malu” lirih Kiara sambil memukul lenganku. Aku terkekeh melihat tingkahnya. Selesai sarapan aku segera ke kantor. Aku menyuruh Kiara ke tempat bunda jika dia merasa kesepian karena bi laras juga kerja hanya sampai semua kerjaannya beres saja. *** Pulang dari kantor aku tidak langsung pulang ke rumah, setiap hari senin biasanya aku suka mengikuti pengajian Bersama Ardhi di masjid yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah bunda. Biasanya acara Ba’da ashar sampai sebelum magrib. “ Assalamualaikum kak!” ucap seseorang dari belakangku. “ Walaikumsalam…” jawabku sambil berbalik ke arah suara berasal. Ternyata Zahra yang menghampiriku. Memang pertama aku kenal dengan Zahra itu di tempat ini. Saat pertama kali aku mengikuti pengajian disini tepanya 5 tahun lalu. Sejak pertama bertemu dengannya aku mulai mengaguminya. Dia sholehah, lembut, cantik, pintar mengaji, ibadahnya juga rajin. Setiap senin bertemu membuat rasa cinta itu tumbuh dan setelah 2 tahun ku tahan rasa cinta itu akhirnya aku berani melamar dia 3 tahun yang lalu. Tapi lamaranku tak kunjung dijawab, sampai senin kemarin….. “ Kirain kak Zacki gak bakal ikut pengajian?” ujarnya “ Ikutlah kalo sedang gak sibuk, buat nambah ilmu juga” kataku. Kami pun terlibat obrolan…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD