Rayhan pov

2530 Words
*** Rayhan *** Aku melajukan mobilku dengan kecepatan cukup tinggi. Karena aku khawatir dengan kondisi bunda yang kata istriku terlihat sangat lemas sekali. Di sampingku ada Kiara, perempuan yang aku ajak paksa tadi di tempat kerja. Entah kenapa aku suka sekali dengan Kia, orangnya ga banyak ngomong, wajahnya manis, kulitnya sawo matang, cukup tinggi dibandingkan dengan teman temanya yang lain. Ga suka gibah disaat temannya yang lain ngomongin kejelekan orang. Dan terutama Bunda juga suka sama dia. Ehh.. aku suka bukan berarti cinta ya! Karena hatiku sudah punya istriku tercinta yaitu Safira. Sukaku padanya seperti kakak yang sayang pada adiknya. Maklumlah aku gak punya saudara cewek, dari kecil aku pengen banget punya adik cewek tapi gak kesampaian. Sesampainya di rumah Bunda aku disambut oleh bi sumi asisten rumah tangga Bunda. Aku membawa Kia langsung ke kamar bunda. “ Fir… GImana bunda?” tanyaku pada istriku tercinta. “ Bunda pingsan bang, udah aku coba bangunin tapi belum juga bangun.” Jawabnya dengan nada cemas. Kemudian aku periksa bunda secara detile, suhu tubuhnya tinggi 39˚C, turgornya kurang bagus, perutnya kembung. Sepertinya bunda dehidrasi karena BAB terus dan kurang asupan cairan. “ Ki siapin infus ya!” pintaku pada kiara dengan beberapa obat dicampurkan ke dalam infusan. Kiara hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian kiara menginfus Bunda di punggung tangannya. “ Bismillah…” Ucapnya dengan tangan sedikit gemetar, mungkin dia grogi karena yang dia infus adalah Bundaku. Setelah berhasil masuk infusan, aku meminta kia untuk memasukan obat yang sudah aku siapian. Aku menitipkan bunda ke Kiara sebentar, aku mau merayu istriku yang cantik ini agar dia mau istirahat. Aku gak mau Fira sakit, aku dan Kiara sudah biasa begadang, sedangkan Fira dia gak pernah begadang. Kia sepertinya kelelahan aku lihat di tertidur disamping bunda dengan posisi duduk di lantai sedangkan kepanya dia letakan di atas Kasur bunda saat aku masuk ke kamar bunda. Dari semenjak datang Kia terus berada disamping bunda memastikan infusan berjalan lancar. Aku yang tertidur di sofa terbangun karena bunyi alarm dari Hp Kia. Yang punya HP segera mematikan alarmnya dan bangkit berjalan menuju kamar mandi. Aku pura – pura tidur dan ku perhatikan terus kia yang baru keluar dari kamar mandi dan mengambil alat sholatnya. Sepertinya dia hendak sholat tahajud. Karena sekarang tepat pukul 03.15 WIB. Aku Kembali memejamkan mataku. Tak terasa aku ketiduran lagi, dan bangun saat adzan subuh berkumandang. Aku melihat kia masih berada diatas sajadahnya duduk sambil mendengarkan adzan berkumandang. “ Wah… lo udah siap mau sholat Ki?” tanyaku. Padahal aku tahu dia dari sejak jam 3 tadi berada disana. “ Dokter udah bangun?” tanyanya melihat aku menggeliat dan menguap. “ Berjamaah yuk di musola” ajaku sambil keluar kamar menuju musola samping kamar bunda. Kia bangun dan mengikutiku menuju musola. Selesai subuh kami Kembali ke kamar bunda dan melihat bunda sudah tersadar. Aku segera menghampirinya dan memeluknya. “ Bunda jangan bikin abang cemas! Bunda kalo sakit langsung berobat ke rumah sakit.” Ujarku dan bunda hanya tersenyum saja sambil memandangiku. “ Maafin bunda ya udah bikin abang cemas! Bunda males di rumah sakit enakan di rumah bang.” Jawabnya sambil mengelus belakang kepalaku. Tiba – tiba pintu kamar bunda di dorong dengan kasar. dan kami semua membalikan badan ke arah pintu dan melihat sosok laki – laki tampan datang dengan terengah – engah raut wajah yang tampak begitu khawatir. Dia segera berlari menghampiri bunda dan naik ke atas ranjang bunda trus memeluk bunda erat. Dia menangis seperti anak kecil dengan tidak mempedulikan sekelilingnya. Aku dan safira hanya ketawa kecil saja melihat tingkah laku bocah tua itu. Sedangkan kia terlihat kaget dan mengernyitkan dahinya melihat adegan ini. “ Malu woy udah tua!” ujarku pada lelaki itu. “Bunda sakit apa? Kenapa sampe di infus segala?” tanya Zacki. Ya… zacki laki – laki 30 tahun ini emang kalo udah deket sama bunda kadang kelakuannya kaya bocah manja. Dia Adikku satu – satunya. Dia seorang pengusaha, punya perusahaan sendiri hasil kerja kerasnya sendiri. Umur kami hanya terpaut 2 tahun. Dan muka kami sebelas duabelaslah… “ ko kamu ada disini sayang? Bukannya kamu lagi ada di Cirebon dengan Ardhi?” tanya bunda “ Jam satu tadi kak safira telpon Zack ngasih tahu kalo bunda pingsan. Zacki langsung balik kesini Bersama Ardhi.” Jelas Zacki adeku. Aku memberitahu Kia kalau cairan infusan bunda habis, emang sengaja aku minta kia agar cairan infusannya habis dalam waktu 4 jam. Aku minta Kia menggantinya dengan yang berisi. Kia tampak ga nyaman saat mengganti cairan infus bunda karena disana ada Zacki yang masih memeluk bunda. Inilah tujuanku dengan safira sering mengajak Kia jalan keluar Bersama kami dan mengenalkannya ke bunda. Aku ingin mengenalkan Kiara dengan Zacki. Karena bocah tua itu sama sekali ga pernah bergaul dengan cewek. Dia masih saja menunggu jawaban dari cewek yang dia lamar 3 tahun lalu yang masih di gantung sampai sekarang. Setiap cewek itu ditanya oleh Zacki jawabannya masih nunggu jawaban dari istikhorohnya. Masa sih bisa selama ini jawabannya. Aku kasian sama dia terlalu mengharapkan cewek itu. “ Oya sayang kenalin nih temennya abang kamu dan kak safira, yang udah ngerawat bunda.” Kata bunda memperkenalkan Kiara pada Zacki. Zacki melepas pelukannya pada bunda dan menatap kiara dengan wajah datarnya. “ Zacki…” kata zacki dengan wajah datarnya. “ kiara… “ dengan senyum manisnya, tapi Zacki tidak membalas senyumannya. Zack… Zack… lo tuh harus mengikhlaskan cewek itu, jangan berharap pada yang ga jelas. Mendingan lo liat nih disamping lo ada Kiara yang gue bawa buat lo jadiin Istri. Bunda aja udah setuju dengan ide gue Zack. Semoga rencara gue dan Safira ini berjalan dengan mulus, baik Zacki dan Kiara nanti bisa tumbuh benih – benih cinta diantara mereka. Bukankah cinta itu akan tumbuh katika kita sering berinteraksi satu sama lain? Tapi hati kitanya harus ikhlas dulu menerima yang Allah berikan untuk kita. Gak keukeuh pengen yang sesuai dengan yang kita mau. Kaya Zacki, keukeuh pengen yang dia mau aja, sampe rela menunggu cewek itu 3 tahun tapi belum ada kepastian. Semoga dengan sedikit paksaan dari bunda, dia bisa melepaskan cewek itu dan menerima perempuan lain untuk mengisi hatinya.   *** KIARA*** Alhamdulillah… bundanya Dr. Ray sudah berangsur – angsur pulih. Jam sudah menunjukan pukul 10.00Wib. Aku sedang berada di dalam mobil menuju kosanku diantar oleh Zacki, adiknya Dr. Ray. Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang mengiringi. Tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulut kami. Aku tak tahu mau berbicara apa karena kami saja baru kenal. Dan Zacki sedang focus pada jalanan, tatapannya tajam, pelit senyum dan sepertinya ini cowok dingin sama cewek, berbeda banget dengan dr. Ray yang ramah sama semua orang. “ di depan belok kanan kak” kataku memberitahu arah kosanku. Dia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Tapi kenapa aku malah suka ya sama sikap dinginnya. Sesampainya di depan kosan aku segera turun dan mengucapkan terima kasih pada Zacki. “ Terima kasih kak udah mengantarku pulang!” “ Sama – sama! Terima kasih juga sudah merawat bunda” Jawab Zacki tanpa ekspresi apapun diwajahnya, Datar. Ku pandangi mobil Zacki yang pergi meninggalkan kosanku, setelah sudah tak terlihat aku masuk ke dalam kosanku lalu kubaringkan badanku di atas Kasur sambil kutatap langit – langit kamarku. Aku coba memejamkan mata karena sebenarnya aku merasa Lelah, tidur kurang 2 malam ini tapi mataku tak mau juga terpejam. Bayangan Zacki melintas dipikiranku, sikap dinginnya, wajah tanpa ekspresi yang dia perlihatkan padaku membuatku senyum – senyum sendiri. ‘Ya… ampun sadar Ki, dia mungkin sudah punya calon pendamping! Lagian apa sih yang aku pikirkan mana mungkin seorang pengusaha sukses suka pada seorang tenaga medis seperti aku. Baru pertama ketemu udah mikir kejauhan. Sadar…. Sadar… sadar…. Kiara’ batinku. Esok harinya Riri mengantarkan motorku ke rumah karena kemarin saat aku ikut dr. Ray ke rumahnya, kutinggalkan motorku di parkiran RS. Kemudian Riri minta aku menemaninya ke mall untuk belanja kebutuhan sehari – hari sambil refreshing katanya. Padahal aku kurang suka pergi ke tempat yang terlalu rame tapi yasudahlah untuk menemani Riri yang sudah baik hati, semalam dia pergi kerja naik Ojol agar bisa membawa pulang motorku saat dia pulang dinas malam, aku rela menemaninya seharian ini berbelanja. Sesampainya di mall, aku melihat restoran – restoran pada tutup karena hari ini adalah hari pertama Ramadhan. Makanya suasana mall juga tidak begitu rame. Kami langsung menuju ke supermarket. Kebetulan aku juga mau belanja bahan makanan untuk buka nanti sore. “ Kita masak apa nanti sore?” Tanyaku pada Riri. Aku memang satu kosan dengannya dan di kosan kami ada dapur dan kulkas jadi bisa stok bahan makanan dan masak sendiri untuk mengirit pengeluaran. “ Beli ayam tuh… daging juga… ikan… buat stok 1 minggu.” Ucap Riri sambil menunjuk ke area tempat lauk – pauk. “ Oke…” sahutku sambil mengambil barang – barang yang Riri tunjuk. “ Ki kamu sebenarnya ada hubungan apa sih sama Dr. Ray?” tanya Riri menatapku penuh selidik “ Cuma temen doang Ri” jawabku santai “ Tapi ko kayanya dia suka sama kamu Ki” tambah Riri menangapi jawabanku “ Suka sebagai adik aja Ri ga lebih, istrinya juga baik sama aku” tembalku “ Aku pikir dia cinta ma kamu Ki! soalnya sikapnya beda ke kamu!” semua orang berpikir seperti itu memang padahal mah enggak. “ Gaklah Ri Dr. Ray kan udah punya istri.” Ujarku sambil pergi mendorong troli meninggalkan Riri. Tapi tiba – tiba saja ada yang memanggilku dari samping, saat ku tengok kulihat sosok Wanita yang ku kenal sedang melambaikan tangannya ke arahku. Aku pun pergi menghampirinya “Bunda….” Ucapku sambil ku raih tangannya dan kucium punggung tangannya, tak lupa senyum manis kuberikan padanya. ingat ya senyum itu ibadah… “ kamu lagi belanja? Sama siapa?” tanyanya sambil memelukku, kebiasaan bunda yang aku suka, selalu memelukku saat kami bertemu. “ Sama temen bun. Bunda udah sehat? Bunda sendiri aja?” jawabku dengan balik bertanya karena tidak ada yang menemani bunda. “ Sama Zacki, tapi dia lagi ke toilet dulu kebelet katanya.” Bunda menjawab dengan terus mendekapku dan mengelus – elus punggungku lembut. Bunda ini sosok ibu yang lembut dan penyayang, dia hangat membuat orang didekatnya jadi nyaman dan serasa ibu sendiri. “ Ki ko ninggalin aku sih!” ujar Riri yang baru datang menghampiriku “ Maaf Ri abis lama kamu milih – milihnya.” Sahutku. “ Ini temannya sayang?” tanya bunda saat melihat Riri. “ Iya Bun kenalin ini Riri teman satu kosan + satu ruangan sama Kia. Ri Ini bundanya Dr. Rayhan” ucapku seraya mengenalkan mereka berdua. Kami bertiga belanja bareng beriringan sambil terus mengobrol. Bunda ini tipe orang yang enak diajak ngobrol dan curhat. Aku seneng kalo deket beliau, padahal aku baru beberapa kali ketemu sama bunda tapi sudah merasa kenal lama saja. Tak lama HP bunda bunyi dan ternyata dari kak Zacki yang meminta bunda segera keluar karena dia sudah menunggu di kasir. “ Sayang kamu masih lama belanjanya?” tanya Bunda “ Mau ke bagian ujung sana sih bun mau beli pembalut” kataku. “ Antar bunda sebentar yuk ke depan bunda harus cepet pulang udah di tungguin.” Pintanya seraya merangkul bahuku. Kemudian aku minta ijin ke Riri untuk mengantar Bunda ke kasir dan minta Riri tunggu aku di tempat pembalut. Pas di kasir disana sudah ada Zacki yang sedang menunggu bunda. Senyumnya terkembang saat melihat bundanya datang. ‘masya Allah manis sekali senyumnya, wajah tampannya jadi terlihat sangat tampan dan mencairkan sikap dinginnya yang kemarin dia tunjukan padaku.’ Gumamku dalam hati “ Udah semua dibeli bun barang – barangnya?” tanya Zacki dengan nada lembut. “ Iya udah sayang” jawab bunda sambil meletakan barang – barang yang dibelinya ke meja kasir. Zacki yang menyadari keberadaanku segera melirik ke arahku. Aku segera mengalihkan tatapanku terhadapnya begitu dia menatapku. Dan tatapan itu berubah lagi jadi dingin dan tanda ekspresi tidak sepeti tatapannya pada Bunda tadi yang penuh dengan kehangatan. Aku menundukan wajahku yang dari tadi di tatap oleh Zacki. “ Senyumlah Zack! Jangan bikin Kia ketakutan” ucap bunda sambil mencubit kedua pipi Zacki dengan jarinya. “ Ko Bunda bisa bareng dengan dia?” tanya Zacki seraya mengangkat telunjuknya kearahku. Aku hanya menunduk tidak mau melihat wajahnya yang dingin padaku. “tadi ga sengaja bertemu di dalam terus bunda minta Kia buat antar bunda kesini” jawab bunda. Sepertinya Zacki ga suka sama aku, karena terus ditatap dingin oleh Zacki, aku pamit sama bunda Kembali ke dalam karena kasian juga Riri menunggu aku lama di dalam. “ Yaudah sana lanjut belanjanya! Makasih ya udah anterin bunda kesini.” Ujar bunda “ Yaudah aku pamit ya bun. Assalamualaikum” ucapku setelah ku cium punggung tangan bunda. “ Wa’alaikumsalam… Kia sayang nanti malam buka di tempat bunda ya! Kebetulan Ray sama Fira mau ngadain syukuran kecil – kecil karena Fira tengah mengandung sekarang.” Pinta Bunda padaku saat aku hendak berbalik Kembali ke dalam supermarket. “ Gimana ya bun… bukannya Kia nolak tapi… ga enak bun itu kan acara keluarga bunda.” Aku merasa gak pantas ikut acara itu karena aku bukan siapa2nya Bunda. “ Ga enak kenapa sih sayang? Pokonya kamu harus datang Bunda tunggu.” Tegasnya gak nerima penolakan. _ _ _ Aku masih kepikiran undangan bunda, apakah aku harus datang? Atau aku gak usah datang ja? Aku merasa kehadiranku tidak diinginkan oleh Zacki karena dari tatapannya padaku tadi siang menyiratkan kalo dia tidak suka aku dekat – dekat dengan Bundanya. Aku takut nanti di rumahnya bunda aku jadi penyebab ketidaknyamanan Zacki dan merusak acara Dr. Ray dan Kak Fira. Setelah Sholat Ashar aku pergi ke dapur, ku lihat Riri sedang memasak disana. Lau kubantu dia memasak. “ Kayanya kamu udah deket ya sama bundanya Dr. Ray?” tanyanya membuka obrolan “ Beliau orangnya baik, ramah, jadi nyaman kalo ngobrol sama beliau” jawabku seadanya. “ Ko bisa sih dia baik banget ke kamu Ki?” tanyanya lagi penasaran. “ Aku juga ga tahu Ri! Baru pertama ketemu dia sudah kaya gitu sikapnya ke aku.” “ Pengen punya anak cewek kali beliau, makanya suka sama kamu Ki” tembalnya. “ Mungkin…” Drrrrttt…. Ddrrrttt… HP ku bergetar dan aku raih dari saku celanaku dan kulihat Dr. Ray telpon. “ Assalamualaikum… Dok!” jawabku. “ Wa’alaikumsalam.. Lo udah siap – siap blm?” tanyanya di seberang telpon “ Siap – siap kemana dok, aku libur hari ini ga dinas” Jawabku pura – pura gak ngerti arti dari pertanyaannya. “ Yaelah ni bocah… Bunda kan udah minta lo datang buat buka puasa bareng disini.” Jelasnya. “ Aku buka di kosan ja dok bareng Riri, kasian Riri gak ada temennya” ucapku mencari alasan untuk menolak. “ Gue gak mau tahu lo harus datang, sekarang lo siap – siap nanti Zacki ngejemput lo kesitu” ujar Dr. Ray maksa seraya mematikan HP – nya. Aku harus gimana? Aku gak mau pergi, kalau gak ada Zacki sih aku mau aja pergi, tapi disana ada Zacki yang jelas terlihat gak menyukaiku. Aku gak nyaman dengan tatapan Zacki. “Udah sana kamu siap – siap Ki! Nanti dr. Ray marah sama kamu.” Kata Riri yang tadi mendengar percakapanku dengan dr. Ray, karena volume hapeku tadi full. Aku berdecak keras, lalu aku pergi meninggalkan dapur dengan menghentak – hentakan kakiku saat jalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD