BAB 2 DUA MINGGU SEBELUMNYA

539 Words
DUA MINGGU SEBELUMNYA. Amanda Renata wanita 26 tahun memiliki pernikahan bahagia dengan seorang pengusaha muda sukses Ardiansyah Notonegoro yang juga merupakan teman serta sahabatnya sejak kecil. Pernikahan Amanda dan Ardi sangat bahagia dan sempurna dengan seorang putri cantik. Amanda tidak pernah tahu jika bencana bisa datang dengan begitu tiba-tiba dan dalam sekejap merampas kedamaian di keluarga kecil mereka. "Apa Sisi sudah tidur?" tanya Ardi begitu masuk ke dalam rumah. Ardi baru kembali dari perjalanan luar kota dan langsung menanyakan putrinya seperti biasa. "Baru saja tidur, Mas." Ardi langsung masuk ke dalam kamar mereka dan Amanda masih mengikuti suaminya yang terlihat agak aneh tidak seperti biasanya. Ardi adalah suami yang penyayang, biasanya dia akan langsung mencium Amanda dengan penuh gairah tiap kali pulang dari manapun. Ardi berjalan sambil menguraikan dasi, melonggarkan kancing kemejanya dan langsung duduk di ujung ranjang. Tak berapa lama punggung Ardi mulai bergetar dan ternyata pria itu menangis. "Ada apa Mas?" Istri manapun pasti akan takut jika melihat suaminya yang baik-baik saja tiba-tiba terlihat seperti itu. "Amanda sungguh maafkan aku, aku tidak ingin ikut mencelakai kalian." Ardi terus menggeleng dan menangis sampai menggigil. Ardi adalah pria berbadan tinggi tegap dan melihat suaminya terlihat serapuh itu ternyata membuat Amanda semakin ketakutan. Ardi jadi terlihat seperti orang lain, orang lain yang tidak Amanda kenal dalam sekejap. "Ada apa Mas? jangan membuatku takut." Amanda ikut duduk di samping suaminya. "Maafkan aku Amanda ... " ucap Ardi berulang-ulang sambil menangkup pipi Amanda, "maafkan aku." Pelan-pelan Ardi mulai bercerita. "Aku terlibat hutang dengan komplotan mafia, hutang yang sangat besar dan mustahil untuk bisa kita bayar." Amanda syok hingga lupa cara menarik napas, karena dia tahu berhutang dengan mafia adalah urusan nyawa bukan lagi tentang jeruji besi penjara. "Aku takut mereka ikut menyakiti kalian." Ardi masih menangkup pipi Amanda. "Aku tidak akan rela! Sungguh aku tidak akan rela ... " Ardi terus bercerita mengenai jumlah hutangnya. "Aku harus bisa melunasinya akhir minggu ini." "Itu mustahil Mas!" Mereka sama-sama tahu jika tidak akan mungkin bisa membayar hutang sebanyak itu meskipun dengan menjual semua aset yang mereka miliki. "Kita pergi saja Mas, pergi kemanapun agar mereka tidak menemukan kita." "Mereka akan tetap menemukan kita." Ardi tahu sedang berurusan dengan orang-orang seperti apa. "Dominic Rodriguez bukan orang sembarangan!" Cuma dengan mendengar namanya saja Amanda semakin merinding karena membayangkan kekejian geng mafia seperti dalam film-film Hollywood. Amanda masih belum percaya hal seperti itu bisa benar-benar menimpa mereka. "Apa mereka tidak bisa memberi penangguhan?" "Aku sudah coba melakukannya selama satu tahu ini tapi ternyata bunganya justru semakin besar dan tidak masuk akal!" Ardi meremas sambut di kepalanya dengan frustasi. "Mas sudah berhutang selama satu tahun?" Amanda kembali terkejut mengetahui Ardi sudah menyimpan masalahnya sendiri selama itu. "Mereka memerasmu Mas, itu tindak kejahatan!" "Mereka Mafia, Amanda." Ardi mengingatkan jika kejahatan memang ladang bisnis mereka. Memang salah Ardi sendiri yang sampai melibatkan diri dengan komplotan mafia, padahal waktu itu beberapa rekanya sudah memperingatkan untuk tidak berurusan dengan seorang Dominic Rodriguez yang memang terkenal keji dan berbahaya. "Sungguh aku tidak ingin membuatmu dan Sisi ikut celaka." Ardi menarik tubuh Amanda ke dalam pelukannya. Ardi telah kehilangan harapan hidup, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk keluarga, istri dan putrinya yang masih kecil. Kebahagiaan mereka benar-benar telah direnggut dalam sekejap. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD