Pagi sudah menjelang, rumah mistis itu tetap saja terasa lembab dan dingin. Padahal, cahaya matahari sudah masuk lewat beberapa jendela dengan terangnya. Santi dan Ara sudah selesai mencuci pakaian dan akan menjemurnya di halaman. “Pagi, Wak,” sapa Santi pada wak Amir yang tengah bersantai di teras rumahnya. Wak Amir tersenyum, “Bagaimana, Santi? Enak di rumah baru?” “Lumayanlah, Wak. Semalam memang ada yang sedikit aneh dengan Ara, tapi akhirnya aman-aman saja.” “Syukurlah kalau baik-baik saja. Herman mana?” “Papanya Ara sedang ke rumah ibunya. Ada perlu katanya.” “Hhmm ... nanti kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari wak ya.” “Baik, Wak.” Santi tersenyum ramah, begitu juga dengan wak Amir. Setelah selesai menjemur pakaian, Santi pun kembali masuk ke dalam rumah. Ia mulai memberesk

