TAO – 11

1612 Words
Sandi memerhatikan sikap Ami dari balik layar ponselnya. Wanita itu masih terpaku tak berkedip. Netra Ami sama sekali tidak menghadap ke arah Sandi melainkan ke arah lain. Sandi terheran. “Ada apa, Ami?” tanya Sandi lagi. Tiba-tiba wanita yang bernama Ami itu tersadar, “He—eh ... tidak ada apa-apa, Bang. Ami kangen banget sama abang.” “Sama, abang juga ... tapi kenapa tadi kamu tiba-tiba melamun? Ada apa? Apa yang sudah kamu lihat?” “Tidak ada apa-apa, Bang.” Wanita itu tiba-tiba bertingkah aneh. Ia menggigit bibir bawah seraya bersikap menggoda. “Ami?” Sandi penuh tanda tanya. Wanita itu tiba-tiba saja membuka daster mini berbelahan d**a rendah yang tengah ia kenakan. Sandi ternganga menatap bongkahan yang sama sekali tidak ada penghalang. Bongkahan tanpa be-ha. “Ami?” Sandi kembali menatap dengan penuh tanda tanya. Jakun-jakunnnya naik turun seraya menelan saliva. “Bang, ami pengen ....,” wanita itu mulai bersikap aneh. Sesekali, Sandi melihat wajah Ami tampak berbeda seakan ada dua orang yang ada dalam tubuh itu. Akan tetapi, sikap Ami malah membuat Sandi meremang dan tagih. Pria itu meletakkan kembali daun bawangnya dan menatap layar ponselnya tanpa berkedip. “Bang ....” Ucap Ami lagi, manja. Wanita itu mulai meremas sendiri gundukannya. Sandi semakin meremang dan menelan salivanya. Ada yang bereaksi di bagian penting tubuh Sandi. “Ami ... sudah hentikan, jangan sampai abang berpikir untuk berbuat yang macam-macam.” Sandi semakin panas. wanita yang ada di layar ponselnya semakin menggairahkan. Walau Sandi menatap Ami dalam dua rupa yang berbeda yang berubah-ubah secara drastis, tidak serta merta membuat pria itu takut atau merasa aneh. Malahan, Sandi semakin meremang dan seuatu mulai mengeras tak terkendali. Ketika Sandi mulai memasukkan tangan ke dalam celana boxernya, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Cici keluar dengan mata yang masih setengah terpejam. Sandi tersentak. Pria itu seketika mematikan layar ponselnya dan merebahkan ponsel itu. ia berpura-pura tengah mendengarkan lagu. Sandi dengan cepat mengambil kembali daun bawang dan pisau, mulai memotong-motong daun bawang itu seraya bersenandung kecil. “Abang bikin mi?” tanya Cici dengan netra masih berat. “Iya, apa Cici mau?” Sandi berbasa basi. Cici menggeleng,” Cici mau pipis. Nanti setelah Cici selesai, Cici akan bantu buatkan. Sebentar ya ....” Sicilia masih bersikap lembut. Wanita tidak curiga dan seakan tidak terjadi apa-apa dengan suaminya. “Tidak usah repot, Cici tidur lagi saja. Biar abang saja yang bikin sendiri. Cici sepertinya sangat lelah.” Sandi menghampiri istrinya dan mengecup lembut puncak kepala Cici. “Benar, nggak apa-apa?” Sandi menggeleng, “Abang tahu, Cici pasti sangat lelah. Belum lagi kalau nanti malam Diva rewel.” “Ya sudah ... Cici mau pipis dulu.” Cici pun masuk ke dalam kamar mandi. Sejenak, istri Sandi itu merasakan bulu kuduknya meremang, Cici menyentuhnya perlahan. Walau merasa kurang nyaman, namun Cici berusaha mengabaikan perasaan anehnya. Setelah menyelesaikan hajatnya, Cici pun keluar dari kamar mandi dan menemui Sandi. “Bang, Cici kok belakangan merasa ada yang aneh ya di rumah kita?” “Aneh gimana, maksudnya?” Sandi berusaha santai. Pria itu mulai menumis bawang merah, bawang putih dan daun bawang yang sudah ia iris. Aromanya tercium kuat dan terasa sangat lezat. “Aneh aja, Bang. Cici sering banget merasa bergidik dan Diva juga sering rewel jika malam. Padahal sebelumnya nggak pernah lho.” Sandi mengangkat ke dua bahunya, “Entahlah ... abang merasa biasa saja.” “Hhmm ... mungkin perasaan Cici saja. Oiya, mau Cici temani makan malam?” Cici menawarkan diri, sementara mulutnya menguap pertanda rasa kantuk begitu melanda dirinya. “Tidak usah ... Cici tidur saja. Abang setelah makan juga akan langsung tidur. Kalaupun tidak langsung tidur, palingan abang main hape sebentar untuk menunggu makanan abang sedikit turun dan tercerna. “Owh ... ya sudah ... Kalau abang butuh apa-apa, panggil Cici saja.” Sandi menyugar rambut Cici dengan lembut, “Iya, Sayang ... Cici tidur saja, temani Diva. Cici tersenyum dan mencium punggung tangan suaminya, “Iya, Sayang ... Cici tidur dulu ya.” Sandi mengangguk dan membiarkan istrinya berlalu hingga hilang dari pandangannya. Sandi menarik napas lega. Pria itu benar-benar sangat lega sebab istrinya sama sekali tidak curiga. Setelah menunggu beberapa saat dan memastikan Cici sudah kembali tertidur, Sandi pun kembali menghidupkan ponselnya dan mulai menghubungi Ami. Tidak butuh waktu lama untuk panggilan vidio itu terangkat. Wanita yang ada di seberang sana sudah kembali mengenakan daster mininya. Raut wajahnya tampak kecewa. “Ami, maaf ... tadi Cici datang.” “Sudah aku duga. Mengacau saja!” gerutu wanita itu seraya menyilangkan ke dua tangannya di d**a. “Oiya, mi rebus abang sudah matang, Ami mau?” Sandi memperlihatkan semangkok mi instan yang sudah siap untuk disantap. Asap dari mangkok itu terlihat jelas oleh wanita yang ada di seberang. Ia cukup tergugah. “Ami mau ... tapi bukan mi itu yang paling ami inginkan, melainkan ....” “Melainkan apa?” tanya Sandi mulai menggoda. “Tadi abang ngapain tangannya ke bawah sebelum si Cici itu datang?” Sandi tersenyum kecil, “Biasalah ... gara-gara kamu si jaguar jadi terjaga.” “Ami mau lihat dong?” Wanita itu kembali bersikap menggoda. Ia kembali melepas daster mininya. Ami kembali bersikap sama. Berpose seksi seraya meremas asetnya sendiri. Melihat semua itu, tentu saja si Jaguar kembali bereaksi. Sandi langsung mengambil sesuatu untuk menutupi mi instan yang belum jadi ia makan. Ia membawa ponselnya ke dalam kamar mandi dan menghidupkan keran air dengan batas maksimal hingga suaranya terdengar cukup keras. Sandi sengaja melakukan hal itu agar tidak ada siapa pun yang mendengar jika ia tidak mampu menahan desahannya. “Bang ....” Ami kembali menggoda. Sandi semakin panas. Pria itu meletakkan ponselnya di tempat shampoo seraya menurunkan celana boxernya dengan tangan yang lain. “Bang, Ami nggak bisa lihat.” Sandi kembali mengambil ponselnya dan mengarahkan layar ponsel itu ke sang Jaguar yang perkasa. “Ya ampuunn ... Bang, Ami mau. Abang cari tempat dong, Ami ingin mencicipinya.” Sang wanita semakin menggelinjang tidak keruan. “Ayo Ami, cicipi ...,” gumam Sandi seraya mulai membalur jaguar dengan sabun. Ami dan Sandi pun mulai kehilangan akal sehat. Walau fisik mereka tidak bertemu, namun mereka berada dalam fantasi yang sama. Mereka sama-sama melakukan hubungan terlarang dengan bantuan sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Sesuatu yang membuat hubungan mereka terasa sangat nikmat walau sama sekali tidak bersentuhan. Tidak lama, ke duanya sama-sama terkulai lemas. Sandi merasakan surganya dan Ami pun juga. “Terima kasih, Sayang ...,” ucap Sandi seraya mencium layar ponselnya. “Sama-sama.” Sang wanita pun juga membalas dengan ciuman. Sandi mematikan ponselnya. Ia mulai mengenakan kembali celana boxernya dengan baik. Pria itu pun meninggalkan kamar mandi dan berlalu ke meja makan. Perutnya sudah sangat lapar sebab sudah dua kali ia memuntahkan lahar hangat miliknya. Satu kali dengan cara halal namun diwaktu yang salah, dan satu lagi dengan cara yang salah di waktu yang benar. Namun walau demikian, Sandi merasa benar-benar sangat puas karenanya. Pria itu pun segera mengisi perutnya dengan semangkuk mie instan dan sepiring nasi putih. Sandi melahapnya dalam sekejap hingga perutnya kembali terisi penuh. Setelah perutnya kenyang, Sandi pun kembali asyik dengan ponselnya. Ia asyik bertukar pesan dan bertukar pengalaman dengan Ami—janda yang sudah membuat fantasinya liar. - - - Malam kian larut. Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Sandi dan Ami sama-sama sudah lelah dan mengantuk. Mereka berdua memutuskan untuk mengakhiri percintaan mereka malam itu dengan sebuah ucapan selamat malam. Bang, Ami mau tidur dulu. Istirahat saja dan jangan lupa mimpikan Ami. Begitulah bunyi pesan singkat yang sudah dikirim oleh Ami. Bagaimana kalau tiba-tiba nanti malam abang kangen? Sandi membalas tanpa memikirkan perasaan istrinya. Abang main saja sama Cici, tapi abang bayangin wajah dan tubuh aku. Ingat, walau mainnya sama Cici, tapi dalam pikiran abang hanya boleh ada aku saja, paham .... Iya, abang akan lakukan itu. Nanti kalau ada waktu, abang ingin bertemu langsung. Siap, abang atur saja. Ami selalu siap, kapan saja abang inginkan. Baiklah, abang istirahat dulu. Besok abang harus ngantor. Iya, Bang ... selamat malam, mmuaacchh .... Itulah pesan terakhir yang masuk ke dalam ponsel Sandi malam ini. Sandi tersenyum puas seraya menciumi ponselnya sebelum mematikannya secara total. Sandi tidak ingin Ami tiba-tiba nekat menghubunginya dan Cici mengangkatnya. Sandi memang masih sangat mencintai Cici, tapi jiwanya mengatakan jika ia butuh yang lain. Ia butuh kepuasan yang lain. Ada sebuah dorongan yang memaksa Sandi untuk berhubungan dengan wanita lain. Ada bisikan yang membuat dirinya tidak pernah puas dengan istrinya. Ami—wanita yang secara fisik masih kalah cantik dari Cici—telah membuat Sandi terhanyut. Sesampai di kamar, Sandi pun memasukkan ujung charger ke dalam lubang ponselnya. Setelah ada logo daya masuk, Sandi kemudian meletakkan ponsel itu di atas meja. Ia meregang tubuhnya sesaat sebelum berniat tidur kembali di atas ranjang di sisi istrinya. Baru saja Sandi merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sekelebat bayangan kembali terlihat. Tubuh Sandi kembali memanas. Ia menatap Cici dengan tatapan nanar, menyungging senyum sinis lalu kembali turun dari ranjang. Sebelum keluar dari kamar, Sandi mencabut colokan charger dan membawa ponsel serta chargernya ke tempat lain. Ia tidak ingin tiba-tiba Cici membuka ponsel itu tanpa sepengetahuannya. Sandi pun keluar dari kamar itu dan masuk ke dalam kamar Reza. Sesuatu yang tak kasat mata menyuruh Sandi untuk tidak tidur di samping istrinya, melainkan Sandi harus tidur dengan ranjang terpisah. Sebelum merebahkan tubuh di atas ranjang putranya, Sandi merasa lehernya sejuk, seakan tengah dikecup mesra oleh seseorang. Sandi mengelus lehernya, ada rasa nikmat yang terada si bagian sana. Sandi tersenyum seaat lalu ia pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang Reza. Menikmati malam dengan mimpi indah semu bersama sosok yang tanpa sadar selalu mengikuti dan memengaruhinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD