Herman kembali ke rumahnya setelah menyelesaikan adegan terakhir hubungannya dengan Milna. Pria itu tersenyum bahagia sebab benar-benar sudah terpuaskan malam ini. Sesampainya di rumah, Herman heran sebab tidak biasanya warung miliknya masih tutup di jam segini. “Ara, kenapa warung belum buka?” tanya Herman seraya menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh pagi. “Mama nggak ada di rumah, Pa. Mama kabur ke Pekanbaru.” Ara menjawab tanpa menoleh ke arah ayahnya. Mata Ara masih tertuju pada televisi dua puluh satu inci yang mereka bawa dari Pekanbaru. “Kabur ke Pekanbaru, maksudnya?” “Tadi pagi, Ara sudah tidak lihat mama di rumah. Terus Ara coba tanya ke bang Adi dan Ando, mereka juga nggak tahu. Nenek juga nggak tahu mama ke mana. Ara sudah coba cari di

