Karena di ruang kerja Iris hanya memiliki satu sofa dan itu adalah sofa yang muat untuk dua orang, dengan terpaksa Iris duduk di sebelah Gavin. Satu-satunya sofa dan meja itu hanya untuk sementara karena besok pihak mebel akan datang mengantar perabotan yang ia perlukan.
Gavin mengambil piring plastik untuk Iris dan meletakkan beberapa jenis makanan di sana. Kemudian memberikannya pada Iris. “Ini, makan dengan perlahan.”
“Seharusnya kau tidak perlu datang.” Iris berkata pelan setelah mengucapkan terima kasih dan mengambil piring tadi.
“Istriku belum pulang ke rumah, bagaimana bisa aku melewatkan malam tanpa istri tercinta di sisiku?” Gavin tersenyum menggoda.
Menunduk, Iris memutar matanya. Memegang sumpit, Iris terlihat berpikir. “Perkataanmu sebelumnya...”
Gavin yang baru saja menga
