Bab 43

1071 Words
Alex dan Tia kini kembali berada di kantin, semua yang masih berada disana sontak menatapnya tanpa berkedip, sungguh sesekali mereka ingin menjadi seperti Tia yang selalu dikelilingi oleh para laki-laki tampan dan terkenal disekolahnya. "Tia!" seru Siska sambil melambaikan tangannya membuat mereka yang ada di meja tersebut menoleh dengan kompak. "Sorry ya tadi gue ke toilet," kata Tia dengan senyuman manis dibibirnta, mereka yang melihat sontak mengerutkan keningnya menatap Tia yang seolah tidak terjadi apa-apa. "Lu enggak papa De?" tanya Revan dengan raut wajah khawatir, ia bahkan melihat dari atas hingga bawah. "Gue enggak papa, buktinya gue didepan lu bukan di rumah sakit kan," jawab Tia dengan santainya membuat Revan menatap dengan raut wajah kesalnya lalu menyela, "Gue nanya serius! Jangan dibuat bercanda!" Dengan nada yang tegas membuat Tia yang sedang menenggak minuman yang ia ambil begitu saja menoleh dengan terkejut. Tia menghela nafasnya gusar lalu berkata, "Gue enggak papa, lu lihat? Ada yang kurang dari gue? Enggak kan? Enggak usah khawatir." "Orang-orang mah pengen di perhatiin, nah lu malah kaga. Geblekk," cetus Siska sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Bosen gue diperhatiin sama dia, lu mau Ka di perhatiin manusia ini?" tanya Tia sambil menaikkan kedua alisnya seolah meledek sahabatnya. "Ish kenapa malah jadi bawa-bawa gue si," ujar Siska yang raut wajahnya jelas sudah memerah karena salah tingkah karena perkataan sahabatnya. Alex melangkah ke meja para sahabatnya sambil membawa makanan serta minuman, ia lantas meletakkan tepat di hadapan Tia yang membuat gadis tersebut mendongak menatap heran. "Ih abang Alex so sweet banget si. Kok akoh juga enggak dibeliin si," ujar Bary dengan nada yang sok manjanya. "YaAllah Bar, asli geli gue dengernya," kata Riko yang sambil mengelus kedua lengan tangannya seolah merinding akan apa yang habis ia dengar. Tia mendongak menatap ke arah laki-laki tersebut yang kini duduk tepat di hadapannya. "Makan," kata Alex dengan datarnya. "Ini buat gue?" tanya Tia dengan raut wajah yang masih bingung. "Lu pikir gue suruh ngabisin dua piring?" tanua Alex dengan nada yang sedikit ketus, Tia yang mendengar sontak menatap laki-laki tersebut dengan raut wajah yang cemberut. "Ya siapa tau saja," cetus Tia yang kini mulai menikmati makanan yang dibelikan oleh Alex, hingga tanpa sadar laki-laki tersebut tersenyum tipis. Rima mencetus, "Berasa nyamuk engga si kita?" "Nyamuk pisan pokoknya," nimbrung Rayna, Tia yang mendengar hanya menatap dengan sorot raut wajah yang bingung menatap ke arah kedua sahabatnya. "Seenggaknya kalau mau berlaku sweet ya jangan depan kita gitu loh," sambung Siska yang sambil menyeruput minumannya. Tia hanya terkekeh saja mendengarnya. "Lagi tumben banget Lex perhatian, berasa pacar banget ya," kata Siska yang mmebuat Alex sontak menjawab, "Emang udah jadi hak milik." Lalu melanjutkan menyuapi makanan ke dalam mulutnya. Gadis tersebut tersedak mendengar apa yang di katakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya, ketiga sahabat Tia menoleh dengan raut wajah terkejut. "Sudah jadi hak milik?" tanya Rima seolah meyakinkan atas apa yang ia dengar. "Entar dulu entar dulu, gue enggak salah dengar kan ini?" tanya Siska dengan sorot mata yang menatap seolah meminta jawaban, ia menoleh ke arah keempat laki-laki tersebut yang bahkan kini menghendikkan bahun secara bersamaan. Rayna menatap lurus ke arah Tia yang kini meminum untuk melancarkan rasa yang tersedak. "Ti, serius?" tanya Rayna dengan sorot mata yang serius, gadis tersebut sontak terdiam sejenak yang membuat ketiga sahabatnya menatap dengan sorot mata yang seolah meminta jawaban serius. Alex menyeringau tipis membuat Tia yang melihat sontak menatap kesal hingga ia dengan sengaja menendang kaki laki-laki di hadapannya. "Kenapa? Emang lu belum cerita kalau kita sudah pacaran," ujar Alex yang malah semakin membuat Tia melotot tajam atas perkataannya. "Siyalan nih cowok!" batin Tia menseru. "Nanti gue jelasin," kata Tia yang kini menyengir kuda membuat ketiga sahabatnya sontak menatap satu sama lain dengan sorot mata penuh selidik. Riko berkata, "Jadi hari ini sponsornya lu Lex?" Sambil menaikkan kedua alisnya yang seolah meledek sahabatnya, Alex hanya berdehem saja membuat Bary kini menimbrung, "Nah gitu dong. Ah demen gue nih." Siska bertanya, "Kita juga?" Alex menoleh sekilas lalu mengangguk dengan raut wajah datarnya. Hingga bell istirahat berbunyi membuat mereka yang berada di lusr ruang kelas berhamburan untuk bergegas masuk ke kelas, begitu juga dengan sembilan orang yang berjalan beriringan membuat para penghuni sekolah yang melihat jelas menatapnya seolah-olah seperti di novel-novel geng yang mereka baca. "Sini lu!" seru Tia berbisik sambil menarik tangan laki-laki tersebut. Alex hanya terdiam saja menatap lurus ke arah gadis tersebut yang kini menatap nyalang seolah ingin menerkam musuh. "Mulut lu bisa enggak si jangan asal ceplas ceplos gitu!" seru Tia sedikit berbisik membuat laki-laki tersebut mengerut keningnya bingung. "Maksutnya?" tanya Alex. Gadis tersebut menghela nafasnya sebelum akhirnya berkata, "Kenapa lu bilang kalau kita sudah pacaran?! Lu enggak tahu gimana gue pusingnya nanti ngjelasin ke mereka," kata Tia dengan bawelnya membuat Alex hanya memperhatikan ssja sambil sesekali tersenyum manis. "Tinggal jelasin saja, apa susahnya," kata Alex dengan santainya. "Gue enggak pernah jadian ya sama lu!" seru Tia dengan sorot mata yang serius. Alex terkekeh sejenak menatap datar ke arah gadis yang ada di hadapannya kini. "Okeh besok gue bilang saja kalau kita dijodohkan," ujar Alex yang membuat Tia sontak melotot tidak percaay. Tia menatap kesal hingga menghentakkan kakinya lalu melangkahkan kakinya berlalu dari hadapan laki-laki tersebut, Alex sontak yang melihatnya hanya tersenyum tipis penug kemenangan. "Jangan kesal-kesal nanti tambah cantik," kata Alex sedikit berteriak yang membuat Tia jelas menoleh dengan sorot mata yang tajam, ah tidak hanya Tia tapi siswa-siswi yang lain jelas mendengarnya. "Eh itu serius suara Kak Alex?" "Ka Alex muji siapa itu?" "Eh benar itu Ka Alex lagi muji Ka Tia." "Mereka jadian enggak si, keren si kalau Kak Tia mampu ngubah Kak Alex jadi hangat." "Tapi mereka cocok loh." Tia mendahului masuk ke kelas, ketiga sshabatnya masih melongo atas perkataan Alex yang mereka dengar. "Sebenarnya ada apasi sama hari ini," gumam Rima dengan bingungnya. "Mereka serius benaran jadian?" tanya Siska, Rayna hanya menghendikkan bahunya sebelum akhirnya menjawab, "Mending kota interogasi saja pas pulang sekolah." "Boleh tuh," kata Siska. Mereka bertiga kini melangkahkan kakinya memasuki area kelas dan langsung duduk di bangku masing-masing tanpa berkata satu katapun kepada Tia, gadis tersebut sontak mengerutkan keningnya namun ia paham kenapa sahabatnya seperti itu. "Gais, jangan marah dong," ucap Tia dengan sorot mata yang membinar. "Kaya ada yang ngomong deh," kata Rayna membuat Tia kini nengerucutkan bibirnya menatap ketiga sahabatnya, hingga gadis tersebut menghela nafasnya lalu memutuskan untuk merebahkan kepalanya di kedua tangan yang ia jadikan bantal. Rayna terkekeh pelan melihatnya, ya sekali-kali sahabatnya di kerjai sebentar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD