Bab 30

1721 Words
Kedua insan tersebut duduk secara berhadapan dalam keadaan hening, tak selang berapa bakso pesanan mereka telah datang, Tia melihatnya sontak menelan salivanya karena benar-benar menggiurkan. "Tergiurkan? Bakso disini enak katanya, lu pasti ketagihan," kata Alex sambil menuangkan sambel ke mangkok baksonya. "Tapi gue enggak mau makan," cetus Tia. Alex terdiam sejenak lalu menatap lekat ke arah gadis di hadapannya. "Yakin enggak mau? Yaudah buat gue aja," kata Alex sambio menarik mangkok bakso milik Tia, namun gadis tersebut menghalaunya membuat laki-laki tersebut mengerutkan keningnya. "Loh katanya engga mau?" tanya Alex sambil tersenyum meledek. Tia membalas, "Daripada lu kekenyangan." Alex hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis, gadis tersebut kini menambahkan beberapa sendok sambel dan saos, serta kecap ia meracik sedemikian rupa agar terlihat enak. "Perasaan tadi katanya enggak mau makan," gumam Alex, Tia sontak mendongak melihat ke laki-laki yang ada di hadapannya dengan raut wajah cemberut, namun ia tak ambil pusing ia mengaduk racikan yang telah ia buat, dan setelahnya ia mencicipi. Raut wajahnya jelas membinar menandakan kalau racikannya pas dan enak. Alex bertanya, "Gimana? Enak?" Tia yang kini sedang melahap makanan hanya mengangguk saja membuat Alex gemas ingin mencubitnya. "Gos, Gos, anak sekolah Fanca tuh kayanya." Laki-laki tersebut sontak mengerutkan kening, ia mengikuti arah tunjuk temannya tersebut lalu memicingkan matanya, senyum miring tercetak begitu saja di bibirnya. "Samperin," kata Igos, sang pentolan sekolah 56 yang di ketahui adalah musuh bebuyutan Fanca, beberapa temannya sontak mengangguk dengan antusias. Deruan motor jelas nyari terdengar terlebih ketika beberapa motor tersebut menggeber di depan warung bakso tersebut. Alex yang sedang menikmati baksonya dengan lahap sontak memicingkan matanya menatap ke arah beberapa motor tersebut, Tia yang tak bisa di ganggu karena bising dengan kesengajaan sontak menoleh lalu berteriak, "WOY! BISA DIAM ENGGAK LU PADA! NORAK BANGET GEBAR-GEBER MOTOR!" Igos dkk yang mendengar sontak saling menatap dan menghentikan geberan motor, mereka langsung memarkirkan motor berjejer di depan warung bakso. "Ti, lanjutin makan," kata Alex. Tia memposisikan duduknya kembali menghadap ke arah Alex sambil berkata, "Kesel." "Hai," sapa Igos, Tia tidak menggubrisnya ia masih sibuk melahap baksonya sedangkan Alex hanya menatap sambil mengeluarkan smirknya. "Sikat aja Gos, anak Fanca mereka." Tia sontak tertawa membuat mereka yang mendengar lantas menatap sambil mengerutkan keningnya ke arah gadis tersebut. "Kalau ketawa makin cantik deh, mau enggak di anter pulang," rayu Igos. "Gos? Tonggos atau siapapun lu, apa mata lu buta kalau di hadapan gue ada pacar gue?" tanya Tia, Alex yang mendengar sontak menatap gadis tersebut dengan senyuman tipos di wajahnya. Igos yang mendengar sontak kesal terlebih gadis tersebut meledek namanya. "Siyalan lu jadi cewek!" seru Igos membentak dengan sorot mata menajam. Alex sontak beranjak berdiri lalu menarik kerah Igos tersebut. "Maksud lu apa bentak-bentar cewek gue?!" seru Alex. "Cewek lu? Mau aja lagi sama cewmur, ini cewek yang fotonya kesebar itukan?" tanya Igos dengan raut wajah tengilnya. Tia menyela, "Contoh yang enggak bisa dapetin gue ya gitu, gosip ditelan mentah-mentah." Dengan raut wajah datar membuat Igos sontak emosi, ia mendorong Alex dengan niat ingin menampar gadis tersebut namun belum sempat mengenai Tia, Alex dapat meraih tangan Igos. Pukulan jelas mendarat di pipi Igos hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar, beberapa temannya lantas tidak terima dan ingin mengkeroyok Alex namun Tia berteriak, "Enggak jantan banget, mainnya keroyokan. Didikan lu mentalnya lemah ya?" Igos semakin di buat emosi karena perkataan gadis tersebut yang sedikit pedas nyelekit di hati. Gadis tersebut beranjak berdiri membuat Igos tersenyum miring lalu menghampiri Tia, gadis tersebut menahan Alex agar tidak ikut campur terlebih dahulu itu jelas membuat Alex menatap khawatir. "Lu tuh cewek! Jangan macem-macem, gue bisa habisin lu sama pacar lu saat ini juga," kata Igos dengan menyeringai, matanya mengkode agar menahan Alex, beberapa temannya Igos lantas menahan laki-laki tersebut. Tia yang melihat sontak tersenyum meremehkan, kini Alex berusaha memberontak melepas tahanan dari mereka. "JANGAN BERANI-BERANINYA LU SENTUH DIA!" seru Alex, Igos menoleh kebelakang sejenak dengan semirknya. "Maksud lu enggak boleh kaya gini," kata Igos sambil mencengkram pipi Tia yang membuat Alex menatap tajam. Gadis tersebut kini menghempaskan tangan laki-laki yang mencengkram pipinya, Igos menatap tajam sambil tersenyum miring seolah ia tertarik dengan gadis didepannya. Tia kini mencepol rambutnya membuat semua yang melihat sontak saling menatap heran. "Lu yakin mau dibuat malu disini?" tanya Tia. Igos menyela, "Apa yang harus di maluin, kalian cuman bertiga, satu cewek satu cowok." Tia memandang datar ke laki-laki tersebut namun beberapa detik kemudian tatapannya berubah menjadi menajam. Tak dipungkiri Igos merasakan aura yang berbeda ketika gadis di hadapannya merubah tatapannya, Tia kini melangkah perlahan untuk mendekat ke arah laki-laki yang terdiam membisu. Igos melihat ke arah gadis tersebut, ia melihat dengan jelas tato mahkota di leher gadis tersebut kecil namun sangat nyatra di lihatnya. "Kenapa? Tadi perasaan lu petantang petenteng," kata Tia dengan senyum manis menggodanya. "Gos, sikat Gos!"  "Lepasin gue!" seru Alex memberontak, namun sangat di sayangkan ia kalah kuat. "Lu–" Tia menaruh telunjuk di bibirnya lalu mendesis, "Sssutt!" Sambil tersenyum tipis mendengarnya. "Sudah lama tidak bertemu bukan," kata Tia membisik membuat laki-laki tersebut menegang, Alex yang melihat jelas didepan matanya mengerutkan keningnya. Tia terdiam sejenak memperhatikan laki-laki tersebut dari atas hingga bawah, lalu matanya menatap ke arah Alex yang di tahan oleh beberapa orang. "Lepasin dia," ujar Igos membuat beberapa temamnya sontak terkejut dan menyela, "Tapi Gos-" "GUE BILANG LEPASIN YA LEPASIN!" seru Igos membuat beberapa temannya yamg menahan Alex melepasnya perlahan, Alex langsung menghampiri gadis tersebut lalu bertanya, "Lu enggak di apa-apainkan?"  Tia menoleh sambil tersenyum dan berkata, "Lu lihat sendirikan tadikan." "Cabut,"kata Igos, sorot matanya jelas menahan amarah ke gadis tersebut yang kini tersenyum meremehkan, mereka sontak menuruti perkataan Igos walau dengan tatapan keheranan. Gadis tersebut melambaikan tangannya sambil tersenyum manis ke arah mereka yang kini mulai melajukan motornya. "Lu kenal dia?" tanya Alex, Tia hanya menghendikkan bahunya lalu kembali duduk untuk. Laki-laki tersebut sontak terdiam sejenak menoleh sebentar ke arah Tia sebelum melangkah untuk duduk dihadapan gadis tersebut. "Kalau enggak kenal, kenapa tiba-tiba mereka pergi gitu aja?" tanya Alex dengan penasaran. "Mungkin belum bayar utang makanya pergi," kata Tia sambil tertawa pelan membuat Alex hanya menatap heran saja. Sedangkan di sisi lain, segerombolan motor berhenti di warung biasa tempat mereka biasa nongkrong. "Gos, kenapa lu lepasin tadi?" tanyanya. Igos duduk sambil bersandar di kursi yang ia duduki, semua temannya menatap ke arah Igos seraya penasaran tentang jawaban ketuanya tersebut. "Lu pada enggak ngerti, kalau gue bilang juga enggak akan percaya pasti," kata Igos. "Deh karena lu enggak ngasih tahu makanya kita enggak percaya, lu bayangin dong masa lu pergi gitu aja tunduk sama cewek," cetus Rido - temannya Igos. Igos menatap ke arah teman-temannya lalu berkata, "Tato mahkota yang buat gue urungin niat habisin mereka." Semua terdiam saling menatap seraya bertanya ada apa dengan tato mahkota yang dilihat Igos, namun laki-laki tersebut tidak melanjutkan perkataannya, ia malah bersandar dengan kepala yang mendongak menatap langit yang cerah. *** Di sisi lain, keempat laki-laki yang bersahabat kini berada di cafe` Dragons untuk membuang waktu yang tersisa sebelum sore menjelang. Rega yang memang sehabis sekolah akan bekerja membantu di cafe tersebut lantas langsung mengganti seragamnya. "Bar, telepon Alex suruh kesini kalau udah nganter adik gue," ujar Revan. Bary menyela, "Lah lu kan lagi megang handphone kenapa nyuruh gue, si anjinc." "Udah, lu aja," kata Revan membuat Bary memutar bola matanya dengan malas, mau tidak mau kini ia menelepon sahabatnya tersebut. Sedangkan di sisi lain, Alex yang sedang melajukan motornya sontak menepi ke pinggir jalan karena mendengar dering handphonenya berbunyi. "Sebentar ya Ti," kata Alex, Tia hanya berdehem saja. Laki-laki tersebut kini mengambil handphoneya, jelas raut wajahnya mengerut ketikan sahabatnya yang menelepon. "Gue angkat telepon sebentar ya, dari Bary," ujar Alex sambil menunjukkan layar handphonenya. Tia membalas, "Yaudah angkat aja." Tanpa pikir panjang Alex lalu mengangkat telepon dari Bary tersebut. "Hm." "Ham hem ham hem, orang mah nanya kenapa Bar, telepon." "Gc." "Disuruh ke Cafe Dragons sama Revan, kita disini. Lu udah nganter tuan putri dengan selamatkan?" "Otw." "Hilih kulkas dasar, udahlah males gue." Belum sempat Bary mematikan teleponnya, Alex sudah lebih dulu mematikannya membuat Bary memandang kesal ke arah handphonenya. "Kamperet emang si es batu!" seru Bary. Riko bertanya, "Apa katanya?"  "Otw." Revan menyela, "Otw kesini? Apa Otw nganter adik gue?" Bary yang mendengar sontak terdiam sejenak lalu membalas, "Bilangnya cuman otw doang." "Yeuh bambank, kenapa kaga lu tanya," cetus Riko. "Yailah paling juga otw kesini," balas Bary. Sedangkan Alex kembali melanjutkan langkahnya untuk mengantarkan gadisnya ke rumah dengan selamat. 15 menit kemudian laju motornya berhenti didepan gerbang rumah mewah, gadis yang diboncenginya lantas turun dari motornya. "Terimakasih ya udah nganterin," kata Tia. "Jangan lupa ganti perban lu," balas Alex, Tia hanya manggut-manggut saja. Laki-laki tersebut masih setia berada di hadapan gadis tersebut membuat Tia sontak mengerutkan keningnya lalu berkata, "Udah sana pulang, ngapain disini." "Lu yakin enggak papa? Gue ikut ke dalem dah," ujar Alex  "Apaan si, gue enggak papa, udah sana lu. Santai aja ish," kata Tia dengan senyum manisnya, laki-laki tersebut sontak terdiam sejenak memperhatikan gadis tersebut. "Tap–" "Lex! Gue enggak papa," kata Tia dengan sedikit kesal, Alex sontak menutup kaca helm fullfacenya lalu melajukan motornya menjauh dari gadis tersebut. Tia tersenyum tipis ke arah laki-laki yang sudah menjauh dari pandangannya tersebut, ia berbalik badan dan melangkah masuk ke perkarangan rumahnya. Satpam yang membuka gerbang sontak mengerutkan keningnya sambil menggelengkan kepalanya. "Helo epibradih Tia pulang nich," kata Tia sedikit berteriak. Caca yang ingin menyambut Tia sontak mengerutkan keningnya ketika melihat penampilan sang anak. "Bubu," kata Tia sambil menghampiri sang ibu. "Kamu dari mana?" tanya Caca. Tia membalas, "Dari sekolahlah Bu, masa dari toko matrial." "Bukannya kamu berangkat bareng Revan," ujar Caca, Tia mengangguk dengan antusias dengan senyuman. "Tapi Tia pulang bareng Alex tadi," kata Tia membuat Caca hanya manggut-manggut mengerti. Caca bertanya, "Terus kamu enggak sadar?"  Gadis tersebut sontak mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Enggak sadar kenapa Bu? Ada yang aneh." Caca hanya mengkode melaluo matanya membuat Tia menatap bingung sambil mengangguk ke atas seraya kembali bertanya. Tia kini memegang kepalanya yang ternyata masih memakai helm, jelas ia terkejut tanpa pikir panjang ia langsung melepasnya. "Loh dari tadi Tia pakai helm?" tanya Tia. "Kamu ini gimanasi helm segede itu masa enggak berasa, saking bahagiannya," kata Caca membuat Tia memandang malu ke sang ibu. Tia menyela, "Ish apaan si Bu, emang Tia enggak sadar kok. Alex juga enggak ingetin, atau–" Raut wajahnya berubah menjadi terkejut menganga, membuat Caca hanya mengerutkan keningnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD