Bab 8

1741 Words
Bell istirahat sebentar lagi akan usai namun Alex masih setia berada di atap sekolah menatap lurus pemandangan, sedangkan keempat sahabatnya maish setia duduk dibangku kantin. "Alex enggak balik lagi nih?" tanya Rega. Bary yang mendengar jelas menghendikkan bahunya. "Paling pikirannya lagi kalut kali," cetus Riko. Tia kini terdiam sejenak sambil memainkan sedotan digelasnya. "Bang, gue duluan ya," ucap Tia yang membuat mereka jelas mengerutkan kening. "Bareng aja si," ujar Rega. "Gue mau kencing, lu mau ikut?" tanya Tia dengan sarkas yang membuat Rega terkejut, sedangkan yang lain tertawa. Rega menyela, "Yaudah sana lu." Tia lalu menyengir pelan dan melangkah pergi dari hadapan mereka berempat. "Ga, apa lu enggak ada rasa suka gitu sama Tia, diakan deket banget sama lu, manja pula kayanya," ucap Riko, Rega jelas tersedak karena mendengar perkataan sang sahabat, Bary dan Revan kini hanya memperhatikan saja. Rega bertanya, "Suka sama Tia?" Riko manggut-manggut dengan yakin. "Ya enggak lah, Tia itu udah gue anggap kaya adik gue sendiri, dia manja sama gue ya wajar karena gue merlakuin dia selayaknya abangnya merlakuin dia," jelas Rega yang membuat mereka manggut-manggut saja. Rega kini memajukan kepalanya lalu berbisik, "Lagipula dia bukan tipe gue." Revan yang mendengar langsung menoyor kepala Rega dengan santainya. "Yeuh sok ganteng lu," cetus Revan yang membuat Rega tertawa pelan begitu juga dengan Bary dan Riko. Sedangkan disisi lain, Alex menghembuskan kepulan asap dari mulutnya sambil menatap lurus ke pemandangan yang ada didepannya. "Lu ngerokok?" Laki-laki tersebut menoleh ke arah sumber suara, lalu kembali beralih memandang lurus. Gadis tersebut melangkah perlahan mendekati laki-laki tersebut. "Lu ngapain disini?" tanya Alex. "Loh emang enggak boleh?" Gadis tersebut kini menyeret kursi dan meletakkan tak jauh dari kursi Alex. Alex menghembuskan kembali kepulan asap dan bertanya, "Emang udah selesai makan lu?" "Sudah kok, buktinya gue disini," cetus Tia. Yaps, gadis tersebut adalah Tia, ia tidak berbohong untuk kekamar mandi namun setelah itu ia ingin menghirup udara segar di atap sekolah. Alex hanya tersenyum singkat saja, Tia tanpa ijin mengambil sebatang rokok yang kini sudah ia taruh di mulutnya dan bersiap untuk membakarnya, laki-laki tersebut yang melihat jelas merebut rokok tersebut lalu ia patahkan. "Apa-apaan si lu?!" seru Alex. "Temanin lu ngerokok lah," cetus Tia. "Enggak, lu cewek ya. Jangan sekali-kalinya nyentuh rokok!" Mata Alex jelas memerah karena tak suka, Tia hanya terdiam saja ketika laki-laki tersebut memarahinya perihal rokok. Tia menyela, "Loh kok ngamuk. Lu aja ngerokok." "Ya gue cowok." "Apa bedanya, emang ada tulisannya rokok khusus buat cowok? Kan enggak," jelas Tia yang membuat Alex kini seraya terdiam mendengarnya. "Ya pokoknya enggak boleh, awas aja kalau lu berani-beraninya ngerokok apalagi di belakang gue," cetus Alex yang tanpa sadar itu adalah posesif. Gadis tersebut beranjak berdiri yang membuat Alex terdiam menatapnya lalu bertanya, "Mau kemana?" "Mau ke kelaslah," cetus Tia lalu melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Alex yang masih menatap kepergiannya, namun tak selang berapa lama ia mematikan rokok yang berada di tangannya lalu berlari kecil menghampiri gadis tersebut. Tia yang menyadari lalu bertanya, "Kenapa? Udahan ngerokoknya?" Alex hanya terdiam saja dengan lirikan ke arah gadis tersebut melalui ekor matanya, laki-laki tersebut terhipnotis akan kecantikan Tia, dari sudut manapun ia terlihat cantik. "Gue minta maaf ya buat lu ngelihat kejadian di kantin tadi," ucap Tia. Mereka berdua menuruni tangga, hingga kini berjalan menyusuri lorong sekolah yang membuat semua yang berada diluar kelas menatap terkejut atas keberadaan mereka berdua yang berjalan berdampingan. "Sebaiknya lu jalan duluan deh," ucap Tia sambil menghentikan langkahnya. Alex jelas mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kenapa?" "Nama gue disini lagi buruk Lex, gue enggak mau lu keikutan buruk," ucap Tia dengan senyuman sendu, jelas Alex melihatnya merasakan sesak. "Gue enggak perduli! Jalan," ujar Alex dengan sorot mata yang tajam, Tia terdiam sejenak menatapnya seraya bertanya namun Alex kembali memberi kode dengan tatapan tajam untuk terus berjalan. Tia kembali melangkah menyusuri lorong sekolah, tentunya dengan Alex disampingnya. "Dikantin tadi aja lu berani, masa cuman jalan lewatin mereka lu down, inikah cewek bar-barku?" tanya Alex yang membuat Tia jelas tersentak kaget karena mendengar kata 'ku' di kalimat terakhir. "Beda cerita," cetus Tia yang membuat Alex tanpa sadar tersenyum tipis, jelas itu membuat para siswi yang melihatnya menjerit karena melihat senyum tipis dari bibir sang pujaan sekolah. Mereka berdua berpisah setelah Tia memasuki kelas, sedangkan Alex kembali melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya dengan raut wajah datarnya. "Nah itu dia si curut," ujar Riko ketika melihat laki-laki tersebut memasuki kelas. Bary bertanya, "Sudah tenang bosku?" Alex jelas menatap sengit ke arah sahabatnya yang tahu segalanya soal dia. "Lu darimana si emang?" tanya Revan. Alex menjawab, "Atap." Mereka hanya ber Oh ria, tak terasa bell masuk berbunyi mereka duduk dengan rapih di bangku masing-masing, sedangkan yang masih berada diluar berhamburan keluar. Di sisi lain, Tia melangkah menuju bangkunya yang kini berada paling belakang dan ia masih duduk sendiri, ketiga gadis tersebut menatap kehadiran Tia, ingin menyaap namun rasa bersalah masih menghantui. Gadis tersebut membuat tangannya menjadi bantalan untuk kepalanya, semua teman sekelasnya jelas memperhatikan terlebig sehak kejadian di kantin. "Sebenarnya dia itu maunya sama siapa si?" "Gue juga heran, dikantin di peluk Revan, tadi jalan seiringan sama Alex." "Yang tampan-tampan pada di gaet dia semua." "Pakai pelet ama si dia." Tia masih dapat mendengar jelas bisikan tersebut, bahkan itu tidak bisa dibilang bisikan karena sampai ditelinganya. "Lu semua kaya enggak ada kerjaan lain si, gosip mulu!" seru Rayna. "Tahu lu!" seru Rima "Urusin sono hidup lu," nimbrung Siska, Tia mendengar jelas namun ia tidak mendongakan kepalanya. Sampai pada akhirnya guru yang mengajar dijam tersebut telah datang, Tia mendongakkan kepalanya untuk kehadiran sang guru tanpa memperdulikan tatapan dari ketiga orang tersebut. Semua siswa-siswi mengikuti pelajaran hingga jam terakhir. "Oke baik anak-anak, sampai jumpa di minggu depan, dan jangan lupa mengerjalan PR kalian," ucap sang guru. "Baik Bu." Guru tersebut meninggalkan kelas tersebut, dan semua penghuni kelas merapihkan semua peralatan ke dalam tas masing-masing lalu beranjak keluar, karena bell pulang sudah terdengar. Seperti biasa Tia akan beranjak pergi setelah kelas sepi, jadi ia duduk dengan airpods yang bertengger di telinganya sambil melihat satu persatu penghuni kelas keluar, kini hingga tersisa dirinya saja. "Queen." Gadis tersebut jelas terkejut ketika ada lima orang laki-laki di hadapannya kini. "Ngapain?" tanya Tia sambil melepas airpodsnya. Rega menyela, "Ngapain-ngapain, kan katanya lu mau kerumah gue dodol." "Sekarang?" tanya Tia dengan heran. Revan menyetil dahi sang adik lalu menjawab, "Lebaran onta." Tia memegang dahinya sambil menatap sengit ke sang abang. "Lu jadi ikut enggak?" tanya Rega. Tia tersenyum tipis sambil menaikkan kedua alisnya lalu menjawab, "Ya ikutlah masa enggak." Ia lalu merangkul Rega yang membuat Alex memandang tak suka sekalipun mereka bersahabat katanya. "Lu naik sama gue aja," ucap Alex tiba-tiba yang membuat mereka menatap lekat ke manusia dingin tersebut. Tia menyela, "Gue sama Rega aja." Alex yang mendengar menahan rasa cemburunya, menahan amarahnya, Rega yang menyadari hal tersebut lalu berkata, "Lu sama Alex, gue sama Bary mau belanja cemilan dulu, iya enggak Bar?!" Bary sempat bingung namun setelah mengetahui kode msta Rega ia mencetus, "Iyalah, kitakan perlu beli cemilan biar enak." "Yaudah gue sama lu, naik motor sama Revan mah lelet," cetus Tia. Alex mengangguk pelan. Mereka kini berjalan menuju ke parkiran, Tia memegang bahu laki-laki tersebut untyk membantunya menaiki motor sport tersebut. "Besok mah bawa motor matic aja kek, ribet naiknya gue," omel Tia. "Bukannya cewek lebih suka motor kaya gini?" tanya Alex sambil memakai helm fullface-nya. Tia menjawab, "Iya kalau gue yang bawa suka, tapi kalau di boncengin kurang." "Lu bisa bawa motor sport juga ternyata," ujar Alex, Tia hanya berdehem saja. Sedangkan mereka berempat yang melihat hanya menatap satu sama lain ketika melihat mereka berdua. Alex melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari halaman sekolah mereka, dan keempat motor mengikuti mereka dari belakang. "Lu tahukan tempatnya Rega?" tanya Tia. Laki-laki tersebut menggelengkan kepalanya yang membuat Tia mengerutkan keningnya. "Serius lu enggak tahu?" tanya Tia dengan rasa tidak percaya. "Ini pertama kalinya gue kerumah Rega," jawab Rega. "Yaudah gue tunjukin jalannya," balas Tia yang membuat Alex hanya menjawab dengan anggukan, namun dibalik helm fullface-nya ia tersenyum tipis. 30 menit kemudian, mereka telah sampai dirumah Rega yang berada di jln melati bukan mansionnya. Tia turun lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah jelas Alex sedikit heran, pasalnya Rega sedang membeli cemilan bersama Bary. "Assalamuallaikum Bi Inah," ucap Tia ketika membuka pintu. Tak lama kemudian wanita sedikit paruh baya menghampiri dengan raut senang. "Masya Allah Non Tia kemana saja? Bibi sampai kangen," ucap Bi Inah lalu memeluk gadis tersebut, yang tentu Tia membalas pelukannya. "Ada kok Bi, maaf ya jarang kesini," balas Tia dengan senyuman tipis, Bi Inah memperhatika kedua laki-laki yang belum kenal. Tia menatap Bi Inah lalu berkata, "Oh iya Bi kenalin, ini namanya Riko dan ini namanya Alex, temannya aku sama Rega." Bi Inah yang mendengar hanya ber Oh ria sambil tersenyum ramah. "Den Reganya kemana?" tanya Bi Inah. Revan menjawab, "Lagi beli cemilan Bi." "Masya Allah ini Den Revan ya? Ish makin ganteng aja," ujar Bi Inah yang membuat Revan tersipu malu. "Eh kok malah diam aja, ayuk masuk biar sekalian Bibi buatin minum," uca Bi Inah. Mereka semua akhirnya masuk kedalam rumah tersebut, desain rumah ini adalah pilihan Rega sendiri, ia ingin ada sedikit hijau-hijau di tengah-tengah rumah sehingga ia membuat taman dengan pepohonan tempat untuk nongkrongnya yang dibatasi dengan kaca tebal antara luar taman dan dalam. "Keren banget asli," ucap Riko berdecak kagum. "Ini desainnya Rega, dia yang request," cetus Tia. Alex menyela, "Kayanya lu tahu segalanya tetang Rega ya." Gadis tersebut yang mendengar hanya menatap Alex dengan senyuman tipis yang semakin membuat hati laki-laki tersebut terbakar. "Ini minumannya," ucap Bi Inah sambil meletaklan nampan dimeja kayu tersebut. Tak selang berapa lama Rega dan Bary telah datang. "Ini serius ada beginian nih?" tanya Bary yang terkejut namun kagum. "Yoi, biar enak yekan, enggak punya rooftop tapi punya taman hutan ditengah rumah," jawab Rega sambil menaikkan kedua alisnya. Mereka semua bercanda dengan riangnya hingga waktu begitu cepat berlalu. "De, pulang yuk, nanti Bubu Ayah nyariin, gue ogah kena omel," ucap Revan. "Ayuk," balas Tia lalu beranjka berdiri dan mengambil tasnya. "Kalau gitu gue juga balik dah," cetua Riko. Bary menyela, "Lah kita juga. Ayuk Lex." Laki-laki tersebut beranjak berdiri. "Lu mau kesana?" tanya Tia. "Iya, bokap w******p tadi," balas Rega. Mereka semua beranjak keluar dari rumah Rega lalu melajukan motornya masing-masing, semua berkonvoi saling beriringan sebelumnya berpisah di persimpangan lampu merah. Revan memberi klakson seolah berpamitan kalau ia duluan, Tia hanya melambaikan tangannya yang membuat mereka juga ikut melambaikan tangannya terkecuali Alex, ia hanya tersenyun di balik helm fullface-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD