Histeria

1203 Words

"Kamu sebenarnya tidak perlu repot-repot, aku bisa pulang sendiri kok," ujar Alana begitu sampai di dalam mobil. Alana sudah diperbolehkan pulang, kondisinya sudah stabil. Ia juga baru saja menjalani pengukuran untuk prostesis. Nabilla yang sedianya akan menemani tiba-tiba saja mendapatkan panggilan untuk pulang karena adiknya minta dijemput. Rafael menghela nafas panjang, lalu meletakkan tangannya di atas setir, dan menoleh kepada gadis di sebelahnya. "Gak usah sok kuat, memangnya kamu siap pulang ke rumah aku sendirian? Kamu bisa menghadapi mamaku yang jahat?" kekehnya penuh ejekan. Alana menelan ludah, "bener juga ya, bisa-bisa aku diusir lagi," batinnya. "Kamu mau makan siang dulu gak?" tanya Rafael mengubah arah pembicaraan, karena ia sama sekali tak mau membahas soal sang mama.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD