Rencana

1440 Words
Baru saja Zein sampai di depan kampus Serly untuk menjemput Serly untuk dia ajak makan siang sekaligus mengantar Serly pulang, karena hari ini Serly tidak membawa mobil ke kampusnya dan tadi pagi Zein yang menjemputnya di depan gerbang rumah megah kekasihnya. Serly adalah anak tunggal dari nyonya Kiray pemilik rumah mewah juga CEO young corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang property. Dan pemegang kekuasaan tertinggi di kalangan pebisnis di Indonesia. Sudah hampir dua tahun Zein menjalin cinta dengan putri konglomerat itu namun sampai saat ini dia masih belum bertemu dengan calon mertuanya, alasannya cukup masuk akal, dia adalah wanita karier yang sibuk, juga sedang sukses. Menurut cerita Serly, ibunya jarang berada di rumah, paling cuma satu atau dua Minggu pulang dan setelah itu dia akan pergi lagi ke beberapa negara atau kota yang menjadi tempat bisnisnya sedang di bangun. Meski begitu nyonya Kiray tetap memberi perhatian juga kasih sayang yang cukup untuk putrinya saat dia pulang dan menghabiskan waktu bersama putrinya. Zein sangat mencintai Serly, gadis berkulit kuning dengan lesung pipi di sebelah kiri yang sangat cantik di matanya. Bukan karena Serly adalah anak tunggal yang akan mewarisi harta keluarganya, tapi Zein Memang mencintai Serly tulus tanpa embel-embel harta ataupun tahta. Rencananya, setelah mereka menikah nanti, Zein akan mencoba membangun bisnisnya sendiri, agar tidak bergantung pada orang tuanya dan untuk keinginan Zein yang satu ini sudah dia bicarakan matang-matang dengan ayah juga ibunya, dan sepertinya kedua orang tuanya setuju untuk keinginan Zein yang satu ini, terutama ayahnya, Adam Herlambang. Saat Zein tiba di depan gerbang kampus Cakrawala, Zein melihat Serly naik di salah satu mobil sedan hitam yang sangat Zein kenal, mobil itu adalah mobil milik ayahnya, pak Adam Herlambang. Dan Zein yakin seratus persen jika itu adalah mobil milik ayahnya. Karena penasaran, akhirnya Zein mengikuti mobil itu dari jarak yang tidak begitu jauh, hingga mobil sedan itu berbelok ke salah satu restoran mewah yang tidak begitu jauh dari kampus Cakrawala. Zein melihat ayahnya turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil di sebelahnya yang mana di sana ada Serly yang duduk sebagai penumpang. Rasa penasarannya semakin bertambah besar saat melihat ayah juga kekasihnya memasuki restoran itu meski tidak dengan bergandengan tangan atau dengan cara romantis seperti kebanyakan pasangan kekasih pada umumnya atau cara seorang sugar Daddy dengan sugar baby nya. Hanya saja Zein tetap merasa penasaran dengan apa yang ingin ayahnya lakukan, juga kekasihnya di tempat itu. Zein tetap mengikutinya hingga ayahnya juga kekasihnya duduk di salah satu meja kursi yang ada di sudut ruangan itu, dengan ikut duduk di salah satu kursi tidak jauh dari kedua orang itu. Karena tidak tahan dengan rasa penasarannya dan tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, akhirnya Zein memutuskan untuk mendekati keduanya. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Tanya Zein saat sudah berdiri di belakang kedua orang itu, Adam ayahnya, dan Serly kekasihnya, yang mana membuat kedua orang itu sedikit terkaget. Zein menatap ayahnya kemudian Serly dengan penuh tanda tanya. Sungguh otaknya sedang tidak bekerja dengan baik saat ini, ada rasa tidak enak di hatinya saat melihat kedekatan ayah dan kekasihnya. Bukannya Zein tidak suka, ayah juga kekasihnya dekat tapi tidak mesti sedekat ini juga, pikiran Zein yang mulai di kuasai api cemburu. "Emang apa yang kami lakukan Zein? Kami hanya akan makan!" Adam ayahnya Zein yang menjawab. Sebenarnya tadi Adam ingin membicarakan perihal rencana Zein yang ingin melamar Serly akhir bulan ini, tapi karena di sini juga ada Zein maka mereka akan tetap membicarakan semua itu agar bisa di dengar oleh Zein sendiri. "Makan berdua?" Tanya Zein terdengar bodoh, karena sudah pasti mereka akan makan berdua karena di sini mereka hanya duduk berdua saja. "Tentu saja," jawab Adam kembali melihat kearah putranya, "tapi karena kau juga ada di sini jadi alangkah baiknya jika kau juga bergabung dan kita akan membicarakan rencana kamu yang ingin melamar Serly akhir bulan ini, karena sepertinya keinginan mama mu sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi." Sambung Adam sambil menghela napas kasar, sementara Serly hanya tersenyum tipis memandang Adam juga Zein bergantian. Senyum Zein langsung mekar menghiasi wajah tampannya, dadanya terasa sangat ringan dan napasnya terasa sangat lepas. Zein hanya tidak menyangka jika ayahnya akan mengambil tindakan cepat, untuk memikirkan usul ibunya juga keinginan terbesarnya untuk segera melamar dan menikahi kekasihnya "Benarkah?" Ucap Zein dengan mata berbinar senang juga senyum yang semakin terukir indah di wajah tampannya "Kau pikir untuk apa?" Imbuh Adam lagi "jangan pernah beranggapan jika kami,,," sambung Adam menggantung kalimatnya. Tentu Adam tau jika Zein putranya sedang berpikir jika dia dan Serly memiliki hubungan yang lebih dari pada hubungan calon mertua dan anak menantu, "Tidak pa. Zein hanya heran ketika melihat papa menjemput Serly tadi di kampus, karena papa tidak biasanya akan bersikap seperti itu, lagi pula tadi pagi aku dan Serly memang sudah ada janji untuk makan siang bersama, jika Zein tau papa juga ingin membicarakan terkait lamaran Zein , tentu Zein akan sangat senang, dan seharusnya tadi papa tidak perlu sampe harus repot-repot menjemput Serly, dan meninggalkan kantor ,karena Zein pasti akan dengan senang hati membawa Serly untuk bertemu papa dan membicarakan rencana kita," imbuh Zein sementara Serly hanya bisa tersenyum manis. Sebenarnya Serly tadi sempat salah tingkah saat kedapatan oleh Zein tengah duduk berdua sama Adam yang notabenenya adalah calon ayah mertuanya tapi beruntung Adam lebih dulu angkat bicara dan buru-buru menenangkan kecemburuan Zein dengan kedekatannya sama Adam. Akhirnya mereka makan dengan damai dengan sesekali mengobrol perihal keseriusan Zein yang ingin melamar Serly. Dari perbincangan tadi Zein sudah mendapat nomer telpon ibunya Serly dan mungkin nanti saat ibunya Serly kembali ke Indonesia, ia akan membuat janji untuk bertemu dan membicarakan keinginannya. Usai makan siang, Zein mengantar Serly pulang , dan kini keduanya tengah berada di jalan dengan Serly yang sedari tadi sibuk dengan ponsel di tangannya. "Sayang, kapan mamamu akan pulang?" Tanya Zein mencoba mengalihkan fokus Serly yang masih sibuk dengan layar ponselnya. Serly tersenyum kemudian memasukkan ponsel miliknya ke dalam tas, lalu menatap Zein yang sedang fokus dengan kemudinya. "Aku tidak tau sayang. Biasanya mama akan pulang di akhir bulan dan jika tidak ada yang terlalu penting, mama paling akan menginap dua atau tiga hari dan kembali melanjutkan perjalanan bisnisnya yang tidak pernah ada habisnya," sesal Serly karena akhirnya-akhir ini ibunya memang jarang pulang. Serly tau jika ibunya pergi hanya untuk bekerja, namun beberapa tahun ini ibunya lebih sering perperjalan keluar negeri dan alasannya masih juga sama, kerja dan bisnis. Kadang Serly merasa sangat kesepian, terlebih lagi Serly tidak memiliki ayah, beruntung banyak asisten rumah tangga yang menemaninya di rumah besar itu, asisten rumah tangga yang lebih layak di sebut bodyguard, karena mereka terus saja mengawasi nya seperti tawanan. Meskipun mereka juga tidak pernah melarang atau membatasi gerak langkah nya tapi tingkat kejenuhan Serly memang kadang sangat besar. "Jujur, aku penasaran dengan mama mu. Kita sudah pacaran hampir dua tahun tapi sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan mama mu." Ucap Zein yang masih di penuhi rasa penasaran akan sosok nyonya Kiray Agustin, ibu dari kekasihnya, Serly Agustin. Zein sudah sering berkunjung ke rumah mewah kekasihnya namun tak sekali pun dia bertemu dengan nyonya Kiray, bahkan photo nya pun tidak ada yang di pajang di dinding tembok bangunan besar dan megah itu, entah seperti apa sosok calon ibu mertuanya, tapi satu yang pasti , Zein tidak peduli dengan sosok atau wajah dari calon ibu mertuanya itu, yang Zein inginkan adalah dia bisa bertemu dan meminta restu untuk menikahi putri cantiknya, dan itu sudah lebih dari cukup untuk Zein yang benar-benar sedang tergila-gila dengan gadis cantik yang kini sedang bersandar mesra di bahunya. "Mama orangnya sangat sibuk, Zein. Tapi semalem dia menelpon dan mengatakan akan pulang sore nanti. Nanti akan ku coba sampaikan keinginanmu, lalu kau bisa menghubunginya dan membuat janji untuk membicarakan masalah lamaran dengan beliau," saran Serly yang membuat Zein semakin tersenyum bahagia. Keinginannya untuk segara memperistri kekasihnya akan segera menjadi kenyataan dan Zein sudah menjanjikan kebahagiaan yang berlimpah dengan memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tidak akan pernah gadisnya bayangkan, dan Zein akan melakukan apapun untuk membahagiakan wanita ini, wanita yang akan melahirkan anak untuk Zein dan cucu-cucu untuk orang tuanya. Membayangkan itu saja senyum Zein langsung mengembang sempurna menghiasi wajah tampannya yang semakin tampan saat tersenyum penuh keikhlasan. "Kau memang pacar yang sangat pengertian, sayang. Aku sudah tidak sabar untuk segera menghalalkan mu dan segara memberikan cucu untuk mama, agar mama tidak terus ribut perkara cucu," sarkas Zein sambil membelai wajah halus kekasihnya. Tak ada kebahagiaan yang dia ingin kan saat ini kecuali ingin segera menikahi kekasihnya. "Jadi jika kau sudah memberi tahu mama mu nanti, langsung kabari aku ya sayang, agar aku segara membuat janji untuk bertemu dengan mamamu," imbuh Zein penuh percaya diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD