PART 1. Awal Sebuah Kisah

1140 Words
"Selamat ya Anna! Kamu memang yang terbaik deh. Lulus cumlaude untuk Sarjana Administrasi Bisnis Undip, dan juga lulus cumlaude untuk program Magisternya pula," ucap Nada, sahabat Anna. Nada pun memberikan kecupan di pipi kanan dan kiri Anna. Tak lupa Ia memberikan sebuah karangan bunga anggrek yang khusus dibelinya untuk sahabatnya itu. Karena bunga anggrek adalah satu-satunya bunga yang Anna suka. Saat itu Anna baru saja keluar dari mobil Range Rover SV Couple limited edition miliknya. Ia akan menghadiri acara yudisium program Magisternya. "Terima kasih Nadaku yang cantik," jawab Anna. "Sebentar-sebentar!" ucap Nada. "Apaan sih?" tanya Anna. "Aku akan memberikan doa harapan dulu buat sahabat terbaikku ini dong!" jawab Nada. "Oh, Alhamdulillah," sahut gadis manis berhijab itu. "Ya Allah, berkahilah ilmu dari sahabatku yang bernama Anna Madenda ini ya Allah. Semoga ilmunya bermanfaat untuk umat. Berikanlah selalu kesehatan dan kebahagiaan dalam hidupnya, ya Allah. Takdirkanlah pula seorang pemuda yang yang sama sempurnanya dengan dirinya untuk menjadi suaminya, ya Allah. Aamiin," doa panjang Nada untuk sahabatnya Anna. "Aamiin ya rabbal 'aalamiin. MashaAllah Nada. Aku sungguh terharu dengan doa yang Kamu panjatkan untukku. Doa yang sama untukmu! Semoga semua Malaikat mengaminkan doa Kita. Aamiin ya mujibassailin," doa balik Anna untuk Nada. Kemudian Mereka pun berpelukan erat. "Ya sudah! Sampai kapan Kalian mau ngobrol saja di parkiran? Sana temui teman-teman Kalian yang lain di halaman Auditorium!" sahut Tuan Rangga Madenda, Ayah Anna. "Oh. Iya om! Kita pergi duluan ya om ganteng," pamit Nada. "Iya. Hati-hati itu gandeng putrinya Om! Jangan sampai jatuh! Oke?" jawab Tuan Rangga Madenda. "Siap laksanakan, Tuan CEO!" jawab Nada lagi sambil tersenyum. Kemudian Ia pun bergegas menuju ke halaman Auditorium Prof. Dr. Soedarto seraya menggandeng Anna. "Wow! Ini dia bintang kesayangan Kita!" ucap Iskandar saat melihat kedatangan Anna. "Selamat ya Anna! Semoga ilmumu bermanfaat dan tentunya God bless you!" lanjut Iskandar memberikan doa untuk Anna. "Terima kasih Mister Is. Doa yang sama untukmu," jawab Nada kepada Iskandar dengan panggilan kesayangannya. Disana banyak sekali teman-teman Anna yang sengaja datang untuk memberikan dukungan kepadanya. Anna terlihat sangat bahagia. Tuan Rangga Madenda yang melihat kebahagiaan putrinya dari kejauhan pun tak terasa meneteskan air mata di pipinya. "Adinda. Lihatlah putri kecil Kita! Ia sudah dewasa sekarang. Dia sukses dalam pendidikan dan karirnya. Sekarang kewajibanku kepadanya tinggal satu. Menikahkan dia dengan pria yang berkepribadian baik," gumam Tuan Rangga sambil melepas kacamatanya dan mengusap air mata haru dari pipinya. Dalam acara yudisium itu, Anna tak hanya mendapatkan gelar Master of Business Administration. Akan tetapi Ia mendapatkan kehormatan dengan diangkatnya Ia menjadi dosen tamu di Universitasnya. Anna memiliki segudang prestasi akademik sejak menempuh studi sarjana. Ia juga banyak berkiprah bersama Ayahnya dalam mengembangkan bisnis perhotelan dan apartemen di Kota Semarang. Hal ini yang menjadikan Anna diangkat langsung menjadi dosen tamu di Universitasnya. Riuh ramai suara tepuk tangan para hadirin yang menyambut saat pihak Universitas memberikan penghargaan itu kepada Anna. Suara itu masih terngiang di telinga Anna dan bayangan peristiwa dua tahun yang lalu itu masih melekat di ingatannya. Saat ini Ia sedang berada di pintu masuk aula Auditorium Prof. Dr. Soedarto. Ia pergi kesana untuk menghadiri undangan seminar sebagai pembicara dan motivator. Dan tak hanya menjabat sebagai dosen tamu di Universitasnya, Anna juga menjabat sebagai dosen tamu di beberapa Universitas lainnya di Indonesia. *** "Assalamu'alaikum Ayah! Ayah.., Ayah dimana?" teriak-teriak Anna sambil mencari keberadaan Ayahnya. Setelah tidak menemukan keberadaan Ayahnya di kamar, Anna kemudian mencari Ayahnya di Rooftop rumahnya. Rooftop rumah itu sangatlah indah. Sepertiga bagiannya diberi atap dan berdinding kaca. Sedangkan bagian yang lainnya terbuka dengan balkon yang menghadap langsung ke Danau BSB. Lantai dari Rooftop itupun ditumbuhi rumput dan bunga-bunga yang indah. Ini adalah tempat favorit Tuan Rangga dan Anna. Akhirnya Anna pun menemukan Ayahnya disana. "MashaAllah Ayah! Anna cari kemana-mana, ternyata Ayah sedang bersemedi disini," ucap Anna saat menemukan Ayahnya. Kemudian Anna pun melingkarkan kedua lengannya dari balik kepala Ayahnya yang sedang duduk itu. Tak lupa Anna mencium pipi Ayahnya. "Kamu sudah pulang, sayang? Bagaimana dengan acara seminarnya? Apakah semuanya berjalan lancar dan sukses?" tanya Tuan Rangga sambil tersenyum. "Iya Yah. Alhamdulillah. Lalu, bagaimana dengan kesehatan Ayah?" tanya Anna. "Alhamdulillah, seperti yang Kamu lihat. Ayah sehat. Iya kan?" jawab Ayahnya, balik bertanya kepada Anna. "Alhamdulillah," ucap Anna. "Ayah minum obat dengan rutin?" tanya Anna. "Iya sayang. Rutin dan selalu tepat waktu," jawab Tuan Rangga. "Oke. Baiklah kalau begitu," jawab Anna. Kemudian Anna mengambil duduk di sebelah Ayahnya. Ia pun meminum teh yang baru saja asisten rumah tangganya hidangkan. "Anna! Bagaimana dengan jadwal pekerjaanmu sebagai dosen tamu?" tanya Ayahnya. "Memangnya ada apa Yah?" tanya Anna. "Kalau bisa, bulan depan selama sebulan penuh atau mungkin lebih, Kamu kosongkan jadwal ya! Temani Ayah ke Dubai!" jawab Ayahnya. "Oke! Nanti Aku atur jadwalku ya Yah. Akan tetapi, apakah ada urusan penting Yah? Sampai Kita harus pergi ke Dubai?" selidik Anna. "Iya. Sedikit penting! Akan tetapi Ayah juga ingin mengajak Kamu berlibur. Sudah lama kan Kita tidak mengunjungi Dubai?" jawab Tuan Rangga. "Iya juga sih Yah. Oke, baiklah! Aku akan mengatur jadwal, awal bulan depan Kita berangkat ke Dubai!" janji Anna. "Terima kasih, sayang! Putri kecil Ayah," ucap Ayahnya. "MashaAllah Ayah! Sampai kapan Ayah memanggil Aku dengan sebutan putri kecil? Aku ini dua puluh tujuh tahun, Ayah! Aku sudah dewasa!" jelas Anna. "Oke oke, beautiful girl! Gadis dewasa! Akan tetapi, di mata Ayah Kamu tetaplah putri kecil Ayah," ujar Tuan Rangga. Anna pun memutar bola matanya karena sedikit dongkol dibuat oleh Ayahnya. Sementara itu, di suatu tempat, di belahan lain dunia. Beberapa tahun sebelumnya. "Kakak, selamat ya! Akhirnya Kakak lulus dari studi intern college," ucap Fahad dengan wajah agak murung. "Terima kasih good boy!" jawab Kakaknya yang bernama Ibrar itu. "Ohoo! Ini adalah kabar bahagia. Akan tetapi wajahmu murung, Adikku sayang! Ada apa? Kamu tidak begitu senang dengan keberhasilan Kakakmu ini?" lanjut Ibrar bertanya kepada Fahad. "Tentu saja Fahad senang, Kak! Kakak menjadi lulusan pre engineering terbaik tahun ini. Ini adalah berita yang sangat baik," jawab Fahad. "Oke. Lalu mengapa wajahmu bermuram durja begitu?" tanya Ibrar. "Karena Aku juga sedih, Kak," jawab Fahad. "Kakak tidak suka Kamu sedih seperti itu. Apa yang membuatmu bermuka masam seperti itu? Ceritakan padaku! Apakah Kamu sedang bertengkar dengan pacarmu?" tanya Ibrar. "Tidak Kak! Aku dan pacarku baik-baik saja. Aku hanya merasa sedih karena bersamaan dengan lulusnya Kakak dari studi intern college, itu berarti Kakak akan meninggalkan Aku," jawab Fahad. "Apa yang Kamu katakan? Kakak akan selalu bersamamu. Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu, Fahad," janji Ibrar. "Tidak, tidak! Kakak akan meninggalkan Aku di Kashmir karena Kakak harus melanjutkan Kuliah ke The University of Sharjah. Aku benar kan? Aku mendengar semua pembicaraan Ayah, Paman, dan Kakak beberapa hari yang lalu," jelas Fahad. "MashaAllah Fahad," ucap Ibrar. "Iya. Dan mengapa Mereka harus mengirim Kakak untuk kuliah ke Dubai? Mengapa tidak di Mirpur saja? Mirpur mempunyai Universitas yang bagus. Kita punya Mirpur University of Science and Technology!" ujar Fahad kesal. "MashaAllah Fahad. Kamu tidak mengerti!" jawab Ibrar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD