Bagian 4

1330 Words
"Minum dulu La," ucap Arfan sambil membantu Layla duduk untuk meminum teh hangat yang baru saja ia seduh. "Maaf ya aku nggak tau klo kamu nggak bisa renang," sambung Arfan lalu meletakkan gelas di atas nakas setelah Layla meminumnya setengah, tiba-tiba Layla menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, Layla merasakan ada sesuatu yang aneh dengan dirinya, ia tatap wajah Arfan yang juga sedang menatapnya. "Aaaaaa...!" Teriak Layla saat menyadari pakaiannya sudah berganti dan dengan spontan kedua tangannya menangkup kedua payudaranya dengan mata melotot. "Shuuuutt, apa-apaan sih kamu, teriak-teriak, tadi aku cuma membantu kamu berganti baju, kamu nggak bangun-bangun daripada kamu sakit, ntar aku juga yang repot!" Terang Arfan berusaha menenangkan Layla. "Bruk.." Layla menendang Arfan hingga ia tersungkur dan terantuk lemari yang berada di belakangnya. "Alah kamu cari-cari kesempatan kan!" Teriak Layla lalu segera menutup tubuhnya kembali dengan selimut. Kembali ia mengintip ke dalam tubuhnya yang berada di balik selimut lalu menggeleng, menyakinkan bahwa ia masih virgin. "Kamu pasti sudah pegang-pegang dan melihat aset berhargaku kan?" kini wajah Layla tampak pias memerah antara marah dan malu berbaur menjadi satu. "Dasar ya otak kamu itu mikirnya nggak pernah beres, ngeres mulu." Arfan bangun dengan tertatih lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Layla sambil memegangi punggungnya yang sakit karena benturan lemari yang cukupkeras. "Tapi lumayanlah aku menang banyak," bisik Arfan lalu ke luar dari kamar Layla sambil tersenyum dan bersiul memelodikan sebuah lagu. Kini Arfan kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan acaranya menonton televisi yang tadi sempat terganggu. Rasanya mengasyikkan karena memiliki mainan baru yang seru untuk ia dikerjai, ia tersenyum sendiri menonton acara televisi sambil memangku sebuah toples berisi kripik pisang, makanan kesukaannya sambil memikirkan cara menjaili Layla lagi. "Arfan aku ingin bicara," Layla berkacak pinggang di samping Arfan yang sedang asyik sendiri dengan acara tv. "Hem..," gumam Arfan cuek tanpa menoleh ke arah Layla. Karena kesal Layla langsung merebut remote tv lalu mematikannya, kemudian ia raih toples di pangkuan Arfan dengan marah. Arfan mendongak menatap wajah kesal Layla, tiba-tiba fokusnya terusik pada paha mulus di hadapannya, sungguh ini ujian berat bagi Arfan, tadi ia sudah mati-matian menahan sekuat tenaga hasratnya untuk melahap tubuh polos Layla, ia laki-laki normal apalagi perempuan yang berkacak pinggang di hadapannya adalah istri halalnya. "Boleh nggak ya aku mencicipi sedikit aja," desis hatinya. "Eh bodoh katanya kamu nggak bakal tertarik sama ni gadis songong." Perang batin sedang berlangsung di hati Arfan. Arfan menelan salivanya dengan keras saat mengamati pakaian minim Layla, Layla hanya mengenakan celana super pendek dan kaos ketat yang membentuk lekuk tubuhnya, bagi Arfan body Layla itu kurus tinggi seperti model catwalk tapi dibeberapa bagian cukup menonjol. Sedang ia lebih menyukai gadis dengan body penuh berisi. "Apa lagi si La'!" Arfan berusaha meraih remote televisi dari tangan Layla kembali. "Aku mau bicara sebentar," jawab Layla sambil memanyunkan bibirnya dengan posisi tangan di belakang tubuhnya saat Arfan berusaha merebut remot tv. "Ok, bicaralah," balas Arfan dengan tak bersemangat. Baru sehari tinggal bersama Layla kepalanya sudah dibuat pusing apalagi ia mendapat cuti selama seminggu dari orang tuanya, rasanya ia lebih senang bekerja dan berada di kantor daripada di apartemen bersama gadis bawel ini. Untung saja ia bisa menunda acara bulan madu yang sudah disiapkan kedua orang tuanya kalau saja ia tak ada alasan untuk menyelesaikan proyeknya di Bali pasti acara bulan madu itu adalah bulan madu paling mengerikan dalam hidupnya. "Baiklah Fan aku sedikit cerita tentang masa laluku," ucap Layla lalu duduk di sebelah Arfan dan mengembalikan remote tv ke dalam genggaman tangan Arfan. Arfan mengernyitkan sebelah alisnya, sebenarnya ia juga ingin tahu alasan mengapa Layla bisa tenggelam bahkan pingsan hanya karena tercebur kolam sedalam dua meter tadi. "Dulu saat aku masih duduk di bangku kelas 7 SMP aku pernah mengalami kecelakaan parah yang mengakibatkan tulang rusuk sebelah kananku patah yah hampir remuklah kata ibuku, saat itu aku baru pulang turnamen renang antar sekolah se-kabupaten saat peristiwa itu terjadi, yah sejak saat itu aku nggak berani berenang lagi," terang Layla sambil tersenyum di balik kesedihannya, ia harus rela mengubur cita-citanya menjadi atlit renang Indonesia. Kini ia hanya bisa menatap bangga medali-medali yang ia perolah dari hasil kerja kerasnya yang tertata rapi di lemari kaca di kamarnya, ia ingin mengenang masa-masa terindah itu yang tidak mungkin terulang kembali, semua tinggal sejarah, bagian dari hidupnya, sejak kecil ia mencintai olah raga renang bahkan di kelas 3 SD ia sudah mulai mengikuti turnamen renang tingkat SD. Deg.. Arfan membeku seketika sekelebat bayangan masa lalunya tiba-tiba berputar cepat bagai klise film dokumenter. Flassback on... Brak... Mobil yang dikendarai Arfan dan Dion menabrak seorang gadis berseragam putih biru. Gadis itu terpelanting jauh hingga ke tepi jalan raya dengan posisi tubuh miring. "Dion,, gimana ini?" Ucap Arfan panik saat tanpa sadar ia menabrak seorang gadis bersepeda mini, ia lihat dari kaca spion mobilnya gadis itu tak bergerak dengan baju atasan putihnya berwarna merah darah, darah segar masih tampak mengalir dari tubuh gadis itu. "Udah cepat Fan kita harus pergi, bisa-bisa kita dikeroyok massa," balas Dion tak kalah paniknya, tadi gara-gara Dion mengajak Arfan bercanda saat menyetir Arfan tak fokus ke arah jalan raya sehingga terjadilah kecelakaan itu. "Ayo Fan cepet!" Dion memukul-mukul lengan Arfan agar segera pergi, Arfan menatap Dion dengan menggelengkan kepala ia tidak setuju dengan rencana lari dari tanggung jawab, kembali Arfan menatap dari balik spion warga yang mulai mendekat ke arah mobil mereka dengan wajah penuh amarah dengan tangan mengacung ke arah mobil mereka. "Bismillah, besok akan aku cari gadis itu," desis Arfan sambil menginjak gas mobilnya dengan keringat mengeucur deras di keningnya, seketika mobil Arfan melaju dengan cepat meninggalkan lokasi kejadian. Flashback off "Sampai sekarang aku tidak tahu siapa orang yang menabrakku karena saat kecelakaan itu terjadi aku tidak sadarkan diri, dan kata orang tuaku yang menabrakku lari." Hembusan nafas Layla terdengar keras, saat mengingat peristiwa itu, hatinya terasa berdenyut nyeri. "Ah sudahlah jangan mengingat masa lalu, aku sangat bersyukur karena akhirnya aku masih bisa berdiri tegak dengan bantuan tulang platinaku," lanjut Layla dengan tersenyum lalu berdiri meninggalkan Arfan yang masih membatu di tempat. "Apa mungkin Layla gadis yang ia tabrak dulu?" Desis Arfan lirih saat Layla menghilang di balik pintu kamarnya. ***** Di kamar, Layla merenung sambil menikmati pemandangan lalu lalang jalan raya yang tampak padat, hilir mudik para pejalan kaki pun tak kalah ramai meskipun dari gedung mewah apartemen tampak seperti semut kecil berbaris. Sekecil nyalinya untuk mencoba kembali menjadi jati dirinya. Dulu saat Layla terpilih menjadi salah satu delegasi turnamen renang mewakili sekolahnya Layla sangat bahagia ia yakin mimpinya akan segera menjadi kenyataan. Terbukti dengan keberhasilannya menyabet berbagai medali baik ditingkat antar pelajar, tingkat kabupaten, dan propinsi. Layla tak menyangka medali emas yang ia peroleh ditingkat propinsi itu adalah medali terakhir yang mampu ia raih. Kini ia cacat, fisiknya tak sempurna bahkan ia tidak bisa melakukan pekerjaan fisik berat. Butuh dua bulan Layla sembuh dari kecelakaan maut itu, ia kembali bersekolah seperti biasanya. Namun semangat belajarnya kian menurun saat melihat teman tim renangnya latihan atau pun mengikuti turnamen. Dukungan dari keluarga dan teman-temannya lah yang membuatnya kembali menjadi gadis periang. Hingga sampai di semester awal kelas IX ia berkenalan dengan siswi baru pindahan dari Kediri Jawa Timur, namanya Aisya aku yakin dia berasal dari keluarga kaya raya, tampak dari jam tangan, tas sekolah, dan sepatu bermerk yang ia kenakan. Namun gadis itu berbeda dengan teman-temannya yang sok kaya, gadis itu pendiam bahkan terkesan penyendiri. Klek.. Pintu kamar Layla terbuka, Arfan masuk lalu menghampiri Layla yang sedang menatap ke luar jendela. Seketika Layla terkejut saat tiba-tiba Arfan sudah berdiri di sampingnya. Ia tak menyadari sedikit pun kehadiran Arfan di kamarnya. "Cepat ganti baju, temani aku jalan-jalan," ucap Arfan dengan tersenyum. "Mau ke mana sih Fan? Aku nggak pengen ke mana-mana!" Jawab Layla dengan jengah, mood-nya sedang buruk sekarang. "Pokoknya ikut aku! Lima menit aku tunggu di luar kamar klo belum rapi aku yang akan menggantikan...," ucapan Arfan seketika berhenti karena tangan Layla sudah membekap mulutnya. Lalu dengan kesal Layla mendorong paksa tubuh Arfan hingga di luar pintu kamarnya. __________________&&&_________________ Judul Buku : Intuition of Love Author : Farasha
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD