2. Crush

1356 Words
    Han Wol segera berdiri dari posisinya semula. Ia menaikan hanbok nya hingga sebatas betis. Kaki-kaki jenjangnya segera berlari mengejar seseorang yang mengambil kantong koinnya tadi. Dalam keadaan seperti ini semua orang langsung menilai bahwa gadis itu sama sekali tak anggun. Bahkan ada yang berpikir jika gadis itu mungkin tak pernah diajari sopan santun. Tapi sekali lagi, Han Wol tak peduli.     "Hei! Kembalikan uangku!" pekik Han Wol.     Bruk! Sekali lagi tubuh Han Wol menghantam seseorang. Han Wol kehilangan keseimbangan. Bukan hanya keseimbangan, namun ia juga kehilangan kesadaran.                                                                                                             ...     Han Wol mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum nyawa yang ia miliki sadar sepenuhnya. Han Wol terduduk. Ia melirik ke lingkungan sekitarnya. Ia berada dalam sebuah gubuk beratap jerami. Han Wol bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya tempat apa ini?     Ia berusaha berdiri dari papan kayu tempatnya duduk. Tapi ia tak mampu. Lututnya terasa perih sekali. Rasanya sulit untuk digerakkan.     "Ah!" rintihan kecil meluncur dari bibir Han Wol.     Membuat dua orang laki-laki berlari kecil dari arah dapur.     "Kau sudah siuman?" kata salah seorang laki-laki. Wajahnya tampan, hidungnya mancung dan senyumannya begitu khas.     Sedangkan laki-laki yang satunya lagi hanya menatap Han Wol dengan tatapan kosong. Han Wol pov     Aku ... sebenarnya aku ini dimana? Dan siapa dua orang pemuda ini? Apa jangan-jangan mereka yang mencuri kantong koinku tadi?! Ah sepertinya iya! Aku tak mungkin salah! Aku harus memberi mereka pelajaran.     Aku berdiri dari tempat dudukku. Walau perih namun tetap kupaksakan. Segera aku meninju wajah pemuda berhanbok ungu yang sedari tadi terus memasang wajah arogannya. Cih! Dia pikir dia siapa? Pencuri saja berani-beraninya menatapku seperti itu!     Bugh! Tinjuan keras mendarat di wajahnya. Tinjuan yang tak lain berasal dari tanganku. Tepi bibirnya robek dan mengeluarkan darah segar. Inilah akibatnya jika berani-berani mencuri barang seorang Min Han Wol!     "Astaga! Anda tidak apa-apa pange-,"     "Tutup mulutmu Taehyung-ah!" ujarnya dingin sambil memincingkan mata.     "Hei kau! Kembalikan uangku! Kau pasti pencuri itu kan?!" seruku.     "Yak! Kau berani-beraninya menuduh pange-, eh maksudku berani-beraninya kau menuduh bangsawan seperti Jungkook!" elak namja tampan yang tadi dipanggil 'Taehyung'.     Aku mengamati penampilan kedua insan di hadapanku itu. Mengamati dengan cermat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Astaga! Betapa bodohnya aku! Dari penampilannya saja sudah jelas mereka dari golongan bangsawan. Mulai d    ari hanbok berbahan sutra sampai topi yang mereka kenakan. Harganya jelas mahal. Bagaimana bisa aku menuduh mereka mencuri? Dan yang lebih bodoh, aku bahkan sampai melukai salah seorang dari mereka. Oh dewa, bisakah kau menenggelamkanku saat ini juga dari muka bumi?     "Agassi, anda sudah sadar?" tanya Hong yang entah muncul dari mana.     Hong seketika terlonjak saat menyadari pemuda berhanbok ungu terluka.     "Astaga tuan, mengapa anda terluka?" tanya Hong.     "Akibat ulah majikanmu," jawabnya singkat nan dingin.     Hong membulatkan matanya.     "Astaga agassi, mengapa kau melukai orang-orang yang telah menyelamatkanmu? Kau tadi pingsan dan mereka lah yang membawamu ke sini. Memberimu beberapa obat-obatan herbal dan mengobati lukamu," papar Hong.     J-jadi mereka yang menyelamatkanku? Astaga. Mengapa aku sungguh bodoh? Aku harusnya berterima kasih, tapi aku malah bertindak sedemikian rupa.     "Mi-mian-mianhamnida." aku menundukkan kepalaku berulang-ulang. Aku menyesal. Sangat.     "Gwaenchanna ... ini kantongmu yang dicuri itu." ia tersenyum manis sambil memberikan kantong koin yang memang milikku.     Tunggu ...     Senyuman itu ...     Mengapa begitu menenangkan?     Mengapa hatiku juga berdentum-dentum bak genderang perang?     Perasaan apa ini?                                                                                                     ... Author pov "    Orabeoni, apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Han Wol sambil mengayun-ayunkan pedangnya ke udara.     Namja yang ditanya sedang duduk manis di kursi kayu sambil mencerna pertanyaan dongsaengnya baik-baik. Seingatnya, sang adik belum pernah bertanya hal semacam ini sebelumnya.     "Jatuh cinta? Tentu aku pernah," jawabnya. Seketika pipi pucatnya memerah persis seperti warna bunga sakura tempatnya berteduh.     Han Wol terus mengayunkan pedangnya. Berlatih mengendalikan pedang itu dengan tangan mungilnya. Mungkin Han Wol adalah satu-satunya gadis di seluruh penjuru Joseon yang terampil dalam memainkan pedang. Gadis yang ahli dalam pedang bukanlah suatu kewajaran di era dinasti ini. Bukan hanya pedang, namun Han Wol juga memiliki pengetahuan luas tentang sastra dan politik. Ia sering membaca buku milik orabeoni-nya. Padahal seharusnya seorang gadis tidak membaca buku terlalu sering. Menurut masyarakat, pengetahuan dan pedang adalah hak kaum laki-laki. Tapi berbeda dengan Han Wol. Ia diperbolehkan menguasai dua hal itu.     "Kurasa aku jatuh cinta orabeoni," gumam Han Wol. Ia lalu meletakkan pedangnya dan memegang dadanya. Debaran di sana sungguh jelas. Ia menutup matanya. Terlintas senyuman seseotang yang membuatnya merasakan segala perasaan aneh ini.     "Han Wol-ah kau tak seharusnya jatuh cinta. Kau tau kan kalau kau itu-,"     "Aku tau. Aku hanya sebuah bayangan. Orabeoni ingin bilang itu kan?" potong Han Wol cepat.     Sang orabeoni mengangguk sekilas. Han Wol menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya.     "Tak apa. Aku akan memendam perasaan ini dalam-dalam," lanjut Han Wol.     Bayangan? Iya, gadis bernama lengkap Min Han Wol itu adalah sebuah bayangan. Bukan bayangan dalam arti sesungguhnya. Ia adalah bayangan dari saudari kembarnya, Min Han Byeol.     Kau bingung ya? Baiklah, biar kujelaskan.     Di era dinasti ini, banyak mitos-mitos kejam yang beredar luas di masyarakat dan telah menjadi sebuah tradisi. Salah satunya adalah ... Mitos mengenai anak kembar.     Masyarakat menganggap anak kembar adalah sebuah kutukan. Maka dari itu, biasanya masyarakat Joseon akan mengubur hidup-hidup anak kembar yang lahir terakhir. Kejam memang, tapi begitulah adanya.     Min Han Byeol dan Min Han Wol adalah anak kembar. Han Byeol lahir lebih dulu dari pada Han Wol. Sesuai tradisi, harusnya Han Wol dikubur hidup-hidup setelah dilahirkan. Namun kenyataannya, sang ibunda membiarkan Han Wol hidup. Ia tak tega darah dagingnya dikubur hidup-hidup.     Han Wol memang hidup. Tapi selama ini ... hidupnya tak lebih baik dari mayat. Ia harus hidup layaknya bayangan. Ia tak diperbolehkan keluar rumah sejak kecil. Yang orang-orang tau pun, keluarga Min hanya memiliki satu orang putra bernama Min Yoongi dan satu orang putri bernama Min Han Byeol. Keberadaan Min Han Wol rahasia dan tersembunyi. Itulah sebabnya Han Wol diberi kesempatan langkah untuk belajar pedang maupun membaca buku.     Han Wol memang punya kesempatan langkah untuk melakukan kedua hal itu. Tapi gadis itu ... tak punya satu hal.     "Apa kira-kira aku bisa bertemu dengannya lagi? Senyumannya itu sungguh memikat orabeoni. Kalau tidak salah namanya siapa ya tadi? Ah iya, Jungkook. Namanya bahkan terdengar indah. Jika kau bertemu dengannya maka kau akan setuju dengan segala pernyataanku orabeoni" kata Han Wol.     "Entahlah Han Wol-ah. Mungkin kau bisa bertemu dengannya tapi kemungkinan itu sangat kecil," jawab lawan bicaranyaㅡMin Yoongi.     Ia tak punya kebebasan. Tak punya.     "Setidaknya masih ada harapan bukan?"     Bersamaan dengan berakhirnya kata-kata Han Wol, gadis itu menyadari ... Bahwa ...Sebuah benih telah tertanam dalam hatinya.                                                                                                             ...     Angin sore khas musim semi menerpa hanbok kerajaan bersulam emas yang tengah dikenakan seorang pemuda tampan bermata cokelat jernih. Angin itu seakan menelisik pikiran sang pemuda. Membuatnya tersenyum simpul menunjukkan giginya yang mirip kelinci lucu.     "Taehyung-ah, apa kau tau nama gadis yang tadi?" tanyanya pada pemuda berhanbok ksatria di sampingnya.     Taehyung menggeleng.     "Hamba tidak tau jeonha," jawabnya sopan.     "Yak Kim Taehyung! Berhenti berperilaku seperti itu padaku. Aku sudah bilang, kau harusnya memanggilku dengan nama saja. Pangil aku Jungkook! Bukan jeonha!" ujar Jungkook geram.     "Tapi anda putra mahkota. Sudah seharusnya seperti ini," lirih Taehyung.     Jungkook mengeratkan rahangnya. Pangeran nomor satu Joseon itu geram dengan pengawal pribadinya sendiri.     "Sekali lagi kau memanggilku dengan embel-embel jeonha maka aku akan menyuruh prajurit kerajaan untuk memenggal kepalamu itu. Arasseo?!" sentak Jungkook.     Jungkook memang tak suka dipanggil 'jeonha'. Apalagi oleh Taehyung yang merupakan teman masa kecilnya. Mereka tumbuh bersama menjadi pemuda tampan nan gagah.     "Ye arassimnida Jungkook!" jawab Taehyung lugas.     Jungkook menghela napasnya. Ia tersenyum manis. Di kepalanya berputar-putar kejadian tadi siang. Kejadian yang membuatnya merasakan perasaan-perasaan aneh dalam d**a bidangnya.     "Taehyung-ah ... kurasa aku telah jatuh cinta. Pada pandangan pertama. Gadis yang tadi kita selamatkan ... ia begitu berbeda bukan? Ia pemberani. Menarik. Tatapannya itu sama sekali tidak menunjukkan rasa lemah maupun rasa takut. Apa mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi?" desis Jungkook. Pipinya merona saat bayangan gadis tadi melintas di kepalanya. Gadis yang bahkan ia sendiri tak tau namanya.     Taehyung tersenyum bijak. Ia berdeham singkat sebelum akhirnya membuka mulutnya.     "Jika dilihat, ia sepertinya seorang bangsawan. Ia pasti akan mengikuti ajang pemilihan putri mahkota besok," tutur Taehyung.     Jungkook tiba-tiba mengerutkan keningnya. Seakan terkejut akan sesuatu.     "Tunggu? Apa katamu? Pemilihan putri mahkota?!" *** *Orabeoni : Kakak laki-laki *Jeonha : Yang Mulia (panggilan kehormatan untuk putra mahkota, raja, mantan raja)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD