Jungkook melangkahkan kakinya agresif. Rasa takut di hati Han Byeol makin membumbung tinggi. Satu langkah Jungkook maju, maka satu langkah pula Han Byeol mundur. Sampai akhirnya ...
Duk! Punggung Han Byeol menyentuh dinding. Itu artinya tak ada lagi ruang untuknya bergerak. Jungkook memojokkan Han Byeol. Tangannya mengunci pergerakan gadis itu.
"Kita bertemu lagi gadis kantong koin," ucap Jungkook seakan menyapa.
Jungkook menyunggingkan senyuman yang sulit diartikan. Membuat Han Byeol bingung dan salah tingkah. Belum lagi kata-kata sang pangeran yang memanggilnya dengan sebutan 'gadis kantong koin'. Apa maksud Yang Mulia putra mahkota? Tanya Han Byeol dalam hati.
"Sekarang kau tau kan kalau aku putra mahkota? Otthae? Apa kau merasa takut sekarang?" tanya Jungkook menyelidik.
Han Byeol bungkam. Bukan karena takut. Namun karena ia sungguh tak mengerti dengan segala ucapan Yang Mulia putra mahkota, Jeon Jungkook.
"Kau lihat memar di wajahku ini?" jari telunjuk Jungkook menunjuk bekas kebiru-biruan di pipinya.
"Kau harus bertanggung jawab atas memar ini agassi," lanjut Jungkook.
Bertanggung jawab? Atas apa? Apa yang harus kupertanggung jawabkan?
Han Byeol terus bertanya-tanya dalam hati. Terlalu bingung dengan keadaan yang sedang ia alami.
Bukan hanya Han Byeol yang bertanya-tanya dalam hati. Jungkook pun melakukan hal yang sama. Namun perihal yang mereka tanyakan berbeda. Sangat berbeda.
Mengapa tatapannya berbeda? Mengapa tatapannya itu begitu takut dan gugup? Sungguh bertolak belakang dari yang kemarin. Batin Jungkook.
"B-bagaimana saya h-harus bertanggung jawab jeonha?" tanya Han Byeol tergagap.
"Pertama. Aku ingin tau namamu," jawab Jungkook.
"N-nama saya Min Han Byeol. Putri dari menteri pertanian, Min Kang Woo," ucap Han Byeol sesopan mungkin.
"Ah begitu ... jadi kau harus bertanggung jawab atas memar di wajahku. Kau juga harus bertanggung jawab karena telah membuatku tak bisa tidur. Aku tak bisa tidur karena terus terbayang wajahmu. Entahlah, hanya saja kau menghantui pikiranku. Kau harus bertanggung jawab. Caranya adalah ... menangkan pemilihan ini ... dan jadilah putri mahkota untukku agassi. Karena dari ratusan gadis di seluruh negeri ini, aku ingin dirimu," kata Jungkook.
Deg! Sebuah debaran aneh meluap di d**a Han Byeol. Darahnya berdesir cepat dan menimbulkan semburat-semburat merah di pipi tirusnya. Kata-kata yang dilontarkan Yang Mulia Jeon Jungkook teramat manis. Hingga Han Byeol pun seakan tak percaya. Mungkin saja semua kejadian ini mimpi. Tapi kenyataannya, semua hal yang ia dengar tadi adalah nyata. Bukan mimpi. Bukan pula khayalan di siang bolong. Nyata.
"M-maksud a-anda?" tanya Han Byeol tak percaya.
"Kau anak menteri Min bukan? Kalau begitu kau pasti seorang gadis yang cerdas. Harusnya kau tau apa maksudku. Bukan begitu?" Jungkook tersenyum manis. Ia kemudian membalikkan badannya dan meninggalkan Han Byeol di paviliun itu.
Perasaan di d**a Han Byeol masih belum ternetralisir. Gadis itu paham bahwa ia saat ini telah jatuh. Jatuh ke dalam pesona pangeran nomor satu di seluruh penjuru JoseonㅡJeon Jungkook.
...
Percikan cahaya bulan menerpa seorang gadis yang sedang duduk di bawah pohon sakura. Rambut lurusnya yang tergerai bebas memantulkan cahaya sang penguasa malam dengan indahnya. Kulitnya yang putih bersih makin bersinar seakan tak mau kalah.
"Han Wol-ah, kau belum tidur rupanya?" ucap seseorang yang datang dari dalam rumah.
"Eh? Han Byeol? Kau sudah pulang? Bagaimana acara pemilihannya?" Han Wol bertanya balik. Han Byeol duduk di samping Han Wol. Kedua gadis berwajah kembar itu sama-sama menatap langit malam.
"Acara pemilihan ya? Aku lolos ke babak terakhir bersama tiga orang kandidat lainnya," kata Han Byeol.
Han Wol terkesiap. Ia menatap Han Byeol dengan cermat.
"Kau lolos ke tiga besar? Aish, itu suatu pertanda buruk untukmu," desis Han Wol.
"Pertanda buruk?"
"Iya pertanda buruk. Kau tau kan peraturannya? Tiga kandidat teratas dalam pemilihan ini akan tetap menjadi wanita milik pangeran mahkota. Itu artinya jika kau tidak terpilih menjadi putri mahkota maka kau tidak boleh menikah dengan laki-laki lain dan menghabiskan sisa waktumu sendirian di luar istana. Jika pangeran berbaik hati pun, kau hanya bisa jadi selirnya. Itu buruk bukan?" jelas Han Wol.
"Makanya aku bertekad untuk memenangkan pemilihan ini," jawab Han Byeol.
"Eh? Bukankah awalnya kau tidak berminat untuk menjadi putri mahkota?" tanya Han Wol. Lagi.
Han Byeol tersenyum. Gadis berhanbok hijau cerah itu menggenggam tangan saudari kembarnya.
"Tidak. Aku berubah haluan Han Wol-ah,"
Han Wol menaikkan alisnya. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Han Byeol.
"Karena aku sudah jatuh cinta pada pangeran. Tadi kami bicara empat mata di paviliun anggrek. Awalnya aku tak mengerti apa yang ia bicarakan. Yang jelas, ia mengungkapkan padaku bahwa ia menyukaiku. Ia memintaku untuk menjadi putri mahkotanya." Han Byeol tersipu-sipu.
Han Wol tau benar perasaan macam apa yang sedang dirasakan oleh Han Byeol. Karena dia sendiri pun sedang merasakan perasaan itu. Perasaan menyukai seseorang. Bedanya, Han Byeol bisa mengungkapkan perasaannya yang meluap-luap. Sedangkan Han Wol? Ia ditakdirkan untuk mengubur perasaannya dalam-dalam. Diliputi diam dan kesunyian.
...
Jungkook pov
"Bagaimana pertemuanmu dengan gadis itu?" tanya Taehyung. Aku menatapnya sekilas. Lalu kembali memandang kosong langit malam.
"Lancar. Gadis itu namanya Han Byeol. Ia cantik. Hanya saja ... ia sungguh berbeda dari hari kemarin," jawabku.
Berbeda. Ya, berbeda.
"Apa yang berbeda?" tanya Taehyung lagi.
"Cara ia menatapku. Kemarin tatapannya itu begitu berani dan tegas bagai sinar bulan yang sedang menyinari kita ini. Tapi hari ini ... tatapannya menggambarkan ketakutan. Aku seperti sedang menatap orang yang berbeda," jelasku serinci mungkin.
Taehyung tertawa sekilas. "Itu karena ia sekarang sudah tau bahwa kau seorang putra mahkota. Mana mungkin ia menatapmu dengan keberanian lagi. Ia pasti takut. Takut kalau kau menghukumnya karena pukulannya di wajahmu kemarin," sahutnya.
Ya. Taehyung mungkin benar. Gadis itu mungkin takut karena perilakunya kemarin. Aku tersenyum samar. Bisakah kita bersama?
...
Mataku terus membaca kata demi kata yang ada dalam buku tebal dengan cermat. Tepat di hadapanku, duduklah seorang pemuda berbibir tebal. Ia adalah Kim Munhak. Nama aslinya Kim Namjoon. Ia lulus dari Sungkyukwan tahun lalu. Nilainya sungguh sempurna dan pemikiran-pemikirannya luar biasa. Ia lulus dengan gelar 'Sarjana Terbaik'. Dan karena ia menjadi sarjana terbaik, ia pun dipilih untuk menjadi guru bagiku. Ia seseorang yang rendah hati dan bersahaja. Sungguh beruntung memiliki guru sepertinya.
"Ada yang tak kau mengerti pangeran?" tanyanya.
Baru saja aku akan membuka mulut. Tiba-tiba ...
Tap. Tap. Tap. Langkah kaki cepat dan tergesa-gesa memecah keheningan Sigangwon ini. Langkah kaki itu ... milik Taehyung. Kim Taehyung.
"Jungkook-ah, putri mahkota telah dipilih!"
***
*Munhak : guru sastra
*Sungkyukwan : universitas pada masa Joseon
*Sigangwon : tempat belajar pangeran