Kekacauan!

1145 Words
Jantung Vanya berdegup kencang saat mendengar keributan di luar. Terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam rumah Sam. Vanya sudah dapat menyimpulkan siapa orang tersebut. Dan benar saja apa yang ada di dalam pikirannya. Terlihat tiga orang laki-laki bertubuh tinggi besar masuk dengan gagah tanpa mengucapkan permisi pada Tuan Rumah. Vanya terdiam, menatap nanar ke arah lelaki tersebut. Dia tahu lelaki itu adalah orang suruhan sang ayah. Saat Sam berdiri hendak bertanya. Lelaki itu mengeluarkan suara lantang, membentak Sam dengan sangat kencang. "Samuel! Beraninya kamu mendekati Nona Vanya! Dasar lelaki miskin tidak tahu diri!" Lelaki itu semakin maju mendekati Sam. Sam terlihat tenang, kemudian berjalan maju mendekati lelaki tersebut. "Tolong hargai Tuan Rumah di sini, kalian bisa masuk kalau sudah aku ijinkan," kata Sam datar. Vanya mendekati Sam, dia tahu calon suaminya tidak akan menang melawan Dept collector suruhan Lucas. Tubuhnya dua kali lipat lebih besar dari Sam, tentu saja Sam akan kalah dengan sekali pukulan darinya. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi, Sam sama sekali tidak terlihat takut. Dia masih mencoba bersikap tenang, walau sebenarnya dia mulai emosi. "Sebaiknya kalian keluar dari rumah ini!" pekik Vanya menunjuk pintu rumah Sam. "Aku yang memutuskan untuk datang ke sini. Kalian dan juga Papa tidak memiliki hak apapun atas aku! Karena aku sudah memilih untuk hidup bersama Sam!" "Nona sudah dibutakan oleh cinta. Kami ke sini hanya menjalankan tugas dari Tuan Lucas, kami ingin membawa Nona kembali ke rumah." "Aku sudah memutuskan untuk keluar dari rumah, dan Papa sudah mengatakan kalau aku tidak boleh kembali lagi ke rumahnya!" teriak Vanya. "Itu hanya gertakan saja. Nona pasti mengenal bagaimana Tuan Lucas, dia sangat menyayangi Nona dan dia meminta kami untuk membawa Nona kembali ke rumah. Kalau Nona masih bersikeras, jangan salahkan kami kalau kami akan membuat lelaki ini tidak bernyawa lagi!" ancam lelaki tersebut menunjuk ke arah Sam. "Kalau kalian berani menyentuh Sam! Aku yang akan menghadapi kalian semua!" tantang Vanya berdiri di depan Sam, melindungi calon suaminya. Sam tersenyum tipis. Tidak mungkin dia berlindung di belakang Vanya, yang seharusnya melindungi, adalah dia bukan sebaliknya. "Biarkan aku yang mengatakan pada mereka kalau kamu akan segera menjadi milikku seutuhnya." Sam meminta Vanya untuk mundur kemudian dia melangkah maju. "Katakan pada Tuan kalian, aku akan membahagiakan Vanya dan calon anakku. Dan sebentar lagi kami akan menikah, dengan atau tanpa persetujuan darinya." "Kurang ajar! Sudah bosan hidup! Hah?" bentak laki-laki tersebut. Dua lelaki di belakangnya maju ke depan ingin membantu menyingkirkan Sam. Seringai sinis terlihat dari raut wajah Sam. Dia sama sekali tidak takut dengan para lelaki tersebut. "Kita selesaikan semua masalah ini di luar! Aku tidak ingin kalian menghancurkan barang-barang peninggalan kedua orang tuaku!" desis Sam melangkah melewati para Dept collector menuju halaman rumahnya. Vanya mengikuti calon suaminya, dia tidak akan membiarkan orang suruhan Lucas menyakiti Sam. Tidak! Dia akan melindungi ayah dari anak yang ada di kandunganya. "Nona, sebaiknya Anda pulang sebelum kami mematahkan tulang leher lelaki itu," ancam salah satu orang suruhan Lucas. "Aku yakin Sam akan mengalahkan kalian semua!" desis Vanya membulatkan kedua matanya. Dia kembali berjalan keluar, melihat calon suaminya tengah menghajar dua orang Dept collector. Sam tidak terlihat seperti biasanya. Lelaki yang selama ini Vanya kenal sangat sopan dan lemah lembut, sedang menunjukkan sisi berbeda. Entah dari mana Sam mempelajari ilmu bela diri, yang jelas Vanya semakin menganggumi lelaki itu. Vanya percaya Sam akan menang walau tanpa bantuan darinya. Semua terlihat jelas saat Sam menghajar dua lelaki secara membabi-buta. Tidak ada ampun bagi mereka. Kemudian sudut mata Vanya melirik ke samping melihat salah satu Dept collector kepercayaan Lucas mengeluarkan senjata dari jas hitamnya. "Sam awas!" teriak Vanya saat lelaki di samping melepaskan peluru dari Glock yang dia pegang. Sam menghindar dengan tepat waktu, peluru meleset. Dan Sam membalas dengan cepat, melempar sepatu yang dia kenakan ke lelaki tersebut. BUK! Sepatu mengenai wajah lelaki itu. Terlihat darah keluar dari hidungnya. Lelaki itu menyeringai sinis, kembali dia menodongkan senjata ke arah Sam. Melihat itu Vanya tidak tinggal diam. Dia menarik lengan lelaki di sampingnya. "Lari Sam!" teriak Vanya. DOR! Satu peluru ditembakan. Akan tetapi, peluru kembali meleset. Sam berlari kencang menghampiri Vanya. "Lepas Nona! Dia harus disingkirkan sesuai dengan perintah Tuan Lucas. Kami hanya menjalankan perintah!" desis lelaki tersebut. BUK! Satu pukulan telak mengenai wajah lelaki itu. Dan pukulan berikutnya kembali dilayangkan oleh Sam. Pukulan membabi-buta kembali dilayangkan hingga membuat lelaki bertubuh dua kali lipat lebih besar dari Sam, terkapar ke atas tanah. "Sam, aku takut," ucap Vanya menangis terisak di pelukan Sam. "Sudah berakhir, mereka tidak akan berani mengganggu kita lagi." Sam membelai lembut rambut hitam wanita pujaan. "Tolong hubungi ambulans, karena aku tidak ingin tubuh mereka terus berada di sini. Sangat menggangu pemandangan." Vanya tersenyum, lalu mengecup pipi Sam lembut. Kemudian dia menelpon ambulans untuk membawa tiga orang pengacau yang berhasil dilumpuhkan oleh Sam. Lucas harus tahu tentang semua ini, begitu pikiran Vanya. Dia memutuskan mengirim foto orang suruhan Lucas yang sudah tidak berdaya. Ingin melihat reaksi sang ayah. Berharap ayahnya tidak akan melakukan hal licik seperti ini lagi. "Aku sudah menghubungi ambulans. Sebaiknya kita ke dalam, aku ingin mengobati lukamu," kata Vanya. Satu tangan merengkuh pipi Sam, menyapu sudut bibir Sam yang mengeluarkan darah dengan ibu jarinya. "Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan anak kita? Sepertinya dia syok saat melihat ayahnya menghajar tiga lelaki tanpa senjata apapun," ucap Sam membanggakan diri. Vanya tertawa kecil, "Aku sangat bangga padamu. Aku penasaran dari mana kamu belajar ilmu bela diri?" "Dari film yang aku tonton. Kebetulan sudah hampir satu bulan televisi di rumahku rusak, jadi aku agak lupa jurus-jurus lainnya." Sam tertawa. "Aku akan membelikan perabotan dan keperluan rumah lainnya dan juga ... rumah ini membutuhkan sedikit perbaikan. Aku harap kamu mau menerima uangku untuk melakukan renovasi," tawar Vanya. "Sebenarnya aku merasa malu," balas Sam pelan. "Kenapa harus malu? Toh aku juga akan tinggal di rumahmu. Dan aku ingin membangun rumah ini menjadi istana yang nyaman untuk aku tinggali." "Aku berjanji aku akan mengganti uangmu, tenang saja," kata Sam. "No, Sam. Aku tidak keberatan memakai uangku untuk merenovasi rumah ini. Aku melakukannya bukan untukmu, tapi untuk anak kita. Tolong jangan sungkan, karena sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Samuel Goldwyn." Sam tersenyum lebar, "Terima kasih," ucapnya lalu menutup pintu setelah mereka masuk ke dalam. Sam tidak menolak tawaran Vanya, dia menerima uang dari Vanya untuk memperbaiki rumahnya dan juga untuk membeli perabotan lain agar rumahnya lebih layak untuk ditinggali. Walah bukan itu yang diinginkan oleh Sam, tetapi demi kenyamanan calon istrinya. Dia tidak bisa menolak. Mengingat penghasilannya selama satu tahun pun tidak akan cukup untuk merenovasi bangunan yang nyaris roboh tersebut. Namun, dia yakin Lucas tidak akan tinggal diam. Tidak mungkin calon ayah mertuanya itu membiarkan Vanya mengeluarkan uang untuk dirinya. Dia tahu Lucas sangat membenci keluarga Goldwyn karena sang ayah memiliki banyak hutang pada Lucas. Dia yakin Lucas akan murka, dan dia harus menghadapi semua itu. Dia bersumpah akan bekerja lebih giat agar tidak menjadi bahan hinaan terus-menerus.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD