PROLOG

718 Words
Penulis tersebut melanggar peraturan platform dengan sangat serius, tidak menghormati pembaca platform. Tolong jangan membuka kunci buku dari penulis tersebut. Kami sedang menanganinya, terima kasih atas kerjasamanya. Anjeli Sharma berlari dengan kaki telanjang menyusuri gang sempit yang serasa sudah sangat menghimpit tubuh rampingnya di sana. Ibu dua anak itu secepat mungkin pergi mana kala Nyonya Yadavs Rai-majikan di tempat ia selama ini menjadi seorang buruh cuci-memberi tahu jika Rajesh Kapoor jatuh dan tak sadarkan diri saat ia bekerja sebagai pengemudi bajaj milik Manoj Pratab Singh, sang Juragan bajaj sekaligus lintah darat terbengis di Mumbai. Anjeli bahkan harus merelakan magalsutra-kalung pernikahan-yang menjadi satu-satunya harta berharga terakhirnya, demi bisa membawa tubuh lemah sang suami dari rumah juragan. Kisah itu bermula saat penyakit Rajesh kembali kambuh, ketika ia sedang menjalankan bajaj di tengah jalan padat kota Mumbai. Maka secara otomatis, kendaraan khas di Negara itu pun ringsek karena tertabrak oleh kendaraan lainnya. Sehingga hal itulah yang membuat Manoj Pratab Singh murka. Belum lagi mereka berdua sanggup melunasi ratusan ribu Rupee hutang yang ada pada rentenir itu, satu kejadian pahit kini sudah terjadi lagi. Tentu saja hutang mereka menjadi semakin bertambah banyak. Akan tetapi bukan itu yang Anjeli khawatirkan. Ia bahkan tidak peduli jika harus tidur dijalanan dengan kedua anaknya Madu dan Shaf asalkan Rajesh sembuh dari sakitnya. "Bawa dia sekarang juga dari rumahku, Anjeli! Tapi ingat! Hutang kalian akan aku tambah seribu Rupee karena Suami tololmu itu telah merusak bajajku. Kau paham?!" teriak Manoj, mencengkeram rahang cantik Anjeli. Tak ayal ibu dua anak tersebut hanya mampu mengangguk, sebagai pertanda ia sudah mengerti dengan apa yang pria paruh baya itu katakan. "Bagus jika kau mengerti, Anjeli. Kau memang perempuan baik yang sayangnya terlihat bodoh karena menikah dengan Rajesh t***l ini! Seandainya dulu kau mau menjadi Istriku yang ke tujuh? Maka kau jelas akan hidup penuh kemewahan sekarang!" ujar Manoj masih mencengkeram rahang Anjeli, "Atau sekarang kau ingin meninggalkan Rajesh dan anakmu untuk menjadi milikku mungkin? Aku akan dengan senang hati menerimamu meski kau tengah menjadi barang bekas, Anjeli. Bagaimana?" lanjut Manoj sembari menghempas rahang Anjeli dengan kasar Manoj gila yang tak ingat diri karena telah memiliki banyak cucu itu terus mencoba merayu Anjeli, tapi wanita itu tak sedikit pun menggubris omongan sang juragan bajaj tersebut. Ia dengan bersusah payah menyeret tubuh besar Rajesh Kapoor, agar segera pergi dari rumah lintah darat. Sayangnya Manoj benar-benar kesal akibat ocehannya tak digubris, sehingga serentetan amarah pun ia lontarkan sekali lagi dari beranda rumahnya. "Hei! Apa kau tak mendengar ucapanku, hah? Aku sedang berbicara denganmu, Anjeli! Dasar kau perempuan bodoh! Terus saja terus saja seperti itu sampai aku akan mendapatkan tubuhmu dengan hutang-hutang yang tak bisa kau melunasi nanti, Anjeli! Jangan coba-coba bermain dengan seorang Manoj Pratab Singh jika kau tak siap kalah, Bodoh!" Namun Anjeli tetaplah begitu dan yang bisa dilakukannya hanyalah sibuk memapah tubuh sang suami. Tak sedikit pun ia mau menoleh ke belakang, selain terus tertatih tanpa peduli aksinya menjadi tontonan para warga di sekitar rumah Manoj Pratab Singh. "Bangun, Raj! Apa kau tak mendengar apa yang sudah tua itu katakan padaku? Kau harus sembuh demi aku, Madu dan Shaf. Bertahanlah, Raj," lirih Anjeli seraya sibuk menolehkan kepalanya ke kanan kiri. Ia mencari bantuan apa pun yang bisa membawa mereka ke rumah sakit, tanpa pernah memedulikan perkataan Rajesh yang selalu meminta agar jangan membawanya ke rumah sakit setiap penyakit itu datang. Anjeli selalu bersikeras dengan keputusannya itu dan terus saja mengikuti apa yang kata hatinya bisikkan. Anjeli tak bisa jika hanya membawa Rajesh ke mantri biasa yang banyak membuka jasa pengobatan di kota Mumbai, karena nyatanya dokter di Rumah Sakit Umum kota Mumbai pun sudah memberi saran padanya untuk pergi ke New Delhi. Di Rumah Sakit Mumbai saja penyakit Rajesh benar-benar tak bisa ditangani dengan baik, apalagi hanya sekedar di klinik mantri. Tentu saja itu alasan Anjeli untuk selalu membawa Rajesh ke Rumah Sakit saja. Ia juga berusaha untuk mewujudkan impian agar Rajesh dapat secepatnya pergi ke New Delhi, meskipun sang suami tak pernah setuju dengan hal itu. Karena memang mereka tak punya cukup uang untuk pergi ke sana. Lelaki lemah itu selalu berkata jika ia lebih baik mati dari pada harus melihat kedua Anaknya kelaparan. Tapi Anjeli Sharma, jelas tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia sangat menyayangi Rajesh Kapoor dan kata sembuh adalah hal yang sangat ia impikan untuk hidup suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD