PART 2

1117 Words
“Kesempatan untuk mengandung langsung dari rahimku sendiri sudah tidak mungkin. Lantas apakah ada cara lain yang bisa kami tempuh untuk memiliki keturunan dari darah daging kami sendiri? Aku masih memiliki dua indung telur dan pernah membaca artikel yang isinya tentang Ibu pengganti, Dok.” “Merra! Sudahlah. Sebaiknya memang adopsi adalah salah satu cara yang baik, agar kita masih bisa merasakan menjadi orang tua!” Sepasang suami isteri sedang berdebat dalam sebuah ruangan dokter ahli kandungan. Dokter tersebut sudah memberi tahu jika kondisi fisik mereka sangat sehat, namun untuk dapat mengandung dengan cara alami adalah yang sangat sulit terjadi, kecuali mukjizat dari sang pencipta. Siapa mereka? Tentu saja dua orang tersebut adalah Tuan Yash dan Nyonya Merra Chopra. Sudah hampir sekitar sepuluh tahun mereka menikah, namun belum juga dipercaya untuk memiliki keturunan sama sekali. Bahkan parahnya, tumor yang pernah bersarang dalam rahim Nyonya Merra, harus membuat dirinya berbesar hati menerima kenyataan jika salah satu kebanggaan agar ia dapat disebut sebagai wanita seutuhnya tak lagi bisa ia miliki. “Yash, Ibumu jelas tidak akan bisa menerima semua ini. Bagaimana jika kau benar-benar menikah dengan Andini, Yash?” Acara berbagi keluh kesah kedua pasangan itu, pun membuat perasaan Rahul Khan Maholtra yang sedari tadi duduk memperhatikan mereka dari kursi kerja di ruangannya menjadi sedikit terenyuh dan sedih. Sebenarnya ia sangat ingin membenarkan tiga opsi yang baru saja keluarga Chopra itu katakan tentang ibu pengganti, mengadopsi anak serta menikah lagi untuk memiliki keturunan, hanya saja Dokter kandungan yang terkenal punya segudang teman berkencan itu sedikit merasa risih. Hal itu karena salah satu opsi pilihan dari kedua orang tua Tuan Yash Chopra berhubungan dengan orang ketiga, yang harus dipaksa masuk dalam rumah tangga pasangan tersebut. Sementara dari pandangan mata Rahul, Tuan Yash sangat mencintai Nyonya Merra. Tentu saja ia tak ingin dinilai sebagai pria b******k. Bila itu yang terjadi padanya, maka sudah barang tentu akan lain lagi ceritanya. “Hemmm... Jika aku yang ada diposisinya, sudah pasti wanita tak berguna seperti Nyonya Merra ini sudah kubuang jauh ke negeri antah berantah. Untuk apa mencintai seseorang yang menyusah seperti itu. Ck! Tuan Yash ini benar-benar mempermalukanku sebagai seorang pria sejati. Dia mendewakan wanita sampai rela tak memiliki keturunan. Untuk apa memiliki banyak uang jika begitu? Hemmm... Sangat membosankan!" batin dokter Rahul melontarkan keprihatinannya. “Dokter Maholtra? Dok?” “Egh, Iy... Iya?” Lamunan sang dokter rupanya terlalu lama terjadi, sehingga sebuah pertanyaan yang nyonya Merra lontarkan terasa seperti angin yang bertiup sambil lalu. Karena sedikit kesal, tuan Yash mencoba untuk mengembalikan sang dokter ke dunianya dan ia pun kebingungan di sana. “Anda melamun, Dok? Istri saya sejak tadi sedang bertanya. Jika Dokter sedang sakit, sebaiknya konsultasi ini ditunda saja dulu. Anda tahu ‘kan kegiatan kami berdua ini sangat padat? Jadi kami tak punya banyak waktu menunggu Anda selesai melamun!” tegas Yash, membuat Rahul tertegun. “Yash, jangan seperti ini!” sahut Merra saat mendengar gerutuan suaminya. Tuan Yash Chopra memang terkenal jauh lebih dingin dan kaku di depan orang lain selain Nyonya Merra, sehingga Rahul sedikit tersulut emosi di sana. Ia akhirnya tak lagi mau memedulikan keutuhan rumah tangga kedua pasangan tersebut dan ide gila yang ada di otak Rahul, mencelos begitu saja tanpa ia pikirkan lagi dampak negatifnya. “Maafkan saya, Tuan Yash Chopra. Saya hanya sedang bingung saja harus menyampaikan solusi ini atau tidak pada Anda berdua. Sebab ini terlalu beresiko. Namun ini adalah jalan yang menurut saya terbaik, apabila memang ingin memiliki anak dari keturunan anda sendiri,” ujar Rahul sedikit menyeringai. Ia sengaja menggunakan kata-kata bernada lembut dalam melancarkan aksinya, dengan tujuan setelah ini tuan Yash Chopra akan meradang. "Bagaimana caranya, Dok? Katakan pada kami apa solusi itu!” tanya nyonya Merra begitu penasaran. Sementara tuan Yash hanya diam, namun dokter Rahul sangat mengetahui jika pria itu juga penasaran akibat kening datarnya yang berkerut. “Baiklah, saya akan mengatakannya. Tapi apa yang saya utarakan nanti, bukanlah saran yang baik. Yah, tergantung bagaimana anda berdua menyikap—” “Tolong jangan bertele-tele, Dokter Maholtra! Katakan saja langsung apa yang ada dalam pemikiran anda!” sanggah Yash sungguh semakin membuat Rahul meradang dalam hati. Dengan menyembunyikan seulas seringai licik, Rahul pun mulai mengurai beberapa opsi dan ia pikir itu akan membuat tuan Yash Chopra semakin meradang. “Seperti yang kedua orang tua Anda katakan tadi, Anda bisa mencari wanita lain yang sehat kandungannya. Hamili dia dan buat saja surat kontrak kerja sama padanya. Jika Anda hanya memperkerjakan wanita itu sampai anak dari keturunan Anda sudah lahir. Gampang, kan? Atau An—" BRAKKK...! “Apakah Anda ini memang seorang Dokter, hah?! Bagaimana bisa Anda menyarankan hal negatif itu padaku, Dokter Maholtra?! Kau ingin—” “Cukup, Yash! Jangan membuat keributan di sini. Dokter Maholtra belum selesai berbicara tadi. Sebaiknya kau dengarkan dulu apa yang akan ia katakan lagi.” Pertengkaran pun semakin terjadi di sana dan perang statement antara pasangan suami isteri dari keturunan Chopra yang sangat terkenal sebagai dua pasangan CEO sebuah perusahaan besar di Mumbai, semakin membuat Rahul Khan Maholtra merasa sangat gemas. “Aku tidak butuh konsultasi gila dengan Dokter seperti ini, Merra! Cepat kita pergi dari sini sekarang!” teriak Yash Chopra mendorong kursi yang ia duduki. Dengan sangat kasar ia menarik pergelangan tangan sang istri, agar segera keluar dari ruangan itu. Sementara Rahul yang mulai geram melihat tingkah kasar Yash, akhirnya sekali lagi membuka suaranya di sana. “Atau Anda bisa mengikuti program bayi tabung seperti yang Nyonya Chopra katakan tadi, Tuan Yash! Cari saja wanita lain yang rela meminjamkan rahimnya di luar sana, agar ia dapat memberi tempat bagi embrio yang sudah matang hasil dari sel s****a dan sel telur Anda berdua. Anda tinggal menawarkan sejumlah uang pada wanita itu kemudian menyuruhnya untuk menandatangani kontrak tutup mulut. Lalu apabila ia tidak dapat menjaga rahasia pribadi ini, maka Anda bisa mempidanakannya!” Mendengar hal tersebut, langkah kaki keduanya pun terhenti seketika dan segera membalikkan tubuh mereka. “Jika begitu?! Anda saja yang mencari wanita itu, Dokter Maholtra! Saya tidak ingin mengambil resiko! Bila Anda lelaki sejati, jelas Anda tidak akan mungkin menyarankan hal-hal yang—” “Tidak, Yash! Apa yang Dokter Maholtra katakan ada benarnya. Kita akan mencari ibu pengganti itu, Yash. Aku akan mendapatkan wanita yang mau meminjamkan rahimnya padaku selama sembilan bulan. Apa pun akan aku berikan untuk dia, bila memang hanya itu jalan terbaik agar aku bisa memiliki keturunan!” “Merra, apa kau sudah—” “Iya! Aku memang sudah tak waras lagi, Yash! Apa kau ingin tahu bagaimana rasanya dihina hanya karena tak bisa memberikan Suaminya keturunan dan hidup di ambang kesedihan karena tak lagi memiliki rahim?! Sakit, Yash! Itu sangat sakit!” teriak Merra Chopra bersama air matanya yang bercucuran. Dengan memeluk erat tubuh kesakitan sangat istri, Yash Chopra pun luluh dengan permintaan yang sangat tidak ingin ia setujui itu, “Baiklah, Dokter Maholtra. Tolong lakukan yang terbaik untuk Merra-ku. Jika Anda bisa berbuat lebih, sebaiknya Anda saja yang mencarikan wanita yang rela meminjamkan rahimnya pada kami berdua.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD