Bab 25

1530 Words
39 Hari Sebelum Persidangan Feli melangkahkan kakinya dengan pelan untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri. Hari sudah gelap ketika Feli memutuskan untuk pulang ke rumah setelah dia mengunjungi makam Ibunya sendiri. Sekarang, setiap kali datang ke makam, Feli sudah pernah menangis lagi. Feli sudah bisa menerima semua keputusan yang dibuat oleh Ibunya. Feli menerima semuanya.. Feli ingat jika beberapa tahun yang lalu Feli akan selalu menangis setiap kali mengingat apa yang terjadi pada Ibunya. Saat itu Feli melihat sendiri bagaimana mulut Ibunya terus mengeluarkan busa yang bercampur dengan darah. Ibunya bunuh diri.. Fakta itulah yang terus mengguncang Feli selama bertahun-tahun ini. Tapi sekarang semuanya sudah lama berlalu. Luka itu memang tidak akan pernah bisa sembuh karena sampai kapanpun, kenyataan tentang Ibunya memang akan selalu melukai Feli lebih dalam lagi. Tapi sekarang Feli sudah mulai terbiasa dengan luka itu, Feli sudah menerima semua yang terjadi di dalam hidupnya. Apa yang dilakukan oleh Ibunya memang bukan hal yang bisa diterima dengan mudah, Feli membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa memaafkan semuanya.. tapi sekarang Feli sudah lebih baik lagi. Ibunya memutuskan sesuatu di dalam hidupnya sendiri, Ibunya mungkin telah bersikap egois karena meninggalkan Feli begitu saja. Tapi tidak masalah, Feli bisa menerima semua keputusan yang dibuat oleh Ibunya sekalipun sesekali Feli juga masih menyayangkan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Apapun masalah yang terjadi di dalam kehidupan ini, apakah tidak ada jalan lain yang bisa diambil selain bunuh diri? Feli menghembuskan napasnya dengan pelan karena lagi-lagi dia harus merasakan sesak di dadanya karena semua yang dia alami sepanjang hari ini. “Feli?” Feli menolehkan kepalanya ketika dia mendengar suara seseorang yang sedang memanggilnya. “Daddy? Daddy sudah pulang?” Tanya Feli sambil bangkit berdiri untuk menghampiri ayahnya. Feli sama sekali tidak mengira kalau Ayahnya akan datang ke kamarnya. Feli kira, sama seperti Kakaknya dan juga kekasihnya, ayahnya ini juga sedang sibuk bekerja. Feli mendatangi ayahnya lalu memeluknya dengan pelan. Sebenarnya, selama ini Feli tidak terlalu dekat dengan ayahnya karena memang kesibukan ayahnya membuat Feli tidak pernah memiliki waktu untuk banyak berbicara dengan pria itu. Sejak kecil ayahnya jauh lebih dekat dengan Farel karena memang Kakaknya itu selalu digadang-gadang untuk menjadi penerusnya. Jujur saja Feli merasa lega karena ayahnya tidak memaksa Feli untuk melakukan sesuatu yang tidak Feli sukai. Farel memang harus berjalan di jalan yang dipilihkan oleh ayah mereka, tapi tidak dengan Feli. Sekalipun sering bersyukur dengan fakta itu, kadang kala Feli juga merasa kalau dia telah melakukan sesuatu yang tidak adil pada Kakaknya. Bagaimana kalau selama ini Kakaknya tidak menyukai apa yang dia kerjakan? Bagaimana kalau Kakaknya menyukai pekerjaan yang lain? Sayangnya Feli tidak pernah sanggup bertanya pada Kakaknya tentang perasaan pria itu. Feli merasa tidak sanggup kalau ternyata dia mengetahui bagaimana perasaan Kakaknya selama ini. “Tentu saja sudah. Bagaimana keadaanmu, Feli?” Feli tersenyum lalu kembali memeluk seorang pria yang selalu dia sebut sebagai  ‘Daddy’. Sekalipun dulu Feli tidak terlalu dekat dengan ayahnya sendiri, setelah kepergian Ibunya dengan cara yang sangat tidak wajar, ayahnya jadi mendekatkan dirinya pada Feli. Awalnya Feli tidak bisa menerima semua yang terjadi. Feli menjauhi semua orang, Feli selalu ingin sendirian. Feli bahkan tidak pernah mau menemui Kakaknya sendiri, Feli juga menjauhi Ken. Keadaan mulai membaik setahun kemudian. Feli mulai menerima semua hal yang sudah terlanjur terjadi. Feli bisa menyadari kalau selama ini Ibunya memang tidak bahagia, Ibunya merasa tidak bahagia dengan kehidupan mereka yang sebenarnya tampak seperti kehidupan yang diimpikan oleh semua orang. “Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Daddy?” Akhirnya, sama seperti malam yang sangat ingin Feli habiskan selama ini. Setelah lama tidak berbincang dengan ayahnya, sekarang Feli bisa memiliki waktu untuk semua itu. Tidak masalah, lagi pula Feli juga akan segera keluar dari band sehingga kesibukannya akan jauh berkurang dibanding dengan sebelumnya. *** Feli mengernyitkan dahinya ketika melihat Kakaknya pulang dengan keadaan yang sangat kacau. Feli bisa mencium aroma alkohol yang keluar dari napas Kakaknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kakaknya sampai mabuk seperti ini? Sekalipun keadaan Kakaknya masih sadar seratus persen, Feli tetap bisa merasakan kalau ada sesuatu yang sedang berusaha untuk ditutupi oleh Kakaknya. Apa yang sebenarnya terjadi? “Kak Farel baik-baik saja?” Tanya Feli sambil mengulurkan segelas air hangat pada Kakaknya. Feli benar-benar bersyukur karena beberapa menit yang lalu Daddy-nya sudah pergi dari kamarnya. Feli sama sekali tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi jika Ayahnya itu melihat keadaan Kakaknya yang sedang seperti ini. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan sambil menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Kakaknya. Feli tidak akan bisa tenang sebelum mendengar apa yang sebenarnya terjadi. Tidak, Feli tidak akan bisa tenang. “Iya, aku baik-baik saja..” Kakaknya berbicara dengan tenang seakan memang tidak ada hal apapun yang terjadi. Feli sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Feli mengenal Kakaknya dengan sangat baik sehingga Feli bisa tahu jika Kakaknya tidak akan melakukan sesuatu yang segila ini. Sepanjang hidup bersama dengan Kakaknya, Feli tahu kalau Kakaknya bukanlah orang yang bisa mabuk tanpa alasan seperti ini. Feli yakin kalau ada sesuatu yang sedang ditutupi. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kakaknya sampai seperti ini? “Kak Farel sedang ada masalah?” Tanya Feli dengan pelan. Sekalipun Feli tahu jika sekarang Kakaknya hanya butuh tidur saja, Feli tetap berusaha untuk bertanya tentang apa yang terjadi. Feli harus tahu keadaan Kakaknya karena kalau tidak, Feli tidak akan bisa tenang. Dia juga tidak akan bisa tidur semalaman karena terus memikirkan keadaan Kakaknya tersebut. “Tidak ada. Aku baik-baik saja, Feli..” Kata Farel sambil tersenyum ke arah Feli. Tidak, Feli memang sudah berusaha untuk menghiraukan tatapan Kakaknya, tapi Feli sama sekali tidak bisa melakukan itu. Ada sesuatu yang terus mengganggu Feli karena sekarang dia sedang melihat tatapan penuh luka yang dipancarkan oleh Kakaknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Selama ini Farel selalu menjadi tempat perlindungan bagi Feli. Apapun masalah yang sedang Feli hadapi, Feli selalu mempercayai Kakaknya. Feli selalu mengatakan apapun yang sedang dia rasakan karena dia mempercayai Kakaknya. Farel akan selalu membantu Feli, Farel akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk Feli. Iya, oleh karena itulah Feli selalu bisa mengandalkan Kakaknya itu. Tapi sekarang keadaan sedang berbeda, bukan Feli yang sedang membutuhkan Farel. Justru Farel yang sedang membutuhkan bantuan Feli. Sesekali Feli juga ingin menjadi seseorang yang berguna untuk Kakaknya. Feli ingin membantu Kakaknya, Feli ingin meringankan beban Kakaknya. Feli memang selalu menjadi adik yang merepotkan, tapi kali ini saja.. kali ini saja Feli ingin dipercayai oleh Kakaknya. “Kak, apa yang terjadi? Apa yang membuat Kakak sampai seperti ini?” Feli kembali bertanya sambil menatap Kakaknya dalam-dalam. Ketika melihat ada luapan emosi yang ingin disampaikan oleh Kakaknya, Feli segera mendekatkan tubuhnya untuk masuk ke dalam pelukan Kakaknya. Tidak, apapun yang sedang dijalani oleh Kakaknya, Feli harap semuanya tetap baik-baik saja. Jika ada orang yang menyakiti Feli, maka Farel dan Ken akan selalu berdiri di barisan yang paling depan untuk membela Feli. Tapi jika ada seseorang yang menyakiti Farel, apa yang bisa Feli lakukan? Feli tidak memiliki kekuatan seperti Farel. Feli tidak akan bisa melakukan apapun untuk membantu Farel. Setidaknya sekarang Feli masih bisa menyediakan pelukan untuk Kakaknya. Feli memang tidak bisa meringankan beban Kakaknya, tapi dengan pelukan ini, Feli masih bisa memberikan dukungan pada Kakaknya. Feli masih bisa mengingatkan Kakaknya jika sampai kapanpun dia akan selalu memiliki Feli. Sampai kapanpun Farel akan selalu memiliki Feli. Tidak akan ada hal apapun yang bisa memutuskan hubungan mereka di bumi ini selain kematian. Pada akhirnya, setelah sekian lama tidak pernah mendengarkan tangisan Kakaknya, sekarang di sinilah Feli berada. Feli memeluk Kakaknya sambil berusaha menahan air matanya sendiri karena terus mendengarkan raungan Kakaknya. Feli tahu kalau ada sesuatu yang salah dengan Kakaknya, sayangnya Feli sama sekali tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Feli hanya bisa diam sambil terus memeluk Kakaknya. Sampai kapanpun, Kakaknya harus tahu kalau dia akan selalu memiliki Feli. Feli akan tetap berada di sini, mendukungnya dan memeluknya dengan cara yang sama. “Semuanya akan baik-baik saja, Kak.. jangan bersedih lagi..” Kata Feli sambil terus mengusap punggung Kakaknya. Berbeda dengan Farel yang akan selalu tangguh ketika sedang menghadapi tangisan Feli, Feli justru sebaliknya. Melihat jika Kakaknya yang biasanya kuat dan kokoh sekarang sedang hancur di dalam pelukannya, Feli sama sekali tidak bisa menahan tangisannya sendiri. Apa yang terjadi? Siapa yang menyakiti Kakaknya hingga membuat Kakaknya hancur seperti ini? Selama ini Feli sama sekali tidak pernah mendengarkan tangisan Farel. Bahkan ketika Farel dihukum dan dipukul oleh ayah mereka ketika dia sedang berusia 10 tahun, Farel sama sekali tidak menangis. Farel justru sibuk menenangkan tangisan Feli yang merasa tidak tega dengan apa yang dialami oleh Kakaknya. Iya, Kakaknya itu memang tumbuh dengan cara yang paling tangguh. Farel menjadi pribadi kuat yang sangat keras. Sekarang, mendengarkan suara isakan tangis yang keluar dari bibir Kakaknya, Feli merasa kalau Kakaknya sedang memiliki suatu masalah yang besar. Apapun yang terjadi, Feli selalu berharap kalau Kakaknya akan tetap baik-baik saja. Lebih baik jika masalah itu menimpa Feli saja. Jika boleh, Feli rela melakukan apa saja agar masalah yang sedang ditanggung oleh Kakaknya bisa segera selesai. Iya, Feli rela mengorbankan apapun untuk kebahagiaan Kakaknya. Selama ini Kakaknya selalu mendahulukan kebahagiaan Feli, kali ini.. sekali saja Feli ingin mengorbankan dirinya juga untuk membuat Kakaknya bahagia. Masalahnya, apa yang bisa Feli lakukan?    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD