Bab 37

1730 Words
37 Hari Sebelum Persidangan Ken menghembuskan napasnya dengan pelan. Dari spion mobilnya, dia bisa melihat Feli yang tampak berjalan ke arah yang berlawanan. Ken memejamkan matanya sekilas, dia tidak memiliki pilihan lain. Apapun yang terjadi, Ken memang harus melakukan ini. Ken memang tidak tega kalau harus menurunkan Feli sendirian di pinggir jalan, tapi Ken tidak bisa melakukan apapun. Ken harus segera sampai di pengadilan untuk mempersiapkan diri, dia tidak memiliki banyak waktu. Selama ini Ken sama sekali tidak tahu apa yang sedang Farel tangani, sekarang Ken harus memahami semua itu dalam waktu yang singkat. Baiklah, Ken memang tidak memiliki waktu lagi, maka dari itu, Ken tidak bisa menunggu sampai Feli masuk ke dalam taksi yang akan dia pesan. Ken harus segera melanjutkan perjalanannya Menuju ke pengadilan. Di sana sudah ada tim Farel yang pastinya akan membantu Ken dalam mengerti masalah ini. Ken tahu kalau Feli adalah wanita yang tanggung. Dia pasti bisa sampai ke apartemen Farel sendiri. Sebenarnya Ken tidak khawatir akan hal itu, Ken hanya merasa tidak senang karena dia terpaksa meninggalkan kekasihnya sendirian di pinggir jalan hanya karena dia memiliki pekerjaan penting. Sungguh, semua pekerjaan ini membuat Ken merasa tersiksa. Ken menatap ponselnya yang menyala dan menunjukkan satu nama yang tidak asing baginya. Iya, dia adalah salah satu tim Farel yang akan membantunya dalam persidangan kali ini. “Ya, Intan?” Farel langsung mengangkat panggilan itu karena dia yakin jika Intan tidak akan menghubunginya jika bukan untuk alasan yang penting. “Maaf, Pak. Apakah Bapak sudah dalam perjalanan menuju ke sini? Kami benar-benar menunggu kedatangan Bapak karena kami semua tidak bisa menjalankan persidangan ini sendirian. Kasusnya cukup rumit, kami takut melakukan kesalahan..” Ken menghembuskan napasnya dengan pelan. Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya Tim Farel sendiri yang langsung menggantikan Farel ketika pria itu tidak segera datang, sebenarnya mereka yang lebih tahu tentang kasus ini. Tapi Ken tidak mau mengambil resiko dengan menunjuk seseorang yang merasa tidak mampu. Kalau dirinya saja tidak yakin dengan kemampuannya sendiri, dia tidak akan bisa memimpin persidangan kali ini. “Seharusnya ini bukan urusan saya karena kasus ini di bawah tanggung jawab Pak Farel. Kalian adalah tim yang membantunya selama ini, seharusnya kalian yang memimpin persidangan ini..” Kata Ken dengan suara yang terlihat kesal. “Maafkan kami, Pak. Kasus ini memang sempat membuat kami kesulitan selama beberapa bulan ini, hanya Pak Farel saja yang bisa menangani semua ini. Kami sendiri masih belum terlalu mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi..” Ken menghembuskan napasnya pelan. Bagaimana mungkin Farel melakukan kecerobohan seperti ini? Apapun yang sedang dia pikirkan tentang masalah yang dia tangani, seharusnya dia tetap memberi tahukan pada tim. Farel tidak bisa merahasiakan pemikirannya sendiri karena kalau sampai seperti ini, tidak akan ada orang yang bisa menggantikan Farel, baik Ken sekalipun. Mereka semua masih belum menemukan titik terang tentang masalah yang mereka tangani.. “Lalu kalian menghubungi untuk mengani persidangan yang bahkan kalian sendiri belum mengerti penyelesaiannya?” Ken memang tidak bisa menahan emosinya sendiri. Ini namanya bunuh diri. Tim mereka saja tidak ada yang tahu bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah ini, lalu bagaimana dengan Ken yang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi? Ken memang tidak ingin membuat nama firma hukum mereka jadi buruk karena ulah Farel, tapi jika Ken nekat memimpin persidangan ini, bisa-bisa malam dirinya yang jadi berada di dalam masalah. “Maafkan kami, Pak” Ken langsung menutup panggilan yang dilakukan oleh tim Farel tersebut. Tidak ada gunanya kalau Ken harus marah-marah di sambungan telepon. Sekarang Ken harus fokus untuk segera sampai di pengadilan agar dia memiliki waktu untuk mempelajari apa yang terjadi. Ken harap Feli benar. Ken berharap kalau Feli bisa menemukan Farel sekarang karena sungguh, sekarang Ken juga merasa ragu dengan dirinya sendiri. Ken takut melakukan satu kesalahan yang akan berakibat fatal. Ken tidak mau membuat keadilan jadi berpihak pada sisi yang salah. Selama ini Ken selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, Ken tidak ingin melakukan kesalahan kali ini. Feli.. hanya wanita itu yang bisa Ken harapkan sekarang. Kalau Feli berhasil menemukan Farel dan menyeret pria itu untuk datang ke persidangan, maka Ken akan selamat, persidangan ini juga akan selamat. *** “Jelaskan, bagaimana kronologi masalah ini? Apakah kalian sudah menyelidiki dengan benar?” Tanya Ken dengan tenang. Dalam setiap persidangan yang Ken pimpin, biasanya Ken tidak pernah secemas sekarang. bahkan persidangan pertamanya saja terasa jauh lebih baik dari saat ini. Iya, Ken selalu mempersiapkan semuanya dengan sangat baik, tidak seperti sekarang.. Bagaimanapun keadaan yang ada, Ken harus tetap tenang. Ken akan selalu berusaha melakukan yang terbaik karena memang selama ini itulah yang selalu ingin dia lakukan. “Sebenarnya, ini bukan bunuh diri, Pak. Keluarga menemukan banyak luka lebam di tubuh jasad, tapi sayangnya, sesuai dengan kepercayaan suaminya, wanita itu langsung dikremasi begitu dinyatakan meninggal..” Ken mengernyitkan dahinya. Kenapa Tim Farel menjelaskan dengan cara yang seburuk ini? Ken bahkan belum mengerti dengan masalah apa yang dia dapatkan sekarang. Iya, kekacauan ini memang semakin komplit saja. “Jelaskan dengan benar. Sepertinya kamu anak baru di tim ini, jelaskan padaku dengan benar!” Kata Ken dengan tegas. “Seorang wanita bernama Arika Nadya dilaporkan meninggal setelah ditemukan sedang tergeletak di atas ranjangnya dengan beberapa butir MDMA di tangannya. Meskipun begitu, menurut keterangan adik korban yang juga ikut menemukan korban di kamar tersebut, korban sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang bunuh diri. Tubuhnya terasa hangat seperti manusia normal, tidak memiliki suhu yang tinggi seperti orang yang mengalami overdosis MDMA dimana diketahui jika seharusnya korban memiliki suhu tubuh diatas 40 derajat celcius atau 104 derajat fahrenheit. Diketahui juga jika MDMA baru bereaksi sekitar 30-40 menit setelah di konsumsi, jika dilihat dari jumlah obat yang ditemukan di kamar itu, korban sepertinya hanya meminum kurang dari 10 butir saja. Memang seharusnya menimbulkan reaksi, tapi reaksinya terlalu cepat. Suami korban memberikan kesaksian kalau istrinya memang sering mengkonsumsi MDMA sejak beberapa bulan yang lalu tepatnya setelah mereka kehilangan anak pertama mereka..” Ken menghembuskan napasnya dengan pelan ketika mendengarkan satu penjelasan panjang yang diberikan. Dari beberapa data yang didapatkan oleh Ken, memang hanya ada sedikit sekali keterangan ataupun bukti yang bisa Ken dapatkan. Bukti yang didapatkan terlalu sedikit. Ken sama sekali tidak bisa berbuat banyak apalagi ketika dia sama sekali tidak memiliki banyak waktu. “Apa tuntutannya?” Tanya Ken dengan cepat. “Keluarga merasa tidak terima karena putri mereka dikebumikan secara terburu-buru. Bahkan, kalau memang Arika Nadya mengalami overdosis, bukankah seharusnya pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan lebih dulu? Seharusnya tetap ada autopsi atau pemeriksaan yang lainnya. Tapi suami korban melarang semua itu dengan alasan dia tidak ingin mengetahui sebab yang sebenarnya, dia sudah tahu jika istrinya memang seperti orang yang kehilangan semangat hidup sejak anak pertama mereka meninggal karena terjatuh dari tangga..” Ken mengernyitkan dahinya. Setinggi apa tangga itu sehingga membuat seorang anak meninggal? Selama ini ada banyak sekali kasus orang yang jatuh dari tangga, tapi jarang ada yang sampai mengalami kematian seperti ini. “Berapa usia anaknya?” Tanya Ken dengan pelan. “Kurang dari satu minggu..” Kurang dari satu minggu? Astaga, pasti ada hal yang salah di sini. “Dilaporkan jika Arika Nadya juga mengalami sindrom baby blues dimana diketahui jika sindrom itu sangat berbahaya untuk seorang wanita yang baru melahirkan. Arika Nadya tidak sengaja terpeleset ketika dia sedang menggendong anak mereka. Arika memang mengalami luka di bagian tubuhnya, luka itu juga yang dicurigai oleh pihak keluarga. Kata mereka, ketika mereka mengunjungi Arika yang sedang berduka karena kehilangan anaknya, Arika tidak memiliki luka di bagian lehernya itu.. Jarak kematian Arika dan anaknya adalah 6 hari..” Ken semakin kebingungan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ken tidak memiliki bukti apapun yang menunjukkan jika Arika Nadya memang dibunuh oleh suaminya. Tapi beberapa bukti yang ada memang membuat Ken merasa sangat curiga dengan suami wanita itu. “Sama sekali tidak ada pemeriksaan medis yang bisa menguatkan tuduhan keluarga?” Kalau Farel menerima kasus ini, artinya Farel sudah tahu jika pihak keluarga Arika memberikan tuntutan yang memang benar terjadi. Selama ini Ken memang selalu mewanti-wanti semua orang yang ada di dalam firma hukumnya agar tidak menerima permintaan bantuan dari orang yang salah. Mereka harus menegakkan keadilan, itulah pekerjaan mereka. Sebagai seorang pengacara, mereka tidak boleh hanya tergiur dengan uang dan kekuasaan saja, mereka harus memastikan kalau mereka membela kebenaran. Tidak akan pernah ada keadilan kalau mereka membela orang yang salah. Jika Farel menerima kasus ini, sudah jelas jika pria itu merasa bahwa Arika bukan mati bunuh diri, tapi dibunuh oleh seseorang. Bisa saja memang dibunuh oleh suaminya seperti tuduhan keluarganya, tapi bisa juga dibunuh oleh orang lain yang mungkin belum mereka temukan. Tapi Ken sangat yakin kalau Arika Nadya tidak bunuh diri, wanita itu dibunuh.. “Tidak ada, Pak. Sebelum keluarga Arika datang, jasad Arika sudah dikremasi lebih dulu. Suaminya memberi kesaksian kalau dia melakukan itu karena terpaksa, dia tidak ingin jasad istrinya dikebumikan oleh keluarga istrinya. Diketahui jika Arika mengubah kepercayaannya setelah dia menikah dengan suaminya. Menurut kepercayaan keluarganya, Arika harus dikebumikan dengan cara dikubur, jika menurut suaminya, Jasad Arika harus dikremasi sesuai dengan kepercayaan mereka yang baru.. Suami Arika tidak ingin hal itu terjadi, jadi dia melakukan kremasi beberapa jam setelah Arika dinyatakan meninggal karena oleh rumah sakit. Suaminya juga melarang diadakan autopsi, dia memberikan alasan jika dia tidak sanggup melihat keadaan istrinya, dia mengatakan kalau dia sudah menerima kenyataan. Saat itu hanya ada suami Arika saja, adik Arika sama sekali tidak bisa melakukan apapun karena dia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Ketika keluarga datang, jasad Arika sudah berubah menjadi abu. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi..” Ken menutup matanya dengan pelan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? “Kapan terakhir kali kalian melakukan penyelidikan?” Tanya Ken. Iya, Ken memang masih mencoba untuk tetap tenang karena sebenarnya dia menyimpan harapan besar untuk Feli. Semoga saja wanita itu bisa membawa Farel datang ke sini. “Sekitar seminggu yang lalu. Pak Farel mengatakan kalai dia sudah mendapatkan jawaban dan bukti yang kuat akan apa yang terjadi. Sekalipun begitu, karena merasa kurang percaya diri, Pak Farel mencoba untuk mendatangi Bu Rosaline, mereka membicarakan tentang masalah ini selama beberapa saat..” Ken mengernyitkan dahinya. Jadi Kakaknya tahu tentang masalah ini? Jika Farel meminta pendapat Rosaline, itu artinya Rosaline jauh lebih mengerti tentang masalah ini dibandingkan dengan Ken sendiri. “Kenapa kalian tidak menghubungi Bu Rosaline saja?” Tanya Ken. “Saya sudah berusaha menghubungi Bu Rosaline, sayang sekali.. sama seperti Pak Farel, Bu Rosaline juga tidak bisa dihubungi..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD