Part 2. Kisah Cinta Daisha

1014 Words
Daisha di sekolah sangat pintar is menjadi juara dikelas tiap tahunnya, banyak yang merasa iri akan kepintaran Daisha dan kecantikan Daisha, ia tidak menjadikan dirinya sombong justru ia selalu merendahkan diri pada temannya, sehingga ia memiliki banyak teman. Setelah duduk di bangku sekolah menengah atas, ia mengikuti paskibra sampai ia terpilih mewakili sekolah ia harus dikarantina selama satu bulan sebagai pengibar bendera sang merah putih. Karena ketekunannya ia mendapatkan beasiswa sehingga ia bisa masuk kuliah tanpa biaya, ia selalu membantu ibunya untuk berjualan rujak cingur, ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya, ia ingin cita-citanya tercapai dapat membahagiakan ibunya. Tapi ia selalu ingat dirinya pernah mersakan rasanya menjadi anak pungut, anak angkat dari pakdenya. Kabar bahwa dirinya terpilih mewakili sekolah ia beritahukan pada keluarganya bertapa bangganya semua keluarga daisha, "Ibu Daisha terpilih mewakili sekolah dan nanti selama satu bulan Daisha akan tinggal di asrama untuk menjalani karantina." Daisha memeluk ibunya, "Benarkah, Masyaallah ibu bangga sama kamu nak, teruslah semangat," Ucap ibunya menyemangati Putrinya. Kakaknya pun ikut senang mendengar dirinya dapat mewakili sekolah bahkan tingkat Provinsi. "Semangat dek, Mbak akan seslalu memberi dukungan buat kamu, mbak juga akan lebih kiat lagi cari uang supaya kamu jadi orang, tidak seperti kami yang hanya lulusan SMP." Ucap mbak Hesti dan Mbak Ani. 'Tapi meskipun mbak ini lulusan cuma SMP, tapi mbak ini tidak kalah penghasilannya dengan para pejabat yang ada disana." Mbak Hesti sedikit membuat lelucon. "wes diberesin apa saja keperluan yang harus kamu bawa biar mbak yang siapkan!" Daisha dengan senang hati memeluk kakaknya. "Makasih banyak mbakku, aku tidak tahu membalas budi baik pada mbak hesti." Daisha memeluk mbaknya. Daisha menjalani karantina selama satu bulan, ia setiap minggu menelpon keluarganya agar dibawakan sesuatu. Mbak Hesti selalu memperhatikan adiknya, mbak hesti sudah memiliki penghasilan dari catring, ia dikontrak oleh perushaan untuk mengirim makan tiga kali dalam sehari, sampai ia bertemu dengan jodohnya di pabrik tersebut. Daisha menjalani sekolahnya seperti anak-anak yang lain, ia tidak pernah telat ia juga salah satu panutan disekolah sebagai kakak kelas di sekolah. *** Setelah lulus kuliah ia bekerja di sebuah bank swasta, kini usianya sudah 24 tahun. Sampai akhirnya ia berkenalan dengan Wisnu. Wisnu salah satu nasabah, ia rajin menabung dan selalu bertemu dengan Daisha, dan Daisha yang selalu pas melayani Wisnu seakan nomer antriannya sudah deseting sedemikian. Dari situlah akhirnya Wisnu merasa tertarik pada Daisha, ia mencoba mendekati Daisha dengan menunggu saat Daisha pulang kerja. "Hai," sapa Wisnu. "Hai juga, maaf bukanny bapak ini yang selalu nabung ya." Wisnu tersenyum. "Iya, dan anehnya setiap kali aku menabung yang melayani untuk penyetoran selalu kamu, mungkin kita jodoh. " ucap Wisnu. Daisha tersipu malu, dari situlah kedekatan mereka dimulai. Wisnu diperkenalkan pada ibunya serta kakak-kakaknya, sampai dengan keluarga besar dari ibunya termasuk pakdenya yang sudah membesarkan hidupnya. Kisah cintanya terasa manis, Wisnu sangat mencintai Daisha mereka sama-sama mencintai. "Pokoknya apapun yang nanti akan terjadi jangan pernah kamu tinggalkan aku, kamu mau kan berjanji untukku sayang?" Tanya Wisnu. "Tentu dong sayang, aku akan selalu setia dan tidak akan pernah menghianati cinta kita." Jawab Daisha. Setiap hari wisnu mengantarkan Daisha bekerja dan pulangnya selalu ia jemput, rasa senang yang tidak terkira terlihat dari raut wajah Daisha. Teman-teman kerjanya saja melihat kebahagian mereka sangat iri, meskipun wajah wisnu tidak tampan namun wisnu memiliki daya tarik bagi daisha entah apa yang membuat daisha tergila-gila. Wisnu selalu membanggakan dirinya sebagai seorang pegawai terladan, kekayaannya juga lumayan banyak, yang nanti tentu saja untuk keluarganya kelak yag nanti akan mereka bangun. angan-angannya selalu membayangkan bahagia bersama wisnu. "Aku sayang banget sama kamu, semoga kita selalu bersama." ucap Daisha. Wisnu selalu memberikan hal-hal yang romantis membuat hati Daisha selalu berbunga-bunga. Wisnu terlihat anak yang baik, tapi tidak bagi kakaknya Daisha yang nomer dua, justru ia melihat Wisnu bukan anak yang baik, ia tidak suka Daisha bersama Wisnu. Setiap hari Daisha diantar jemput oleh Wisnu, seolah Wisnu benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab terhadap Daisha, sehingga ibunya merasa tenang dan berdoa Wisnu adalah jodoh terbaik bagi Daisha. "Aku Berangkat dulu ya bu," Daisha pamit untuk berangkat bekerja, begitu juga Wisnu yang ikut berpamitan pada calon mertuanya. Tidak ada tanda-tanda Wisnu akan menyakiti Daisha, mereka terlihat romantis dan harmonis. Sudah dia tahun menjalin hubungan Wisnu belum melamar Daisha, justru ia mengatakan dirinya sudah di PHK, ia tidak bekerja dan menjadi pengangguran, hal inilah yang menjadikan alasan untuk Wisnu belum juga melamar Daisha, karena Daisha sudah terlanjur mencintainya dan takut kehilangan Wisnu ia akhirnya memberi modal untuk Wisnu membuka rumah makan, syaratnya jangan mengatakan pada keluarga besarnya dirinya sudah tidak bekerja lagi. Wisnu setuju dengan permintaan Daisha. "Sayang bagaimana kalau kamu buka usaha rumah makan, aku punya lokasi yang cukup bagus, aku akan memberi kamu modal tapi janji kami jangan katakan hal ini pada siapapun, jika kamu aku yang memberi modal dan kamu sudah tidak bekerja lagi, ibu tidak boleh tahu kamu sudah di PHK oleh perusahaan kamu bekerja." Dengan senang hati Wisnu menyetujui keinginan Daisha. Ternyata Wisnu hanya ingin memanfaatkan keinginan Daisha, ia ingin membahagiakan kedua orangtuanya tapi tidak untuk pasangannya. Wisnu mengambil keuntungan usahanya untuk dirinya sendiri, ia tidak terbuka keuntungan yang didapat ia mengatakan selalu sepi, padahal tiap hari ia sudah mengantongi ratusan ribu untuk dirinya dan ia berikan pada orangtuanya. Daisha merasa heran kenapa usahanya justru tidak berkembang, ia menanyakan pada Wisnu kemana uang yang didapat, berapa keuntungan yang didapatnya. Namun Daisha tidak pernah berani mengatakan warung makan yang ia kembangkan bersama Wisnu selalu saja habis tidak ada keuntungan. Daisha masih percaya bahwa Wisnu benar-benar mengelola usahanya bahkan ia sedikit curiga pada pelayannya, ia mengamati setiap gerak-gerik dari pelayan yang membantu. Usahanya semakin sepi ia harus memutar otak agar usahanya bisa bangkit lagi, setiap bulan gajinya untuk menutupi modal usahanya. Daisha tidak pernah sedikitpun curiga bahkan ada pelayannya yang memang melihat keuntungan dari usahanya selalu dipakai oleh wisnu. Setiap kali Wisnu mengambil keuntungan dari usahanya ia selalu bersikap romantis ia selalu mengajak Daisha berjalan-jalan. Wisnu mengajak Daisha ke Jogja, wisnu mengajak ketempat-tempat yang anak muda mudi sedang dimabuk asmara, Wisnu selalu memperlakukan Dsisha dengan lembut, bahkan ia sudah nyaman saat didekat Wisnu, karena ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang laki-laki yaitu ayah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD