Bab 2

1172 Words
“Lho mas, ini kita mau kemana?” “Kemana gimana? Ya ke tempatku lah.” “Tapi kok, kayaknya dulu nggak lewat sini ya?” “Haha emang iya Ris, aku kan udah pindah.” “Ooohh…” Faris memang dulu pernah ke tempat Nando, sekitar setahun yang lalu, dan memang seingatnya jalan yang dulu dilewati bukan seperti yang sekarang ini. Dulu Nando memang pernah bilang kalau kostannya itu cukup jauh dari tempat kerjanya, mungkin dia pindah ke tempat yang lebih dekat, pikir Faris. Tak lama kemudian mereka memasuki gerbang sebuah perumahan. Faris kembali heran dibuatnya. ‘Perumahan di kota Jakarta? Apa mungkin mas Nando tinggal di sini? Duit darimana dia bisa beli rumah di sini? Kayaknya kerjaannya biasa-biasa aja deh. Banyak pertanyaan muncul di kepala Faris, tapi dia memilih diam saja. Dan lagi-lagi, pertanyaan di kepala Faris semakin bertambah saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah. Nando turun duluan untuk membuka gerbang, setelah itu dia masuk lagi dan mengarahkan mobilnya masuk ke halaman rumah itu. “Mas, ini rumah siapa? Rumah mas Nando?” “Udah, turun dulu aja. Turunin tuh tas kamu sekalian.” Faris menurut saja. Sebenarnya rumah ini tidak bisa dikatakan mewah, tapi tidak bisa dikatakan buruk juga. Karena perumahan yang berada di wilayah kota Jakarta, pastilah punya standar tersendiri. Tapi sekali lagi, perumahan model apapun di kota ini, pasti harganya tidak murah, bahkan untuk biaya kontrak sekalipun. Saat ini Faris memilih untuk diam dulu, nanti dia akan menanyakan semuanya kepada Nando. “Hei udah sampai ya?” Tiba-tiba Faris dikejutkan oleh suara seorang wanita. Dia yang sedang menurunkan tasnya dari bagasi mobil, mau tak mau menolehkan kepalanya. Kembali dia dibuat terkejut. Seorang wanita muda keluar dari pintu rumah itu. Wanita itu memakai tanktop dan legging selutut yang cukup ketat, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah. Faris bisa melihat di tubuh wanita itu ada butiran-butiran keringan yang mengalir, seperti habis olahraga atau mungkin senam. “Iya Yang, untung keretanya on time tadi,” ucap Nando, menghampiri wanita itu dan mereka berdua langsung saling kecup bibir, membuat Faris semakin melongo. “Woy, mau sampe kapan bengong di situ? Buruan masuk!” “Ehh ii,, iya mas.” Faris yang dikejutkan oleh Nando jadi merasa tak enak. Diapun segera membawa tasnya, menghampiri Nando dan wanita itu. “Ini Faris ya? Selamat datang ya,” sambut wanita itu menyalami tangan Faris. “Ii,, iya mbak, makasih,” Faris menjawabnya dengan sedikit gugup. “Kamu kok nggak bilang sih Yang punya adek ganteng gini? Hehe,” ucap wanita itu kepada Nando. “Nah kan kumat lagi ganjennya. Udah masak dulu sana Yang, laper nih.” “Males ah, delivery aja ya?” “Ya udah kalau gitu. Loh Ris, kok bengong sih? Kenapa? Ayo masuk.” “Eh, ii,, iya mas.” Ekspresi Faris ini membuat Nando dan wanita itu tertawa. Mereka sepertinya tahu apa yang dipikirkan Faris, tapi membiarkannya saja dalam kebingungannya. Mereka bertiga melangkah masuk. Nando menunjukkan kamar yang akan ditempati Faris. Nando juga menyuruh Faris untuk mandi, setelah itu kumpul di ruang tengah, sambil menunggu makanan yang dipesan wanita itu untuk sarapan bersama. Setelah mandi dan berganti baju, Faris sudah merasa lebih segar sekarang. Diapun menuju ruang tengah. Hanya ada wanita itu, Nando sepertinya masih mandi. Faris kemudian duduk di salah satu kursi, tapi hanya diam saja karena wanita itu juga sepertinya sedang asyik dengan handphonenya, Faris tak berani mengganggunya. Tak lama kemudian Nandopun datang dan bergabung dengan mereka. Nando duduk di samping wanita itu dan memeluk pinggangnya dengan mesra. “Kamu kenapa sih Ris? Kok diem aja? Biasanya kamu cerewet?” tanya Nando. “Eh nggak kok mas. Anu, cuma masih capek aja,” jawab Faris. “Capek apa bingung? Haha.” “Yaa, dua duanya, hehe.” “Lagian kamu sih Yang, adek sendiri pake dikerjain segela,” celetuk wanita itu. “Haha biarin, kan lucu Yang liat mukanya si Faris gitu, haha.” Faris yang dibicarakan hanya diam saja. Dia baru sadar kalau sedang dikerjai oleh saudaranya itu. Tapi dia juga masih bingung, mau bertanya, tapi mulai darimana. Kalau cuma ada Nando, dia pasti sudah banyak bertanya kepadanya. Tapi karena ada wanita itu, yang bahkan Faris belum tahu namanya, dia jadi sungkan sendiri. “Makanya kalau ketemu orang baru tuh kenalan dulu, jangan cuma diem aja, bingung kan jadinya. Nih, kenalan sama mbakmu,” ucap Nando. Seketika wanita itu menatap Faris, membuat Faris salah tingkah. “Bingung ya Ris?” tanya wanita itu. “Iya mbak, hehe,” jawab Faris, dia benar-benar bingung. “Aku Selvi, istrinya mas Nando.” “Hah? Istri?” Faris terkejut, menatap Nando. “Iya, istriku.” “Lho kapan mas Nando nikah? Kok nggak kabar-kabar?” Belum sempat Nando menjawab, terdengar handphone Selvi berbunyi. Dia mengangkatnya, ternyata dari ojek online yang mengantarkan makanan pesanannya. “Makanannya udah datang, Yang.” “Ya udah sana ambil, sekalian siapin ya?” “Iya.” Selvipun beranjak pergi. “Aku sebenarnya udah pengen ngabarin Ris, tapi nggak boleh sama bapakku. Kamu tahu sendiri kan, masalah bapakku sama keluarga besar kita?” “Hmm, iya sih mas. Emang, kapan mas Nando nikahnya?” “Belum lama kok, baru 6 bulanan ini.” Nando kemudian menceritakan tentang pernikahannya kepada Faris. Singkat saja dia bercerita, termasuk alasannya tidak mengabari keluarga besarnya, termasuk Faris. Farispun akhirnya bisa mengerti dengan alasan Nando kenapa tidak mengabari tentang pernikahannya. Faris memang sudah tahu masalah ayah Nando dengan keluarga besarnya. Beberapa tahun yang lalu, saat Faris masih SMA, ayah Nando berselisih hebat dengan kakek Faris, sampai akhirnya ayah Nando dan keluarganya pergi dari kota asal mereka. Sejak saat itu, mereka memang tak pernah muncul lagi. Ayah Nando termasuk orang yang keras kepala, sekali dia melangkah pergi, pantang untuknya kembali lagi. Bahkan ketika kakek Faris meninggal, ayah Nando tak datang. Itulah yang membuat keluarga besar mereka semakin memusuhi ayah Nando. Tapi meskipun demikian, hubungan antara Faris dengan Nando tak ikut bermasalah. Mereka memang tak terlalu dekat, tapi sesekali masih bertukar kabar, apalagi kalau Faris sedang main ke Jakarta dan butuh tumpangan. Faris maupun Nando tak terlalu mempedulikan masalah orang tua mereka, meskipun mereka berharap hubungan keluarga besar ini bisa pulih lagi. “Udahan dulu ceritanya, yuk makan dulu kita.” Selvi muncul dengan makanan yang sudah disiapkan. Pagi itu mereka sarapan bersama sambil ngobrol santai. Selvi dan Nando banyak bertanya tentang Faris. Farispun menceritakan tentang tujuannya datang ke kota ini. Awalnya memang Faris berniat untuk menginap cukup lama di tempat Nando karena dia pikir Nando masih tinggal di tempat yang dulu. Tapi karena sekarang sudah tinggal berdua dengan Selvi, Faris sempat mengutarakan keinginannya mencari kost-kostan saja. Tapi Selvi dan Nando malah melarangnya, dan meminta Faris tetap tinggal disitu. Faris sebenarnya merasa tak enak, tapi mengiyakan saja. Dia berniat nantinya sambil mencari kost yang dekat dengan kantornya saja, supaya tidak terlalu menganggu Nando dan Selvi. “Jadi kamu di PT. Tri Kurnia ya Ris?” “Iya mas.” “Besok mau ngantornya jam berapa?” “Hmm, pagi sih mas. Kalau di email yang dikirim, disuruh sampai sana jam 8, tapi aku mau berangkat duluan aja biar nggak telat. Kan nggak enak, baru hari pertama kerja udah telat.” “Oh gitu, sebenernya kantornya searah sih sama kantorku, apa kita bareng aja?” “Nggak usah mas, besok aku naik ojek aja biar cepet. Kalau naik mobil, takut kena macet entar.” “Beneran? Emang kamu udah tau tempatnya?” “Belum sih, tapi kan ada alamatnya. Gampanglah nanti.” “Serius kamu nggak mau bareng kita Ris?” tanya Selvi ikut menimpali. “Iya mbak. Kalau besok-besoknya boleh deh, tapi khusus buat besok, biar aku naik ojek aja.” “Oh ya udah kalau gitu mau kamu. Ya udah, sekarang istirahat dulu aja, pasti semalem di kereta nggak bisa tidur nyenyak kan?” “Hehe, iya mbak, aku ke kamar dulu deh kalau gitu.” Farispun meninggalkan Nando dan Selvi. Dia merebahkan diri di ranjang. Terasa nyaman sekali setelah semalam dia tidak bisa tidur karena posisinya yang kurang nyaman di kursi kereta ekonomi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD