2

1535 Words
Pulang sekolah, Kiara bersama dengan Kelvano dan mereka sudah berada di perjalanan pulang saat ini. Kiara sangat beruntung karena dia berada di keluarga yang selalu mensupport dirinya dan menyayangi dirinya meskipun keadaannya seperti ini. Mama, Papa dan Kakaknya selalu membuat dirinya bahagia dan juga tenang setiap saat. "Kamu mau mampir kemana gitu ga sayang?" tanya Kelvano tersebut. "Engga usah kak, langsung pulang aja." ujar Kiara yang terlihat sedih tapi saat ini ia mencoba untuk menyembunyikan kesedihan itu. Yang mana akan selalu tidak bisa karena Kelvano akan tahu saat Kiara bersedih. "Kenapa Kiara? Ada yang jahatin kamu di sekolah?" tanya Kelvano itu. "Kebalik Kak, kayaknya aku deh yang jahatin mereka." ujar Kiara saat ini membuat Kelvano mengernyitkan dahinya dengan bertanya-tanya. Kini ia pun bertanya kepada Kiara ada apa dan apa yang terjadi pada hari ini di sekolah. "What's wrong sayang? Ada apa? Kamu bisa cerita ya sama kakak. Kamu tahu kan, kakak akan selalu mendengarkan kamu sayang. Sampai kapanpun itu." ujar Kelvano masih sembari menyetir mobilnya menuju ke rumah mereka. Kiara saat ini terdiam, sebenarnya kegelisahannya seperti ini sangat sering terjadi dan Kelvano pun juga sudah tahu. Hanya saja benar kata Kelvano bahwa ia membagi ceritanya kepada Kelvano, ia akan merasa sedikit lebih tenang. Kini Kiara pun mencoba untuk menceritakan tentang semuanya. "Kiara udah jahat sama Agam Kak. Karena Kiara, Agam sama Aruna jadi berantem lagi. Mereka sering banget berantem karena Aruna sering salah paham sama Kiara. Tadi juga Kiara ga sengaja buat gangguan Agam kambuh kak. Kiara bukan teman yang baik kak, Kiara cuman bisa nyusahin mereka aja kak." ujar Kiara tersebut, Kelvano sudah tahu bahwa ini tentang Agam dan Aruna karena hubungan Kiara dengan Dilan maupun Randra tidak pernah ada apa-apa. Selain itu juga di SMA Taruna tidak ada yang berani menganggu atau membully Kiara karena dia dulu sudah memperingatkan siapa pun yang membully Kiara pasti akan mendapatkan balasan darinya. Begitu pun juga dengan Agam, Randra dan Dilan yang sering mengatakan kepada seluruh SMA Taruna bahwa siapapun yang menganggu Kiara akan berurusan dengan mereka. Maka dari itu tidak ada yang berani menganggu Kiara. "No, Kiara. Kamu itu teman yang baik. Mungkin emang tadi mood Aruna lagi ga bagus aja. Lagi pula ga ada yang perlu disalah pahami antara kamu dna Agam karena kalian cuman teman aja. Besok juga Aruna udah kembali baik-baik aja ke Agam kayak yang sebelum-sebelumnya." ujar Kelvano itu. Kiara tampak mengangguk sebagai jawaban dari Kelvano tersebut. Mobil Kelvano akhirnya sudah sampai di parkiran mobil rumahnya. Ia pun turun dan saat ini membukakan pintu untuk Kiara, mereka berdua masuk ke dalam. Kiara sudah lebih baik daripada yang tadi, ia hanya butuh cerita dan di dengar saja untuk merasakan hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kini Kiara tampak disambut oleh Mamanya yang sepertinya baru akan berangkat ke butik. Mamanya memang memiliki beberapa butik di Bandung. "Kiara, Kelvano kalian udah pulang? Ganti baju gih. Kiara kamu mau ikut Mama ke butik hari ini?" tanya Mamanya menawari Kiara tentang hal itu. "Ga usah mah, Kiara mau di rumah aja." jawab Kiara dan setelah itu Mamanya pun kini berpamitan kepada Kiara tersebut untuk pergi ke butik. Ia juga mengatakan pada Kelvano untuk selalu menjaga Kiara di rumah. Sekarang Kiara sampai di kamarnya dan ia pun berganti baju. Setelah sudah berganti baju ia pun duduk saja dikasur kamarnya tersebut. Jika orang lain yang melihatnya, ia seperti fokus pada satu benda dan melamun padahal Kiara tidak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap, tak ada warna dan tak ada hal yang bisa ia lihat sama sekali. Butuh waktu lama dulu sampai Kiara bisa menerima dirinya yang sekarang. Sebenarnya ia belum benar-benar menerima. Ia hanya tidak ingin tambah menyusahkan keluarganya atau teman-teman yang sangat ia sayangi hanya karena dirinya yang takut untuk hidup. Ia tidak mau jika mereka akan susah karena Kiara. Kiara saat ini memutuskan untuk tidur siang. Sementara itu, Randra sedang berada di warung belakang sekolah. Ia memang sering makan disana bersama dengan teman-teman yang lain. Teman-teman yang dimaksud disini adalah teman-teman selain Kiara, Dilan dan Agam. Randra memang yang paling bisa bersosialisasi daripada mereka meskipun dalam kelompoknya saat ini seringkali mereka juga tampak terlihat menertawakan Randra dengan kacamata hitamnya. Randra tidak menyalahkan mereka yang mengomentari penampilannya dengan kata alay ataupun bagi mereka yang menertawakan Randra. Ia tak masalah karena mereka hanya tidak tahu kesulitan apa yang dialami oleh Randra, mereka tidak tahu mengenai gangguan pasca trauma yang dimiliki oleh Randra. Maka dari itu Randra tampak biasa saja dengan anggapan mereka. Lagipula ia juga selalu mengganti kacamatanya agar tidak monoton. "Randra, gua mau tanya deh sebenarnya Lo itu beneran suka ga sih sama Rania?" tanya Nika yang memang ada dalam tongkrongan tersebut bersama dengan beberapa temannya, tentu tidak bersama Rania karena Rania tidak suka jika disana juga ada Randra seperti saat ini jadi ia tidak ikut. "Lo masih tanya Ka? Ya jelas lah gua suka sama Rania, gua sayang sama dia." ujar Randra kepada Nika sebagai jawaban atas pertanyaan aneh Nika itu. "Kalo Lo sayang dan cinta sama Rania kenapa Lo ga ngelakuin apa yang diminta sama Rania?" tanya Nika kepada Randra tersebut pada saat ini. "Loh emang Rania mau apa? Perasaan gua udah usahain semuanya untuk Rania. Gua belum denger lagi Rania mau apa, emangnya Rania mau apa?" tanya Randra kepada Nika, ia mencoba menggali informasi pada Nika. "Bukan gitu maksud gua, ini tentang Lo dan kacamata hitam Lo. Rania selalu bilang kalo dia ga suka Lo selalu pakek kacamata kayak gitu. So, kenapa Lo ga coba buat lepas kacamata Lo itu? Kali aja Rania bakalan mencoba untuk suka sama Lo kan?" tanya Nika membuat Randra kini tersenyum. Andai saja ia benar-benar bisa melakukan hal itu ia akan melakukan sejak dulu, tapi sayangnya ia tidak bisa melepaskan kacamata ini. "Berat ya, gua ga bisa kalo harus nurutin yang satu itu." ujar Randra membuat Nika lagi-lagi heran. Ini memang bukan kali pertamanya ia mendengar Randra menolak tidak mau untuk melepaskan kacamatanya. Padahal ia dan Rania pernah bertemu Randra saat malam hari dan Randra tanpa kacamata disana. Terus apa yang membuat Randra selalu berkacamata saat berada di sekolah. Ini semua masih terasa aneh bagi Nika juga. "Kenapa sih Ndra? Lo bener-bener ga bisa lepas dari kacamata itu? Lo sayang banget ya sama kacamata itu sampai Lo ga mau lepas? Kalo gitu berarti Lo ga bener-bener sayang sama Rania. Pernyataan sayang Lo itu cuman akal-akalan Lo." ujar Nika yang kini menyimpulkan hal tersebut. "Nika, Lo ga bisa menyimpulkan sesuatu hanya dari yang Lo lihat aja. Gua sayang sama Rania tulus, tapi gua juga sayang sama diri gua sendiri Nika. Kadang ada sesuatu yang harus Lo pahami tanpa Lo ketahui secara penuh tentang hal itu Nika." ujar Randra kepada Nika dan saat ini ia pergi dari sana karena ia merasa bahwa jika ia harus lebih lama disana bisa membuat dirinya gelisah. Ia pun saat ini sudah menggunakan motornya untuk pergi. Randra pergi ke sebuah tempat yang bisa membuatnya tenang saat ini. Tempat yang selalu membuatnya bisa menangis dengan tenang tanpa orang lain menatapinya dengan aneh. Kini ia sudah masuk ke dalam makam. Ia akan pergi ke makam keluarganya saat ini. Ia sekarang berada di makam Mamanya. "Mah, Randra datang Mah. Mah kenapa Mama, Papa sama Kakak ninggalin Randra? Kenapa kalian ga bawa Randra sekalian? Randra tersiksa disini Mah. Mah, Randra ketemu orang yang mirip sama Mama, dia cantik. Selain itu sifatnya juga mirip sama Mama tapi dia ga suka sama Randra Mah. Mah, Randra capek disini Mah." ujar Randra kepada Mamanya dan saat ini ia menangis. Ia mengusap air matanya tanpa mencopot kacamata hitamnya. "Pah, Papa baik-baik aja kan Pah? Randra kangen sama Papa dan lelucon yang Papa berikan ke Randra. Randra kangen." ujar Randra tersebut dan terkahir ia pergi ke Makam Kakaknya. Ia kangen pada Kakaknya yang selalu menjaganya dan selalu memberikan Randra apapun yang ia ingin dulu. Ia dan Kakaknya hanya beberapa dua tahun saja jadi mereka sangat dekat. "Kak, Kak Rian baik-baik aja kan disana? Jaga Mama sama Papa ya Kak. Disini Randra jaga diri Randra sendiri dan Randra juga jaga teman-teman Randra kak. Ada Kiara, Agam sama Dilan. Randra juga suka sama cewek sekarang kak, namanya Rania. Dia cantik banget. Kak, Randra kangen, kenapa Kakak pergi secepat itu?" tanya Randra tersebut. Kini Randra tampak benar-benar sedih. Ia berada lama disana bahkan hingga malam tiba saat ini. Ia pun langsung membuka kacamata hitamnya, ia menatap sekitarnya yang saat ini menjadi gelap. Lalu setelah itu ia melihat ke atas dimana ada langit yang mulai menggelap. Malam yang sangat ia senangi, karena hanya saat malam ia bisa membuka kacamata hitamnya tersebut pada saat ini. Randra pun saat ini memutuskan untuk pulang, tapi sebelum itu ia mampir dulu ke warung pinggir jalan yang ada jalan dekat kompleknya dan sekarang ia tengah memesan pecel lele. Randra tampak menunggu makanan datang. Tak lama kemudian ia dikejutkan dengan kedatangan Rania, tapi Rania saat ini bersama dengan seorang cowok. Randra pun menatap ke mereka. Randra pun menatap ke mereka dengan pandangan tidak percaya saat ini. Rania pun juga sekarang terkejut dengan keberadaan Randra disini. Meskipun tidak memiliki hubungan apa-apa entah kenapa saat ini rasanya Rania seperti sedang ketahuan selingkuh. Padahal antara dirinya dan Randra tidak ada hubungan apa-apa. "Jadi ini ya yang buat Lo nolak gua? Lo bisa ngomong kan kalo Lo udah punya cowok?" ujar Randra kepada Rania tersebut pada saat ini. Setelah itu Randra memutuskan untuk pindah ke tempat duduk yang jauh dari Rania serta cowok itu. Ia tidak bisa berada disana lama-lama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD