PART. 1 SELENA

1481 Words
TDD # 1 SELENA ♥♥♥ Selena bangkit dari atas pembaringan. Ia duduk di tepi ranjang. Lalu bangkit dengan perlahan. Diamati pergelangan tangannya yang terasa nyeri, bekas cengkeraman Justin tadi. Selena berdiri di depan cermin, ditatap pantulan dirinya di sana. Wajahnya masih cantik sempurna, meski ia bukan lagi orang kaya. Dan dengan dandanan pengantinnya, ia merasa terlihat berbeda. Dulu, sangat mudah baginya untuk mendapatkan apa saja. Tapi setelah semuanya berubah, untuk makanpun ia harus menghemat, karena yang paling penting baginya adalah biaya pengobatan ayahnya. Tiga puluh tahun ia merasakan hidup sebagai orang kaya yang bebas memerintah bawahannya, dan lima tahun terakhir ia harus membiasakan diri untuk menuruti perintah atasannya. Selena mencoba melepaskan gaun pengantinnya. Gaun pengantin yang harusnya dipakai oleh Yoana. Tubuh Yoana lebih besar darinya, untung saja sang perancang sempat merubah ukurannya agar pas dipakai di tubuh Selena. Gaun itu jatuh di bawah kakinya, tepat saat pintu kamar hotel yang ia tempati terbuka. Selena tergugu di tempatnya, ia lupa kalau saat ini hanya korset, dan celana dalam yang menempel di tubuhnya. Dengan langkah lebar Justin mendekat. Menarik pinggang, dan meraup bibirnya dengan sangat kasar. Tubuh Selena menegang, meski ini bukan ciuman pertamanya, tapi ia belum pernah dicium sekasar ini. "Bibirmu manis juga ternyata, kupikir bibir wanita tua sepertimu tidak akan terasa manis" desis Justin di depan wajah Selena. Tatapan dan nada suara Justin, sangat jelas kalau Justin melecehkannya. Selena tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan Justin. Meski hatinya menangis, tidak akan dibiarkan air matanya jatuh di hadapan Justin. "Lepas yang tersisa di tubuhmu!" Perintah Justin yang sudah melepaskannya, dan kini duduk dengan menyilangkan kakinya di sofa. Selena merapatkan bibir, rahangnya mengeras tanda ia menahan rasa marah. Tapi ia harus berdamai dengan situasi yang dihadapinya. Perlahan Selena melepaskan korset yang ada di tubuhnya, lalu melepaskan celana dalam yang menjadi penutup terakhir tubuhnya. Kini ia sudah polos sepenuhnya. Wajahnya merah padam, bahkan kulit tubuhnyapun terasa merah karena jengah. "Kemarilah!" Ujar Justin dengan suara berat. Dengan langkah berat, Selena mendekati Justin. Ia berdiri tepat di hadapan Justin. "Hmm, meski kau berumur, tapi tubuhmu masih sangat bagus. Bahkan lebih bagus dari tubuh si penghianat itu, duduk di sini!" Perintah Justin dengan cukup nyaring sambil menepuk kedua pahanya. Selena bingung, ia harus duduk dengan posisi seperti apa. "Duduk Selena!" Seru Justin mulai tidak sabar. Dengan terpaksa Selena mendaratkan bokongnya di atas kedua paha Justin. Justin menarik Selena, sehingga kepala Selena rebah di atas lengan sofa single yang di duduki Justin. Sedang kedua kakinya berada di lengan sofa yang lainnya. Justin membungkukan tubuhnya, bibir Justin meraup salah satu buah d**a Selena. Membuat tubuh Selena menegang jadinya. Justin melepaskan pagutannya di buah d**a Selena. Wajahnya terangkat, lalu menatap wajah Selena. "Meski sudah tua, ternyata buah dadamu belum kadaluarsa, cukup enak untuk dinikmati" ujar Justin. Sungguh, Selena tidak tahu, apakah ia harus menangis ataukah tertawa mendengar penilaian Justin akan buah dadanya. Selena merasa malu akan reaksi tubuhnya, yang menikmati sentuhan Justin di d**a, dan di area sensitifnya. Tiba-tiba Selena merasa aliran darahnya menuju ke satu titik, ia hampir mencapIai klimaks. Tapi tiba-tiba Justin melepaskannya. Mata Selena terbuka lebar, menatap wajah Justin yang tampak puas, karena sudah bisa mempermainkannya. Justin mendorong tubuh Selena hingga jatuh berdebam di atas lantai yang beralaskan karpet tebal. "Kau bisa rasakan Selena. Betapa sakitnya saat apa yang hampir menjadi milik kita, terlepas begitu saja!" Justin berdiri dari duduknya, tatapan, dan suaranya sama tajamnya. Dengan senyum sinis di bibir, Justin melangkahi tubuh telanjang Selena, lalu ke luar dari kamar tidur mereka. Perlahan Selena mengangkat tubuhnya, mengusap pinggul, dan sikunya yang terasa sakit. Dengan berpegangan pada sofa yang diduduki Justin tadi, Selena mencoba berdiri dari lantai. Lalu dengan tertatih ia masuk ke dalam kamar mandi. Selena mengisi bathtub dengan air hangat, lalu ia berendam di sana. Selena bersandar pada dinding bathtub, kepalanya diletakan di tepi bathtub. Matanya terpejam, ia merasa sangat lelah dengan prosesi pernikahan yang seharusnya bukanlah untuknya. ♥♥♥ Selena terbangun saat merasa tubuhnya terlempar, dan jatuh di atas kasur empuk. "Kau gila! Kau ingin mati di sini, dan membuatku malu!? Apa kau sadar apa yang kau lakukan!" Makian itu membuat Selena membuka mata dengan lebar. Justin membungkuk di atasnya dengan wajah penuh amarah. "Apa maksudmu?" Tanya Selena lirih. "Apa maksudmu! Apa kau tidak sadar kalau kau hampir tenggelam di dalam bathtub? Apa kau ingin mati Selena? Dan menjadikan aku sebagai tersangka atas kematianmu?" "Aku hanya ingin berendam sebentar Justin" jawab Selena yang dengan berani menantang tatapan Justin. "Hanya berendam, katamu! Huuh dasar wanita tua menyebalkan! Setelah ini, aku tidak akan mentolerir kesalahan apapun lagi Selena. Satu kesalahan, maka kau akan mendapat satu hukuman! Sekarang, buka pahamu!" Seperti mulai terbiasa dengan perintah Justin, Selena membuka pahanya tanpa bersuara. Tanpa diduga sama sekali oleh Selena, Justin membungkuk, ia mencumbu Selena dengan sangat kasar. Selena menjerit-jerit, tangannya menggapai, berusaha menjambak kepala Justin. Seperti saat di sofa tadi, seluruh aliran darah di tubuhnya menuju ke satu titik, tubuh Selena tersentak-sentak. Semuanya sudah terasa diujung pelepasannya, tapi Justin berhenti, dan meninggalkannya begitu saja, persis seperti tadi. Napas Selena terengah-engah. Ini sangat menyiksa baginya. Justin sudah menyiksa dengan caranya yang membuat Selena membencinya. Dan semua yang terjadi padanya sekarang, adalah karena adik tirinya, Yoana. Selena berbaring miring dengan lutut terlipat. Ia berusaha menahan tangisnya. Ia merasa terhina karena Justin mempermainkan perasaan, dan tubuhnya. Tapi apa yang bisa dilakukan. Ia hanya bisa diam, dan menerima ini semua sebagai nasib buruknya. ♥♥♥ Justin duduk di ruang tamu yang ada di dalam kamar hotel. Matanya tertuju pada pintu kamar tidur yang baru saja ditinggalkannya. Dihempaskan napasnya dengan kuat. Ia merasa marah, karena Selena selalu menuruti perintahnya. Tidak berusaha memberontak ataupun melawannya. Justin ingin Selena melawannya, agar ia punya alasan untuk menghukum Selena. Agar ia punya alasan untuk memakinya. Tapi Selena selalu menuruti perintahnya. "Sialan! Dasar wanita tua jalang! Yoana benar, kakak tirinya itu memang murahan, makanya tidak ada pria yang mau menikahinya. Dan aku, huuhh kenapa aku yang harus menikahinya. Ini semua karena Yoana! Yoana penghianat, ternyata kau tidak kalah murahannya dengan kakakmu! Aku sudah memberikan cintaku, rela meninggalkan kesenanganku. Tapi kau justru lari dariku. Sehingga aku harus menikahi wanita tua itu!" Umpat Justin dengan perasaan geram. Pertemuannya dengan Yoana, enam bulan lalu. Membuat semua yang ia yakini sebagai jalan hidupnya berubah total. Sikap Yoana yang lembut, membuatnya jatuh hati. Membuatnya rela berubah demi Yoana. Tidak ada lagi teman kencan satu malam, karena hanya Yoana seorang yang ia kencani. Tidak ada lagi pesta-pesta tidak jelas. Karena ia lebih suka menghabiskan waktunya hanya bersama Yoana. Yoana sangat cantik, rambutnya merah, matanya biru. Kulitnya seputih s**u. Tubuhnya tinggi semampai. Ia cerdas, bisa dijadikan teman bicara dalam hal apa saja. Singkat kata, Yoana sudah merubah gaya hidup Justin, dan menjungkir balikan dunia Justin. Justin menyalakan rokoknya, kedua kakinya saling menumpang di atas meja. Hanya beberapa isapan, rokok itu dimatikannya. Justin membaringkan tubuh lelahnya di atas sofa. Ia enggan tidur satu ranjang dengan Selena. Kakak tiri Yoana yang dianggapnya sebagai w************n. Justin menyesal, kenapa pernikahan tidak dibatalkan saja, dan kenapa ia harus menuruti saran dari kedua orang tua Yoana, dan kedua orang tuanya. Agar mau menjadikan Selena sebagai pengantinnya. Dan semua itu, karena rasa marahnya pada Yoana. Sehingga ia tidak bisa berpikir dengan benar. "Yoana, aku akan mencarimu, walau harus sampai ke ujung dunia. Kau harus membayar semua yang sudah kau lakukan padaku. Tapi sementara itu, kakakmu yang akan membayar semuanya" geram Justin dengan kedua tangan terkepal. ♥♥♥ Selena membuka matanya. Suara umpatan yang membangunkannya. "Dasar wanita tua pemalas, bangun! Hari ini kita akan ke luar dari sini, cepat bangun, dan bereskan pakaianmu!" Seru Justin yang terlihat sudah mandi. Selena segera bangun dari berbaringnya, lalu menyingkap selimut yang menutupi tubuh polosnya. Saat menyadari ia polos, Selena langsung menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya. "Huuh, jangan berlagak suci wanita tua, aku yakin, pasti sudah ratusan lelaki yang memasukimu. Iyakan!?" Ujar Justin dengan nada merendahkan. Selena hanya diam, tidak ingin mendebat, ataupun menjawab ucapan Justin. Baginya, bicara dengan Justin hanya buang-buang waktu, dan tenaga saja. Justin tidak akan mau dikalahkan, dan tidak akan pernah mau mengalah. Selena melilitkan handuk di tubuhnya, lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi, tidak dihiraukannya Justin yang menatapnya dengan pandangan melecehkan, seakan ia adalah w************n. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD