12

1231 Words
Thalia keluar dari kamarnya, hanya dengan menggunakan kaos oblong milik Nolan yang cukup kebesaran di tubuhnya, dan celana pendek di atas paha. Kalau Nolan sedang pulang ke rumah, Thalia memang akan mencuri beberapa helai kaosnya. Karena kaos-kaos Nolan enak dipakai. Sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, Thalia turun ke lantai bawah. Karena di rumah hanya ada dirinya dan Nolan saat ini, jadi ia merasa bebas untuk menggunakan celana sangat pendek. Namun saat baru saja menginjakkan kakinya di ruang tengah, ia tiba-tiba mendengar suara keributan dari depan. Beberapa saat kemudian muncul kesembilan anak laki-laki dari depan, membuat Thalia membelalakkan matanya, dan sontak menutupi kakinya dengan handuk. "Akh!" teriak Thalia. "Kalian ngapain di sini anjir?!" Kesembilan anak laki-laki itu langsung mematung di tempat. Thalia mendengus, sembari mencubit tulang hidungnya. Sambil menggerutu, Thalia mengikat handuknya di pinggang, untuk menutupi sebagian kakinya. Kakinya adalah bagian tubuh terindahnya, jadi ia tidak suka kalau dilihat orang lain, apa lagi cowok yang bukan siapa-siapanya. "Kalian ngapain di sini?" Thalia mengulang pertanyaannya. "Eumm, kita mau main, hehe," balas Jeno sambil cengengesan. "Lo pikir di sini taman bermain? Gue kira nongkrongnya mau lama, kalian malah bawa rombongan," sungut Thalia. "Kan kita mau main sama lo," kata Felix sambil berkedip. Imut sih, tapi entah kenapa Thalia meringis melihatnya. "Mau main apa sama gue? Lagian gue gak suka main, emang gue anak-anak apa?" tanya Thalia ketus. Sayang sekali Nolan sedang tidur, kalau dia bangun pasti sudah mengusir semua anak laki-laki ini dari rumahnya. Meskipun sudah terjadi keributan begini, Nolan yang tidur di sofa ruang tengah, sama sekali tidak terusik. "Yah, maksudnya bukan main rumah-rumahan atau masak-masakan. Yah, main ala-ala remaja," kata Brian. "Main ala remaja tuh gimana minihead? Belajar? Ya udah ayok belajar, kan sekarang kita udah kelas tiga nih," balas Thalia. "Ehh, bukan main dong namanya itu mah. Yah, main game kek, ngobrol kek, bahas ini, bahas itu," timpal Jazmi. "Terserah, gue gak mau ikutan. Kalian main sendiri aja," ucap Thalia sambil berlalu ke arah dapur serta taman belakang, yang ada di pojok sebelah kiri ruang tengah. "Udah gue bilang, dia mah gak akan mau diajak temenan," gumam Jino. "Dia tuh aneh tau, harusnya kan seneng ya diajak temanan sama cogan," "Lo bisa berenti kepedean gak sih?" cibir Randy, yang Aaron angguki setuju. "Tapi bener apa kata Thalia, mending kita belajar," kata Aaron, yang langsung mendapat pekikan penolakan dari teman-temannya. "Kita udah belajar dari pagi sampe sore di sekolah, ya kali pas pulang belajar lagi. Otak kita tuh ibarat air, kalau diisinya kepenuhan, nanti airnya jadi tumpah-tumpah," ujar Han. "Alesan klasik yang selalu lo pake buat ngehindarin belajar, cih," Aaron berkata sinis, sembari berjalan ke ruang tamu. "Ah, sok pinter lu!" seru Han. "Emang pinter," sahut Aaron, yang membuat Han menggerutu kesal. "Gue ke dapur boleh ya? Mau minta minum," izin Jazmi pada Jeno. "Ya udah sana, inikan bukan rumah gue," balas Jeno. "Tapi emang tau di mana?" "Tinggal dicari," Jazmi lantas pergi, mengikuti arah kemana Thalia tadi pergi. Mungkin saja dengan mengikuti langkahnya tadi ia jadi menemukan dapur. Sementara yang lain memilih pergi ke ruang tamu, karena ada Nolan yang tidur di ruang tengah. "Jangan-jangan Jazmi aslinya mau nyamperin Thalia, dan kekeuh ngajak dia temenan?" celetuk Brian, setibanya mereka di ruang tamu, dan duduk pada sofa yang tersedia. Yang tidak kebagian duduk di sofa, duduk di karpet. "Bisa jadi," timpal Felix. "Ck, segitunya penasarannya dia sama Thalia ya?" kata Jino. "Emangnya kita mau temanan sama Thalia tuh karena penasaran ya?" tanya Henry. "Ya enggak, tapi Jazmi mungkin aja penasaran sama Thalia, makanya ngusulin buat ngajak dia temanan sama kita," balas Jino. "Ck, Jazmi gak gitu," bela Jeno. "Sembarangan lo kalau ngomong," "Iya deh, pacarnya mah pasti belain teruss..." kata Jino, yang membuat Jeno melemparnya dengan bantal. "Udah, udah, main yuk, main," Felix menengahi sambil mengeluarkan ponselnya. Yang gamers langsung mendekat, sementara sisanya masih memikirkan kegiatan apa yang mau mereka lakukan. ••• Jazmi berhasil menemukan dapur dari mengikuti langkah Thalia, namun ia tidak menemukan keberadaan Thalia di sana. Jazmi melirik keluar jendela dapur, dan matanya menangkap keberadaan Thalia di halaman belakang. Ah, rupanya dia di sana, batin Jazmi. Jazmi pun bergegas pergi ke halaman belakang. Mendengar pintu yang dibuka, Thalia sontak menoleh. Ia terkejut melihat keberadaan Jazmi, dan Jazmi juga terkejut melihat benda apa yang sedang Thalia pegang. Apa lagi dengan jelas ia juga melihat ada asap yang keluar dari mulut Thalia. "Ngapain lo?" tanya Thalia berlagak santai, padahal sebenarnya ia ketar-ketir. Lagi-lagi ketahuan kalau ia perokok. Bukannya menjawab pertanyaan Thalia, Jazmi malah bertanya balik. Dan pertanyaan yang keluar, sudah bisa Thalia tebak sejak awal pertanyaan apa yang mau diajukannya. "Lo ngerokok?" tanya Jazmi. "Kalau iya, kenapa?" balas Thalia. "Eumm yaa... gak papa. Terserah lo sih itu. Lo pasti udah tau dampak buruk ngerokok kan? Jadi lo pasti bakal siap terima konsekuensi dari ngerokok itu. Gue agak kaget aja," Thalia tidak merespon. Jawaban Jazmi tidak terduga. "Emang di antara temen-temen lo gak ada yang ngerokok ya?" tanya Thalia. "Dulu Henry sama Han ngerokok, tapi sekarang udah enggak. Soalnya Aaron punya asma," balas Jazmi. "Anak berdua itu ngerokok?" Jazmi menjawab dengan anggukan. "Tapi kok suaranya bisa tetep bagus?" "Yah, gak tau itu mah. Cuman sempet suara Henry serak dan gak enak didenger, pas masih jadi perokok aktif," "Oohh..." "Emang apa enaknya ngerokok? Gue pernah coba sekali, rasanya pait, terus bikin sesek napas," "Enak aja, susah gue jelasinnya," "Eumm... btw maaf ya, yang bikin pada ke sini itu gue. Gue ngusulin buat main sama lo, soalnya setau kita lo kan gak punya temen," tutur Jazmi. "Gue emang gak mau punya temen, itu udah pilihan gue," balas Thalia. "Kenapa?" "Ya gak mau aja, punya temen cuman bikin repot. Kalau udah pisah, bikin sakit hati. Gak ada temen yang bisa abadi sampe akhir. Jangankan temen, pasangan aja gak bisa," "Bukannya hidup mah emang gitu ya? Ada yang dateng dan pergi?" "Iya, gue tau. Dan gue selalu gak sanggup ngehadapinnya, jadi mending gak usah mulai hubungan dari awal sama orang lain. Lo pasti habis ini mau bilang, gak bisa gitu, manusia itu makhluk sosial. Ya, gue masih bersosialisasi kayak biasa sama orang, tapi sekedarnya aja, seperlunya, gak sampe bikin ikatan yang erat kayak kalian bersembilan," celoteh Thalia. "Lo seneng kayak gitu?" "Seneng-seneng aja," "Kalau lo lagi ada masalah, lo cerita ke siapa?" "Gak ke siapa-siapa. Nanti juga masalahnya kelar, dan gue lupa sendiri. Lagian buat apa juga cerita ke orang? Mereka belum tentu peduli apa lagi prihatin, yang ada... nganggep drama. Atau ngerasa kalah saing, karena penderitaannya gak separah penderitaan orang lain, hahaha, kocak. Anjing emang," "Ish, kasar banget dah mulut lo," "Biarin," Thalia dan Jazmi kemudian saling terdiam untuk beberapa saat. Jazmi sibuk mencari topik pembicaraan lain, sementara Thalia sibuk merapalkan doa agar Jazmi segera pergi. Ia ingin sendiri. Tapi sepertinya doa Thalia tidak terkabul, Jazmi malah mendekat dan mengulurkan tangan kanannya. Thalia menatap Jazmi keheranan. "Apaan?" tanya Thalia. "Lo mau minta rokok?" Jazmi mendengus, kemudian menggeleng. "Lo mau coba temenan sama gue?" "Enggak," tolak Thalia tanpa pikir panjang. "Kenapa gue harus temenan sama lo?" "Ya udah kalau lo gak mau, gue gak maksa. Tapi coba lo pikirin lagi deh, kalau jawaban lo sewaktu-waktu berubah, kabarin aja," Thalia tertawa kecil. "Apaan sih lo? Aneh banget. Jawaban gue gak akan berubah," Jazmi menggendikan bahu. "Oke, terserah lo. Tapi kalau berubah, jangan ragu buat bilang," Jazmi kemudian melengos pergi, sebelum Thalia menjawab perkataannya. Gadis itu menggelengkan kepala setelah Jazmi pergi. 'Aneh banget tuh orang,' batin Thalia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD