Bab 22

1736 Words

Keesokan paginya, demam Hannan sudah berangsur turun. Badannya terasa lebih enakan, sudah tidak selemas dan sepucat seperti semalam. Ia membuka mata perlahan, tertegun melihat ada selimut yang menutupi tubuhnya. Hanan bersandar sebentar di sofa, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Dari dapur terdengar suara sayup-sayup, disertai aroma sedap yang menguar. Dengan langkah masih agak lemas, Hannan berjalan menuju dapur. Ia mendapati Lila tengah sibuk di depan kompor. “Kamu ngapain pagi-pagi udah sibuk di dapur?” tanya Hannan pelan, lalu duduk di kursi. Lila menoleh cepat. “Loh, Om udah bangun? Kalau masih pusing, tidur aja lagi. Nanti kalau buburnya udah matang aku bangunin. Aku lagi buatin bubur ayam buat Om. Tadi aku udah nelpon Mommy untuk minta resepnya. Mau minta tolong Kak Alea, tapi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD