BAB - 21

3307 Words
Entah kenapa, melihat Tuan Garfiel begitu ramah pada aku dan Rio, membuatku jadi sedikit malu, sebab sebelumnya dia sangat dingin dan kasar padaku. Aku harap dia terus seperti itu, karena menyeramkan mengingat dirinya yang dingin dan kasar. Aku harap Tuan Garfiel tidak mengubah kepribadiannya pada sesi latihan denganku. “Selamat pagi juga, Goro, Rio,” jawab Tuan Garfiel setelah dirinya berdiri tegak di hadapan kami, kelihatannya dia tampak begitu gembira pada kedatangan kami, bahkan aku bisa merasakannya, aula latihan telah dibersihkan sampai mengkilap. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan, tapi aku benar-benar merasa kalau Tuan Garfiel telah menyiapkan banyak hal untuk sesi latihan denganku. “Aku senang kalian berdua datang tepat waktu, sebelum kita mulai, bagaimana kalau kalian sarapan dulu? Aku sudah menyiapkan makanan hangat untuk kalian, kalian tidak keberatan, kan?” Aku dan Rio saling memandang beberapa saat sebelum akhirnya kami menerima tawaran Tuan Garfiel dengan gugup. Kemudian, kami dibawa oleh Tuan Garfiel meninggalkan aula latihan, menuju ke ruang makannya yang mewah. Di meja makan yang panjang itu, banyak sekali makanan lezat yang tersedia, bahkan beberapa pelayan masih membawakan makanan-makanan lain dari dapur untuk disimpan di meja. Aku tidak tahu apa maksudnya ini, tapi bukankah ini terlalu berlebihan untuk disebut sebagai sarapan? Semua makanan yang ada di meja, berat-berat dan tidak cocok untuk sarapan. “Duduklah, jangan malu-malu begitu, Goro, Rio.”  Kata Tuan Garfiel setelah dirinya duduk di kursi paling ujung di meja ini. Aku dan Rio kembali saling memandang sebelum akhirnya kami duduk di kursi yang saling berhadapan di meja ini. Tuan Garfiel tampak tersenyum lebar melihat aku dan Rio mau duduk di kursinya. Sungguh, perasaanku saja atau ini semua terlalu berlebihan? Dan tingkah Tuan Garfiel tampak aneh di mataku, kelihatannya seperti dia menganggap kami sebagai tamu yang sangat istimewa.  “Sekarang, pilihlah apapun yang kalian suka, lalu makanlah, jangan ragu-ragu.” Beberapa menit kemudian, kami bertiga selesai menyantap sarapan, meskipun makanan yang tersedia di meja masih sangat banyak, tetapi perut kami bertiga sudah tidak kuat lagi untuk menambah makanan. Namun, dibalik itu, makanannya sangat enak dan lezat, sejujurnya aku masih ingin menambah lagi, tetapi perutku menentangnya. Melihat aku dan Rio sudah menikmati sarapan, Tuan Garfiel berdehem sejenak sebelum akhirnya dia mulai mengatakan sesuatu pada kami. “Terima kasih sudah menyantap makanan yang telah kusediakan, aku senang kalian menikmatinya. Oke, lebih baik, aku langsung pada intinya,” disitu, aku mengernyitkan alis, merasa ada suatu hal yang ingin Tuan Garfiel sampaikan pada kami. “Jadi, mulai sekarang, kalian tidak hanya latihan denganku, tetapi kalian juga akan latihan dengan tiga muridku yang paling hebat. Apa kalian tidak keberatan?” Jujur, aku masih belum paham mengapa tiba-tiba Tuan Garfiel memutuskan hal tersebut? Mengapa jadi seperti ini? Padahal aku lebih nyaman berlatih hanya dengan Tuan Garfiel, tapi mengapa harus ada dua muridnya lain yang akan berlatih dengan kami? Aku benar-benar terheran-heran sekarang. “Mengapa demikian, Tuan?” Rio bertanya dengan suara yang cukup nyaring. “Bukankah lebih baik Anda melatih Goro sendirian? Menambah jumlah orang, menurutku hanya membuat sesi latihan jadi tidak serius.” Rio menyampaikan keberatannya pada Tuan Garfiel secara gamblang, begitulah dia, selalu mengatakan pada intinya jika dia merasa tidak nyaman pada suatu hal. Entahlah, akhir-akhir ini aku jadi hafal pada segala reaksi yang akan dilakukannya saat menghadapi berbagai situasi. Meskipun dia adalah salah satu bagian dari diriku, tetapi sikap dan kepribadiannya sangat bertolak belakang denganku. “Ya, kamu benar, Rio, aku juga berpikir demikian, tetapi maaf, tapi ide ini bukan berasal dari pemikiranku,” Aku dan Rio terkejut dan saling memandang dalam beberapa saat sebelum akhirnya Tuan Garfiel kembali melanjutkan perkataannya. “Aku sudah menentang keputusan itu berkali-kali, tetapi mereka terus memaksaku, mereka ingin melihat wajah kalian, yang merupakan murid-murid baruku. Katanya, anggap saja ini sebagai sesi pengakraban antara murid seperguruan. Bagaimana menurut kalian, jika kalian ingin menolaknya, tidak masalah, bahkan aku menyarankan kalian menolak tawaran ini, sebab mereka bertiga cukup merepotkan.” “Merepotkan?” Aku mengulangi perkataan Tuan Garfiel, sebab, aku yakin sekali ‘merepotkan’ yang Tuan Garfiel bermakna lain, entah apa, tapi bisa jadi itu adalah tanda kalau tiga orang itu cukup berbahaya untuk dihadapi oleh diriku dan Rio. Aku tidak paham, tapi aku memang merasakan aura yang menyeramkan di rumah ini. Bukan soal hantu, tapi aku merasakan mereka yang sedang kami bicarakan sekarang, ada di sekitar rumah ini dan mungkin saja sedang mendengarkan pembicaraan ini. Sungguh, aku jadi ingin pulang sekarang. Aku tidak mau berhadapan dengan tiga monster yang merupakan murid-murid Tuan Garfiel yang paling hebat. Dari julukannya sudah jelas kalau tiga orang itu sangat berbahaya untuk dihadapi, meski Tuan Garfiel menyebutnya sebagai sesi pengakraban murid seperguruan, tapi aku meyakininya sebagai sesi adu kekuatan yang sangat berbahaya. Aku menduga mungkin saja Tuan Garfiel menceritakan tentangku pada mereka dengan dilebih-lebihkan sehingga mereka yang merupakan murid paling hebat, merasa tersaingi, dan akhirnya meminta hal itu pada Tuan Garfiel, untuk menunjukkan kalau mereka lebih kuat dariku dan juga dijadikan kesempatan untuk menghancurkanku. “Ah, tidak, kami tidak menolaknya, Tuan, jangan khawatir,” kata Rio dengan tersenyum santai pada Tuan Garfiel, membuatku sangat kaget dan melotot padanya. “Sepertinya itu menarik, aku jadi penasaran pada mereka bertiga, tapi aku yakin mereka tidak sebanding dengan Goro, sebab mau bagaimana pun, Goro adalah yang terkuat di antara semua murid Tuan Garfiel, benar, kan, Goro?” “T-Tidak, itu tidak ben—” baru saja aku mau menyanggah ucapan dari Rio, tiba-tiba terdengar suara piring pecah di dapur. Dan mendadak tiga pelayan yang sebelumnya menyajikan kami makanan, datang dan membuka topi, seragam pelayannya, dan masker yang menutupi wajah mereka. Dan tertampaklah penampilan asli mereka bertiga yang cukup nyentrik dan mematikan. Mereka bertiga terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, tetapi aura dari ketiganya sama-sama kuat, tidak ada yang terasa lemah di antara mereka. Sial, jadi begitu, ya, pelayan-pelayan yang sebelumnya, ternyata mereka bertiga. Kenapa aku baru sadar, seharusnya aku bisa menyadarinya dari awal. “Wah, wah, wah, apa kalian juga mendengarnya? Yazkiel? Hanallela? Orang-orang baru ini berani menganggap kita lebih rendah dari mereka. Bahkan Tuan Skrillex paling dermawan ini, bisa marah juga loh.” Tuan Garfiel hanya mendesah lelah melihat tiga murid lamanya mulai menunjukkan diri di hadapan dua murid barunya. Entahlah, aku saja hanya bisa terdiam kaku melihat kemunculan mereka, tetapi saat kulirik ekspresi Rio, dia malah tersenyum dan sedikit terkekeh mendengar perkataan dari salah satu tiga orang itu. “Sepertinya kakak-kakak senior kita sudah datang, Goro? Bagaimana kalau kita menyambutnya dengan hormat? Karena sepertinya kakak-kakak senior kita ini sangat gila hormat, Goro?” Dengann sengaja Rio menyindir mereka dengan berbicara padaku. “Selamat pagi, Tuan Garfiel.” Sapaku saat aku dan Rio masuk ke dalam aula latihan, disitu ada Tuan Garfiel yang sedang duduk santai sambil mengunyah jeruk, menyadari kami datang, pria tua yang memiliki badan kekar itu tersenyum dan beranjak bangun dari posisinya untuk menyambut kedatangan kami. Entah kenapa, melihat Tuan Garfiel begitu ramah pada aku dan Rio, membuatku jadi sedikit malu, sebab sebelumnya dia sangat dingin dan kasar padaku. Aku harap dia terus seperti itu, karena menyeramkan mengingat dirinya yang dingin dan kasar. Aku harap Tuan Garfiel tidak mengubah kepribadiannya pada sesi latihan denganku. “Selamat pagi juga, Goro, Rio,” jawab Tuan Garfiel setelah dirinya berdiri tegak di hadapan kami, kelihatannya dia tampak begitu gembira pada kedatangan kami, bahkan aku bisa merasakannya, aula latihan telah dibersihkan sampai mengkilap. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan, tapi aku benar-benar merasa kalau Tuan Garfiel telah menyiapkan banyak hal untuk sesi latihan denganku. “Aku senang kalian berdua datang tepat waktu, sebelum kita mulai, bagaimana kalau kalian sarapan dulu? Aku sudah menyiapkan makanan hangat untuk kalian, kalian tidak keberatan, kan?” Aku dan Rio saling memandang beberapa saat sebelum akhirnya kami menerima tawaran Tuan Garfiel dengan gugup. Kemudian, kami dibawa oleh Tuan Garfiel meninggalkan aula latihan, menuju ke ruang makannya yang mewah. Di meja makan yang panjang itu, banyak sekali makanan lezat yang tersedia, bahkan beberapa pelayan masih membawakan makanan-makanan lain dari dapur untuk disimpan di meja. Aku tidak tahu apa maksudnya ini, tapi bukankah ini terlalu berlebihan untuk disebut sebagai sarapan? Semua makanan yang ada di meja, berat-berat dan tidak cocok untuk sarapan. “Duduklah, jangan malu-malu begitu, Goro, Rio.”  Kata Tuan Garfiel setelah dirinya duduk di kursi paling ujung di meja ini. Aku dan Rio kembali saling memandang sebelum akhirnya kami duduk di kursi yang saling berhadapan di meja ini. Tuan Garfiel tampak tersenyum lebar melihat aku dan Rio mau duduk di kursinya. Sungguh, perasaanku saja atau ini semua terlalu berlebihan? Dan tingkah Tuan Garfiel tampak aneh di mataku, kelihatannya seperti dia menganggap kami sebagai tamu yang sangat istimewa.  “Sekarang, pilihlah apapun yang kalian suka, lalu makanlah, jangan ragu-ragu.” Beberapa menit kemudian, kami bertiga selesai menyantap sarapan, meskipun makanan yang tersedia di meja masih sangat banyak, tetapi perut kami bertiga sudah tidak kuat lagi untuk menambah makanan. Namun, dibalik itu, makanannya sangat enak dan lezat, sejujurnya aku masih ingin menambah lagi, tetapi perutku menentangnya. Melihat aku dan Rio sudah menikmati sarapan, Tuan Garfiel berdehem sejenak sebelum akhirnya dia mulai mengatakan sesuatu pada kami. “Terima kasih sudah menyantap makanan yang telah kusediakan, aku senang kalian menikmatinya. Oke, lebih baik, aku langsung pada intinya,” disitu, aku mengernyitkan alis, merasa ada suatu hal yang ingin Tuan Garfiel sampaikan pada kami. “Jadi, mulai sekarang, kalian tidak hanya latihan denganku, tetapi kalian juga akan latihan dengan tiga muridku yang paling hebat. Apa kalian tidak keberatan?” Jujur, aku masih belum paham mengapa tiba-tiba Tuan Garfiel memutuskan hal tersebut? Mengapa jadi seperti ini? Padahal aku lebih nyaman berlatih hanya dengan Tuan Garfiel, tapi mengapa harus ada dua muridnya lain yang akan berlatih dengan kami? Aku benar-benar terheran-heran sekarang. “Mengapa demikian, Tuan?” Rio bertanya dengan suara yang cukup nyaring. “Bukankah lebih baik Anda melatih Goro sendirian? Menambah jumlah orang, menurutku hanya membuat sesi latihan jadi tidak serius.” Rio menyampaikan keberatannya pada Tuan Garfiel secara gamblang, begitulah dia, selalu mengatakan pada intinya jika dia merasa tidak nyaman pada suatu hal. Entahlah, akhir-akhir ini aku jadi hafal pada segala reaksi yang akan dilakukannya saat menghadapi berbagai situasi. Meskipun dia adalah salah satu bagian dari diriku, tetapi sikap dan kepribadiannya sangat bertolak belakang denganku. “Ya, kamu benar, Rio, aku juga berpikir demikian, tetapi maaf, tapi ide ini bukan berasal dari pemikiranku,” Aku dan Rio terkejut dan saling memandang dalam beberapa saat sebelum akhirnya Tuan Garfiel kembali melanjutkan perkataannya. “Aku sudah menentang keputusan itu berkali-kali, tetapi mereka terus memaksaku, mereka ingin melihat wajah kalian, yang merupakan murid-murid baruku. Katanya, anggap saja ini sebagai sesi pengakraban antara murid seperguruan. Bagaimana menurut kalian, jika kalian ingin menolaknya, tidak masalah, bahkan aku menyarankan kalian menolak tawaran ini, sebab mereka bertiga cukup merepotkan.” “Merepotkan?” Aku mengulangi perkataan Tuan Garfiel, sebab, aku yakin sekali ‘merepotkan’ yang Tuan Garfiel bermakna lain, entah apa, tapi bisa jadi itu adalah tanda kalau tiga orang itu cukup berbahaya untuk dihadapi oleh diriku dan Rio. Aku tidak paham, tapi aku memang merasakan aura yang menyeramkan di rumah ini. Bukan soal hantu, tapi aku merasakan mereka yang sedang kami bicarakan sekarang, ada di sekitar rumah ini dan mungkin saja sedang mendengarkan pembicaraan ini. Sungguh, aku jadi ingin pulang sekarang. Aku tidak mau berhadapan dengan tiga monster yang merupakan murid-murid Tuan Garfiel yang paling hebat. Dari julukannya sudah jelas kalau tiga orang itu sangat berbahaya untuk dihadapi, meski Tuan Garfiel menyebutnya sebagai sesi pengakraban murid seperguruan, tapi aku meyakininya sebagai sesi adu kekuatan yang sangat berbahaya. Aku menduga mungkin saja Tuan Garfiel menceritakan tentangku pada mereka dengan dilebih-lebihkan sehingga mereka yang merupakan murid paling hebat, merasa tersaingi, dan akhirnya meminta hal itu pada Tuan Garfiel, untuk menunjukkan kalau mereka lebih kuat dariku dan juga dijadikan kesempatan untuk menghancurkanku. “Ah, tidak, kami tidak menolaknya, Tuan, jangan khawatir,” kata Rio dengan tersenyum santai pada Tuan Garfiel, membuatku sangat kaget dan melotot padanya. “Sepertinya itu menarik, aku jadi penasaran pada mereka bertiga, tapi aku yakin mereka tidak sebanding dengan Goro, sebab mau bagaimana pun, Goro adalah yang terkuat di antara semua murid Tuan Garfiel, benar, kan, Goro?” “T-Tidak, itu tidak ben—” baru saja aku mau menyanggah ucapan dari Rio, tiba-tiba terdengar suara piring pecah di dapur. Dan mendadak tiga pelayan yang sebelumnya menyajikan kami makanan, datang dan membuka topi, seragam pelayannya, dan masker yang menutupi wajah mereka. Dan tertampaklah penampilan asli mereka bertiga yang cukup nyentrik dan mematikan. Mereka bertiga terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, tetapi aura dari ketiganya sama-sama kuat, tidak ada yang terasa lemah di antara mereka. Sial, jadi begitu, ya, pelayan-pelayan yang sebelumnya, ternyata mereka bertiga. Kenapa aku baru sadar, seharusnya aku bisa menyadarinya dari awal. “Wah, wah, wah, apa kalian juga mendengarnya? Yazkiel? Hanallela? Orang-orang baru ini berani menganggap kita lebih rendah dari mereka. Bahkan Tuan Skrillex paling dermawan ini, bisa marah juga loh.” Tuan Garfiel hanya mendesah lelah melihat tiga murid lamanya mulai menunjukkan diri di hadapan dua murid barunya. Entahlah, aku saja hanya bisa terdiam kaku melihat kemunculan mereka, tetapi saat kulirik ekspresi Rio, dia malah tersenyum dan sedikit terkekeh mendengar perkataan dari salah satu tiga orang itu. “Sepertinya kakak-kakak senior kita sudah datang, Goro? Bagaimana kalau kita menyambutnya dengan hormat? Karena sepertinya kakak-kakak senior kita ini sangat gila hormat, Goro?” Dengann sengaja Rio menyindir mereka dengan berbicara padaku. “Selamat pagi, Tuan Garfiel.” Sapaku saat aku dan Rio masuk ke dalam aula latihan, disitu ada Tuan Garfiel yang sedang duduk santai sambil mengunyah jeruk, menyadari kami datang, pria tua yang memiliki badan kekar itu tersenyum dan beranjak bangun dari posisinya untuk menyambut kedatangan kami. Entah kenapa, melihat Tuan Garfiel begitu ramah pada aku dan Rio, membuatku jadi sedikit malu, sebab sebelumnya dia sangat dingin dan kasar padaku. Aku harap dia terus seperti itu, karena menyeramkan mengingat dirinya yang dingin dan kasar. Aku harap Tuan Garfiel tidak mengubah kepribadiannya pada sesi latihan denganku. “Selamat pagi juga, Goro, Rio,” jawab Tuan Garfiel setelah dirinya berdiri tegak di hadapan kami, kelihatannya dia tampak begitu gembira pada kedatangan kami, bahkan aku bisa merasakannya, aula latihan telah dibersihkan sampai mengkilap. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan, tapi aku benar-benar merasa kalau Tuan Garfiel telah menyiapkan banyak hal untuk sesi latihan denganku. “Aku senang kalian berdua datang tepat waktu, sebelum kita mulai, bagaimana kalau kalian sarapan dulu? Aku sudah menyiapkan makanan hangat untuk kalian, kalian tidak keberatan, kan?” Aku dan Rio saling memandang beberapa saat sebelum akhirnya kami menerima tawaran Tuan Garfiel dengan gugup. Kemudian, kami dibawa oleh Tuan Garfiel meninggalkan aula latihan, menuju ke ruang makannya yang mewah. Di meja makan yang panjang itu, banyak sekali makanan lezat yang tersedia, bahkan beberapa pelayan masih membawakan makanan-makanan lain dari dapur untuk disimpan di meja. Aku tidak tahu apa maksudnya ini, tapi bukankah ini terlalu berlebihan untuk disebut sebagai sarapan? Semua makanan yang ada di meja, berat-berat dan tidak cocok untuk sarapan. “Duduklah, jangan malu-malu begitu, Goro, Rio.”  Kata Tuan Garfiel setelah dirinya duduk di kursi paling ujung di meja ini. Aku dan Rio kembali saling memandang sebelum akhirnya kami duduk di kursi yang saling berhadapan di meja ini. Tuan Garfiel tampak tersenyum lebar melihat aku dan Rio mau duduk di kursinya. Sungguh, perasaanku saja atau ini semua terlalu berlebihan? Dan tingkah Tuan Garfiel tampak aneh di mataku, kelihatannya seperti dia menganggap kami sebagai tamu yang sangat istimewa.  “Sekarang, pilihlah apapun yang kalian suka, lalu makanlah, jangan ragu-ragu.” Beberapa menit kemudian, kami bertiga selesai menyantap sarapan, meskipun makanan yang tersedia di meja masih sangat banyak, tetapi perut kami bertiga sudah tidak kuat lagi untuk menambah makanan. Namun, dibalik itu, makanannya sangat enak dan lezat, sejujurnya aku masih ingin menambah lagi, tetapi perutku menentangnya. Melihat aku dan Rio sudah menikmati sarapan, Tuan Garfiel berdehem sejenak sebelum akhirnya dia mulai mengatakan sesuatu pada kami. “Terima kasih sudah menyantap makanan yang telah kusediakan, aku senang kalian menikmatinya. Oke, lebih baik, aku langsung pada intinya,” disitu, aku mengernyitkan alis, merasa ada suatu hal yang ingin Tuan Garfiel sampaikan pada kami. “Jadi, mulai sekarang, kalian tidak hanya latihan denganku, tetapi kalian juga akan latihan dengan tiga muridku yang paling hebat. Apa kalian tidak keberatan?” Jujur, aku masih belum paham mengapa tiba-tiba Tuan Garfiel memutuskan hal tersebut? Mengapa jadi seperti ini? Padahal aku lebih nyaman berlatih hanya dengan Tuan Garfiel, tapi mengapa harus ada dua muridnya lain yang akan berlatih dengan kami? Aku benar-benar terheran-heran sekarang. “Mengapa demikian, Tuan?” Rio bertanya dengan suara yang cukup nyaring. “Bukankah lebih baik Anda melatih Goro sendirian? Menambah jumlah orang, menurutku hanya membuat sesi latihan jadi tidak serius.” Rio menyampaikan keberatannya pada Tuan Garfiel secara gamblang, begitulah dia, selalu mengatakan pada intinya jika dia merasa tidak nyaman pada suatu hal. Entahlah, akhir-akhir ini aku jadi hafal pada segala reaksi yang akan dilakukannya saat menghadapi berbagai situasi. Meskipun dia adalah salah satu bagian dari diriku, tetapi sikap dan kepribadiannya sangat bertolak belakang denganku. “Ya, kamu benar, Rio, aku juga berpikir demikian, tetapi maaf, tapi ide ini bukan berasal dari pemikiranku,” Aku dan Rio terkejut dan saling memandang dalam beberapa saat sebelum akhirnya Tuan Garfiel kembali melanjutkan perkataannya. “Aku sudah menentang keputusan itu berkali-kali, tetapi mereka terus memaksaku, mereka ingin melihat wajah kalian, yang merupakan murid-murid baruku. Katanya, anggap saja ini sebagai sesi pengakraban antara murid seperguruan. Bagaimana menurut kalian, jika kalian ingin menolaknya, tidak masalah, bahkan aku menyarankan kalian menolak tawaran ini, sebab mereka bertiga cukup merepotkan.” “Merepotkan?” Aku mengulangi perkataan Tuan Garfiel, sebab, aku yakin sekali ‘merepotkan’ yang Tuan Garfiel bermakna lain, entah apa, tapi bisa jadi itu adalah tanda kalau tiga orang itu cukup berbahaya untuk dihadapi oleh diriku dan Rio. Aku tidak paham, tapi aku memang merasakan aura yang menyeramkan di rumah ini. Bukan soal hantu, tapi aku merasakan mereka yang sedang kami bicarakan sekarang, ada di sekitar rumah ini dan mungkin saja sedang mendengarkan pembicaraan ini. Sungguh, aku jadi ingin pulang sekarang. Aku tidak mau berhadapan dengan tiga monster yang merupakan murid-murid Tuan Garfiel yang paling hebat. Dari julukannya sudah jelas kalau tiga orang itu sangat berbahaya untuk dihadapi, meski Tuan Garfiel menyebutnya sebagai sesi pengakraban murid seperguruan, tapi aku meyakininya sebagai sesi adu kekuatan yang sangat berbahaya. Aku menduga mungkin saja Tuan Garfiel menceritakan tentangku pada mereka dengan dilebih-lebihkan sehingga mereka yang merupakan murid paling hebat, merasa tersaingi, dan akhirnya meminta hal itu pada Tuan Garfiel, untuk menunjukkan kalau mereka lebih kuat dariku dan juga dijadikan kesempatan untuk menghancurkanku. “Ah, tidak, kami tidak menolaknya, Tuan, jangan khawatir,” kata Rio dengan tersenyum santai pada Tuan Garfiel, membuatku sangat kaget dan melotot padanya. “Sepertinya itu menarik, aku jadi penasaran pada mereka bertiga, tapi aku yakin mereka tidak sebanding dengan Goro, sebab mau bagaimana pun, Goro adalah yang terkuat di antara semua murid Tuan Garfiel, benar, kan, Goro?” “T-Tidak, itu tidak ben—” baru saja aku mau menyanggah ucapan dari Rio, tiba-tiba terdengar suara piring pecah di dapur. Dan mendadak tiga pelayan yang sebelumnya menyajikan kami makanan, datang dan membuka topi, seragam pelayannya, dan masker yang menutupi wajah mereka. Dan tertampaklah penampilan asli mereka bertiga yang cukup nyentrik dan mematikan. Mereka bertiga terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, tetapi aura dari ketiganya sama-sama kuat, tidak ada yang terasa lemah di antara mereka. Sial, jadi begitu, ya, pelayan-pelayan yang sebelumnya, ternyata mereka bertiga. Kenapa aku baru sadar, seharusnya aku bisa menyadarinya dari awal. “Wah, wah, wah, apa kalian juga mendengarnya? Yazkiel? Hanallela? Orang-orang baru ini berani menganggap kita lebih rendah dari mereka. Bahkan Tuan Skrillex paling dermawan ini, bisa marah juga loh.” Tuan Garfiel hanya mendesah lelah melihat tiga murid lamanya mulai menunjukkan diri di hadapan dua murid barunya. Entahlah, aku saja hanya bisa terdiam kaku melihat kemunculan mereka, tetapi saat kulirik ekspresi Rio, dia malah tersenyum dan sedikit terkekeh mendengar perkataan dari salah satu tiga orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD