BAB - 04

3174 Words
Setelah sampai di depan sebuah gerbang besar yang di dalamnya terdapat gedung mewah yang tinggi, Rio dan aku berhenti melangkah dan berdiam sejenak di depan gerbang tersebut dengan memandangi keindahan dari gedung tinggi yang ada di hadapan kami. Aku tidak menyangka tempat dari seorang mentor yang ahli adalah berada di dalam sebuah gedung yang mewah, yang gedungnya bahkan persis seperti sebuah kastil besar yang estetik. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku senang bisa mengunjungi tempat semewah ini, dan sungguh, aku masih penasaran mengapa Rio bisa mengetahui dan bahkan mengenal orang-orang di kota ini. Bukankah dia adalah bagian dari diriku? Yang selama ini selalu ada di dalam diriku, lantas mengapa dia bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di Layelfox, layaknya manusia yang sudah tinggal lama di sini. Aku benar-benar tidak mengerti. “Hey, Rio, sebelum kita masuk ke dalam, ada yang ingin kutanyakan padamu,” ucapku yang membuat Rio yang berdiri di sebelahku, segera menolehkan kepalanya ke wajahku, menatapku dalam diam, bertanya-tanya mengapa aku bisa mengajukan pertanyaan di saat yang seperti ini. “Bagaimana caramu bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di kota ini, padahal selama ini kau adalah bagian dari dalam jiwaku, yang artinya kau tidak pernah bepergian ke luar dari dalam diriku, dan meskipun kau bisa saja keluar dari dalam tubuhku tanpa sepengetahuanku, kau tidak bisa pergi terlalu jauh dariku, karena itu akan membuatmu sesak merasakan sakit, benar, bukan?” Mendengar itu, keheranan Rio langsung sirna dan berubah menjadi senyuman kecil yang terpatri di dalam mulut tipisnya. “Oh, mengenai itu, ya?” kata Rio dengan sedikit tertawa ringan. “Aku bisa mengetahuinya karena kota ini adalah kota kelahiranmu, dan sewaktu bayi, kau sering diajak jalan-jalan ke berbagai tempat dan menemui berbagai orang di kota ini, meskipun dulu kau masih bayi, tetapi aku masih mengingat semua itu dengan jelas, sehingga aku tidak kesulitan dalam menghapal berbagai hal mengenai kota ini, Goro.” Sungguh, aku terbelalak mendengarnya. “Hah? Kau tadi bilang apa? Aku berasal dari kota ini, dan ini adalah kota kelahiranku? Kau ini bodoh, ya?! Jelas-jelas tempat kelahiranku bukan di sini, tapi di desa sialan itu!” Tawa Rio semakin kencang melihatku jadi emosional begitu, sepertinya dia paham mengenai sejarah asli dari diriku sehingga lucu melihat diriku yang marah hanya karena hal tersebut, tapi sungguh, aku masih belum terlalu mengerti, sebenarnya apa yang terjadi? “Baiklah, baiklah, sepertinya aku belum menjelaskan soal itu, ya? Padamu? Kalau begitu, akan kujelaskan secara singkat,” ucap Rio dengan tersenyum sangat lebar padaku. “Jadi, kau ini sebenarnya adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan kau dulunya lahir dan tumbuh di sini, setidaknya sampai kau berusia 2 tahun, semenjak itu, orang tuamu tewas dalam misi, sehingga kau dialihkan ke dua orang pendatang yang masih kau anggap sebagai orang tua aslimu, mereka pun  membawamu ke kampung halamannya dan membesarkanmu layaknya anak mereka sendiri. Dan yeah? Karena berbagai alasan, akhirnya kau kembali ke kota kelahiranmu sendiri.” Dua mataku melotot dengan lebar, benar-benar kaget mendengar penjelasan dari Rio. Aku benar-benar tidak tahu kalau sebenarnya aku ini adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan ternyata lelaki dan perempuan yang kuanggap sebagai ayah dan ibuku adalah orang tua angkatku, mereka bukan orang tua biologisku. Entah kenapa, mataku jadi basah, dan tanpa sadar, aku jadi menangis, menangis dengan haru. Rasanya sangat menyakitkan, tapi juga melegakan, setelah mendengar kenyataan dari masa laluku. Melihatku menangis, Rio mengusap-usap punggungku dengan lembut. “Jadi begitu, ya,” Di tengah tangisku, aku bersuara, merespon perkataan Rio dengan nada yang tersengguk-sengguk. “Aku tidak tahu kalau ternyata masa laluku seperti itu, sial, mengapa baru sekarang kau memberitahuku soal hal penting seperti ini. Seharusnya kau katakan itu dari awal agar aku setidaknya bisa memahai keanehan-keanehan ini. Pantas saja, kau dan aku punya kekuatan sihir, pantas saja aku merasa familiar dengan kota ini, padahal ini adalah kota yang baru kudatangi. Jadi begitu, ya. Jadi, begitu, ya. Terima kasih, Rio, telah memberitahuku soal itu. Jika kau tidak menjelaskannya, mungkin aku masih bertanya-tanya dalam diam sampai sekarang.” “Tidak masalah, lagipula, aku adalah perwujudan kebencian darimu, dan sudah sewajarnya sebagai bagian dari dirimu, aku membantumu. Aku sebenarnya ingin menjelaskan ini dari pertama kita bertemu, tapi sepertinya aku masih belum menemukan waktu dan suasana yang tepat, karena jika aku sembarangan memberitahumu, kau akan panik dan mungkin saja marah. Aku sangat senang karena kau melontarkan pertanyaan itu sehingga aku diberi kesempatan untuk menjelaskan semua itu padamu. Jadi aku juga berterima kasih padamu, Goro.” “Oh, ya, aku juga penasaran mengapa kau menamai dirimu sendiri sebagai Rio, bukankah kau adalah bagian dari diriku? Seharusnya namamu setidaknya punya kemiripan denganku, kan? Atau bahkan seharusnya kau masih belum memiliki nama sendiri, kan? Seharusnya aku yang memberimu nama, jadi kenapa?” “Kalau soal nama, itu karena keinginanku sendiri, aku menggunakan kesadaranku sendiri untuk memberi nama pada diriku sendiri agar aku bisa menjadi pribadi yang utuh sepertimu, Goro. Dan menurutku, Rio adalah nama yang keren, karena saat bayi, kau sering sekali mengeluarkan kata-kata acak seperti ‘Rioaaaaaaaa’ atau ‘WiwiwiRiozazaza’ dan aku jadi berpikir, sepertinya itu boleh juga, begitulah, hahahahahah!” Dan Rio malah tertawa terbahak-bahak saat ia mengingat asal-muasal dari namanya sendiri, aku juga sampai menahan tawaku, aku tidak pernah menduga kalau namanya terinspirasi dari kata-kata saat aku masih bayi. Bukankah itu sangat konyol? Tapi terserahlah, setidaknya rasa penasaranku sudah berkurang. “Oke, karena aku sudah mendapatkan berbagai jawaban dari berbagai pertanyaanku, aku sudah lega dan sudah siap menghadapi dunia baruku. Jadi, ayo kita masuk ke dalam bersama, menemui Sang Mentor Sihir.” “Tidak. Tunggu dulu, Goro,” Rio tiba-tiba menarik punggungku saat aku hendak melangkahkan kaki mendekati gerbang untuk membukanya. “Aku lupa soal ini, tapi kita harus lebih berhati-hati di sini.” “Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba berkata begitu?” “Maksudku, kita tidak boleh sembarangan menyentuh atau membuka segala benda yang ada di sini, karena meski samar-samar, aku masih mengingatnya dengan jelas bahwa mentor yang akan kita temui memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi, dan mempunyai temperamen yang sangat tinggi pula. Kau akan membuatnya sangat marah jika sembarangan menyentuh dan membuka gerbang rumahnya, Goro.” Menaikan sebelah alisku, aku menghela napas kesal. “Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita hanya berdiri saja di sini dengan berharap mentornya datang dan membukakan gerbang rumahnya untuk kita?” tanyaku dengan jengkel pada Rio. Setelah sampai di depan sebuah gerbang besar yang di dalamnya terdapat gedung mewah yang tinggi, Rio dan aku berhenti melangkah dan berdiam sejenak di depan gerbang tersebut dengan memandangi keindahan dari gedung tinggi yang ada di hadapan kami. Aku tidak menyangka tempat dari seorang mentor yang ahli adalah berada di dalam sebuah gedung yang mewah, yang gedungnya bahkan persis seperti sebuah kastil besar yang estetik. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku senang bisa mengunjungi tempat semewah ini, dan sungguh, aku masih penasaran mengapa Rio bisa mengetahui dan bahkan mengenal orang-orang di kota ini. Bukankah dia adalah bagian dari diriku? Yang selama ini selalu ada di dalam diriku, lantas mengapa dia bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di Layelfox, layaknya manusia yang sudah tinggal lama di sini. Aku benar-benar tidak mengerti. “Hey, Rio, sebelum kita masuk ke dalam, ada yang ingin kutanyakan padamu,” ucapku yang membuat Rio yang berdiri di sebelahku, segera menolehkan kepalanya ke wajahku, menatapku dalam diam, bertanya-tanya mengapa aku bisa mengajukan pertanyaan di saat yang seperti ini. “Bagaimana caramu bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di kota ini, padahal selama ini kau adalah bagian dari dalam jiwaku, yang artinya kau tidak pernah bepergian ke luar dari dalam diriku, dan meskipun kau bisa saja keluar dari dalam tubuhku tanpa sepengetahuanku, kau tidak bisa pergi terlalu jauh dariku, karena itu akan membuatmu sesak merasakan sakit, benar, bukan?” Mendengar itu, keheranan Rio langsung sirna dan berubah menjadi senyuman kecil yang terpatri di dalam mulut tipisnya. “Oh, mengenai itu, ya?” kata Rio dengan sedikit tertawa ringan. “Aku bisa mengetahuinya karena kota ini adalah kota kelahiranmu, dan sewaktu bayi, kau sering diajak jalan-jalan ke berbagai tempat dan menemui berbagai orang di kota ini, meskipun dulu kau masih bayi, tetapi aku masih mengingat semua itu dengan jelas, sehingga aku tidak kesulitan dalam menghapal berbagai hal mengenai kota ini, Goro.” Sungguh, aku terbelalak mendengarnya. “Hah? Kau tadi bilang apa? Aku berasal dari kota ini, dan ini adalah kota kelahiranku? Kau ini bodoh, ya?! Jelas-jelas tempat kelahiranku bukan di sini, tapi di desa sialan itu!” Tawa Rio semakin kencang melihatku jadi emosional begitu, sepertinya dia paham mengenai sejarah asli dari diriku sehingga lucu melihat diriku yang marah hanya karena hal tersebut, tapi sungguh, aku masih belum terlalu mengerti, sebenarnya apa yang terjadi? “Baiklah, baiklah, sepertinya aku belum menjelaskan soal itu, ya? Padamu? Kalau begitu, akan kujelaskan secara singkat,” ucap Rio dengan tersenyum sangat lebar padaku. “Jadi, kau ini sebenarnya adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan kau dulunya lahir dan tumbuh di sini, setidaknya sampai kau berusia 2 tahun, semenjak itu, orang tuamu tewas dalam misi, sehingga kau dialihkan ke dua orang pendatang yang masih kau anggap sebagai orang tua aslimu, mereka pun  membawamu ke kampung halamannya dan membesarkanmu layaknya anak mereka sendiri. Dan yeah? Karena berbagai alasan, akhirnya kau kembali ke kota kelahiranmu sendiri.” Dua mataku melotot dengan lebar, benar-benar kaget mendengar penjelasan dari Rio. Aku benar-benar tidak tahu kalau sebenarnya aku ini adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan ternyata lelaki dan perempuan yang kuanggap sebagai ayah dan ibuku adalah orang tua angkatku, mereka bukan orang tua biologisku. Entah kenapa, mataku jadi basah, dan tanpa sadar, aku jadi menangis, menangis dengan haru. Rasanya sangat menyakitkan, tapi juga melegakan, setelah mendengar kenyataan dari masa laluku. Melihatku menangis, Rio mengusap-usap punggungku dengan lembut. “Jadi begitu, ya,” Di tengah tangisku, aku bersuara, merespon perkataan Rio dengan nada yang tersengguk-sengguk. “Aku tidak tahu kalau ternyata masa laluku seperti itu, sial, mengapa baru sekarang kau memberitahuku soal hal penting seperti ini. Seharusnya kau katakan itu dari awal agar aku setidaknya bisa memahai keanehan-keanehan ini. Pantas saja, kau dan aku punya kekuatan sihir, pantas saja aku merasa familiar dengan kota ini, padahal ini adalah kota yang baru kudatangi. Jadi begitu, ya. Jadi, begitu, ya. Terima kasih, Rio, telah memberitahuku soal itu. Jika kau tidak menjelaskannya, mungkin aku masih bertanya-tanya dalam diam sampai sekarang.” “Tidak masalah, lagipula, aku adalah perwujudan kebencian darimu, dan sudah sewajarnya sebagai bagian dari dirimu, aku membantumu. Aku sebenarnya ingin menjelaskan ini dari pertama kita bertemu, tapi sepertinya aku masih belum menemukan waktu dan suasana yang tepat, karena jika aku sembarangan memberitahumu, kau akan panik dan mungkin saja marah. Aku sangat senang karena kau melontarkan pertanyaan itu sehingga aku diberi kesempatan untuk menjelaskan semua itu padamu. Jadi aku juga berterima kasih padamu, Goro.” “Oh, ya, aku juga penasaran mengapa kau menamai dirimu sendiri sebagai Rio, bukankah kau adalah bagian dari diriku? Seharusnya namamu setidaknya punya kemiripan denganku, kan? Atau bahkan seharusnya kau masih belum memiliki nama sendiri, kan? Seharusnya aku yang memberimu nama, jadi kenapa?” “Kalau soal nama, itu karena keinginanku sendiri, aku menggunakan kesadaranku sendiri untuk memberi nama pada diriku sendiri agar aku bisa menjadi pribadi yang utuh sepertimu, Goro. Dan menurutku, Rio adalah nama yang keren, karena saat bayi, kau sering sekali mengeluarkan kata-kata acak seperti ‘Rioaaaaaaaa’ atau ‘WiwiwiRiozazaza’ dan aku jadi berpikir, sepertinya itu boleh juga, begitulah, hahahahahah!” Dan Rio malah tertawa terbahak-bahak saat ia mengingat asal-muasal dari namanya sendiri, aku juga sampai menahan tawaku, aku tidak pernah menduga kalau namanya terinspirasi dari kata-kata saat aku masih bayi. Bukankah itu sangat konyol? Tapi terserahlah, setidaknya rasa penasaranku sudah berkurang. “Oke, karena aku sudah mendapatkan berbagai jawaban dari berbagai pertanyaanku, aku sudah lega dan sudah siap menghadapi dunia baruku. Jadi, ayo kita masuk ke dalam bersama, menemui Sang Mentor Sihir.” “Tidak. Tunggu dulu, Goro,” Rio tiba-tiba menarik punggungku saat aku hendak melangkahkan kaki mendekati gerbang untuk membukanya. “Aku lupa soal ini, tapi kita harus lebih berhati-hati di sini.” “Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba berkata begitu?” “Maksudku, kita tidak boleh sembarangan menyentuh atau membuka segala benda yang ada di sini, karena meski samar-samar, aku masih mengingatnya dengan jelas bahwa mentor yang akan kita temui memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi, dan mempunyai temperamen yang sangat tinggi pula. Kau akan membuatnya sangat marah jika sembarangan menyentuh dan membuka gerbang rumahnya, Goro.” Menaikan sebelah alisku, aku menghela napas kesal. “Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita hanya berdiri saja di sini dengan berharap mentornya datang dan membukakan gerbang rumahnya untuk kita?” tanyaku dengan jengkel pada Rio. Setelah sampai di depan sebuah gerbang besar yang di dalamnya terdapat gedung mewah yang tinggi, Rio dan aku berhenti melangkah dan berdiam sejenak di depan gerbang tersebut dengan memandangi keindahan dari gedung tinggi yang ada di hadapan kami. Aku tidak menyangka tempat dari seorang mentor yang ahli adalah berada di dalam sebuah gedung yang mewah, yang gedungnya bahkan persis seperti sebuah kastil besar yang estetik. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku senang bisa mengunjungi tempat semewah ini, dan sungguh, aku masih penasaran mengapa Rio bisa mengetahui dan bahkan mengenal orang-orang di kota ini. Bukankah dia adalah bagian dari diriku? Yang selama ini selalu ada di dalam diriku, lantas mengapa dia bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di Layelfox, layaknya manusia yang sudah tinggal lama di sini. Aku benar-benar tidak mengerti. “Hey, Rio, sebelum kita masuk ke dalam, ada yang ingin kutanyakan padamu,” ucapku yang membuat Rio yang berdiri di sebelahku, segera menolehkan kepalanya ke wajahku, menatapku dalam diam, bertanya-tanya mengapa aku bisa mengajukan pertanyaan di saat yang seperti ini. “Bagaimana caramu bisa mengetahui dan mengenal berbagai tempat dan orang di kota ini, padahal selama ini kau adalah bagian dari dalam jiwaku, yang artinya kau tidak pernah bepergian ke luar dari dalam diriku, dan meskipun kau bisa saja keluar dari dalam tubuhku tanpa sepengetahuanku, kau tidak bisa pergi terlalu jauh dariku, karena itu akan membuatmu sesak merasakan sakit, benar, bukan?” Mendengar itu, keheranan Rio langsung sirna dan berubah menjadi senyuman kecil yang terpatri di dalam mulut tipisnya. “Oh, mengenai itu, ya?” kata Rio dengan sedikit tertawa ringan. “Aku bisa mengetahuinya karena kota ini adalah kota kelahiranmu, dan sewaktu bayi, kau sering diajak jalan-jalan ke berbagai tempat dan menemui berbagai orang di kota ini, meskipun dulu kau masih bayi, tetapi aku masih mengingat semua itu dengan jelas, sehingga aku tidak kesulitan dalam menghapal berbagai hal mengenai kota ini, Goro.” Sungguh, aku terbelalak mendengarnya. “Hah? Kau tadi bilang apa? Aku berasal dari kota ini, dan ini adalah kota kelahiranku? Kau ini bodoh, ya?! Jelas-jelas tempat kelahiranku bukan di sini, tapi di desa sialan itu!” Tawa Rio semakin kencang melihatku jadi emosional begitu, sepertinya dia paham mengenai sejarah asli dari diriku sehingga lucu melihat diriku yang marah hanya karena hal tersebut, tapi sungguh, aku masih belum terlalu mengerti, sebenarnya apa yang terjadi? “Baiklah, baiklah, sepertinya aku belum menjelaskan soal itu, ya? Padamu? Kalau begitu, akan kujelaskan secara singkat,” ucap Rio dengan tersenyum sangat lebar padaku. “Jadi, kau ini sebenarnya adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan kau dulunya lahir dan tumbuh di sini, setidaknya sampai kau berusia 2 tahun, semenjak itu, orang tuamu tewas dalam misi, sehingga kau dialihkan ke dua orang pendatang yang masih kau anggap sebagai orang tua aslimu, mereka pun  membawamu ke kampung halamannya dan membesarkanmu layaknya anak mereka sendiri. Dan yeah? Karena berbagai alasan, akhirnya kau kembali ke kota kelahiranmu sendiri.” Dua mataku melotot dengan lebar, benar-benar kaget mendengar penjelasan dari Rio. Aku benar-benar tidak tahu kalau sebenarnya aku ini adalah anak dari dua orang penyihir di kota ini, dan ternyata lelaki dan perempuan yang kuanggap sebagai ayah dan ibuku adalah orang tua angkatku, mereka bukan orang tua biologisku. Entah kenapa, mataku jadi basah, dan tanpa sadar, aku jadi menangis, menangis dengan haru. Rasanya sangat menyakitkan, tapi juga melegakan, setelah mendengar kenyataan dari masa laluku. Melihatku menangis, Rio mengusap-usap punggungku dengan lembut. “Jadi begitu, ya,” Di tengah tangisku, aku bersuara, merespon perkataan Rio dengan nada yang tersengguk-sengguk. “Aku tidak tahu kalau ternyata masa laluku seperti itu, sial, mengapa baru sekarang kau memberitahuku soal hal penting seperti ini. Seharusnya kau katakan itu dari awal agar aku setidaknya bisa memahai keanehan-keanehan ini. Pantas saja, kau dan aku punya kekuatan sihir, pantas saja aku merasa familiar dengan kota ini, padahal ini adalah kota yang baru kudatangi. Jadi begitu, ya. Jadi, begitu, ya. Terima kasih, Rio, telah memberitahuku soal itu. Jika kau tidak menjelaskannya, mungkin aku masih bertanya-tanya dalam diam sampai sekarang.” “Tidak masalah, lagipula, aku adalah perwujudan kebencian darimu, dan sudah sewajarnya sebagai bagian dari dirimu, aku membantumu. Aku sebenarnya ingin menjelaskan ini dari pertama kita bertemu, tapi sepertinya aku masih belum menemukan waktu dan suasana yang tepat, karena jika aku sembarangan memberitahumu, kau akan panik dan mungkin saja marah. Aku sangat senang karena kau melontarkan pertanyaan itu sehingga aku diberi kesempatan untuk menjelaskan semua itu padamu. Jadi aku juga berterima kasih padamu, Goro.” “Oh, ya, aku juga penasaran mengapa kau menamai dirimu sendiri sebagai Rio, bukankah kau adalah bagian dari diriku? Seharusnya namamu setidaknya punya kemiripan denganku, kan? Atau bahkan seharusnya kau masih belum memiliki nama sendiri, kan? Seharusnya aku yang memberimu nama, jadi kenapa?” “Kalau soal nama, itu karena keinginanku sendiri, aku menggunakan kesadaranku sendiri untuk memberi nama pada diriku sendiri agar aku bisa menjadi pribadi yang utuh sepertimu, Goro. Dan menurutku, Rio adalah nama yang keren, karena saat bayi, kau sering sekali mengeluarkan kata-kata acak seperti ‘Rioaaaaaaaa’ atau ‘WiwiwiRiozazaza’ dan aku jadi berpikir, sepertinya itu boleh juga, begitulah, hahahahahah!” Dan Rio malah tertawa terbahak-bahak saat ia mengingat asal-muasal dari namanya sendiri, aku juga sampai menahan tawaku, aku tidak pernah menduga kalau namanya terinspirasi dari kata-kata saat aku masih bayi. Bukankah itu sangat konyol? Tapi terserahlah, setidaknya rasa penasaranku sudah berkurang. “Oke, karena aku sudah mendapatkan berbagai jawaban dari berbagai pertanyaanku, aku sudah lega dan sudah siap menghadapi dunia baruku. Jadi, ayo kita masuk ke dalam bersama, menemui Sang Mentor Sihir.” “Tidak. Tunggu dulu, Goro,” Rio tiba-tiba menarik punggungku saat aku hendak melangkahkan kaki mendekati gerbang untuk membukanya. “Aku lupa soal ini, tapi kita harus lebih berhati-hati di sini.” “Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba berkata begitu?” “Maksudku, kita tidak boleh sembarangan menyentuh atau membuka segala benda yang ada di sini, karena meski samar-samar, aku masih mengingatnya dengan jelas bahwa mentor yang akan kita temui memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi, dan mempunyai temperamen yang sangat tinggi pula. Kau akan membuatnya sangat marah jika sembarangan menyentuh dan membuka gerbang rumahnya, Goro.” Menaikan sebelah alisku, aku menghela napas kesal. “Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita hanya berdiri saja di sini dengan berharap mentornya datang dan membukakan gerbang rumahnya untuk kita?” tanyaku dengan jengkel pada Rio.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD