Enam

1341 Words
ENAM Untungnya Fio sudah bisa ia tinggal lagi dan mau dititipkan pada Bu Sarah jadi Ifa bisa bekerja kembali. Ifa yang baru saja istirahat di kantin tiba-tiba seseorang memanggilnya. "Heh kamu! Sini! "suruhnya pada Ifa. Ifa menoleh ke belakang menatap seorang wanita memakai pakaian seragam yang sama dengannya serta wajahnya dipenuhi oleh polesan make up. Ifa langsung berdiri dan menatap wanita itu yang kini sudah ada di depannya sedang berkacak pinggang menatap garang dirinya. "Kenapa ya mbak? "tanya Ifa sopan walau dihadiahi pelototan tajam oleh wanita itu. " Kenapa-kenapa katamu hah! Kamu tak ingat kemarin? Udah nggak masuk kerja malah enak-enakkan istirahat. "wanita dengan name tag Monita menatap tajam ke arah Ifa. " Lhah inikan sudah waktunya istirahat mbak. Nanti bisa dilanjut kerja lagi, "balas Ifa dan tetap tersenyum sopan walau dibalas tatapan tak suka dari Monita.. " Udah mulai berani ya kamu! Sana kerja lagi! Ini sebagai hukuman kamu karena kemarin tidak bekerja. Kamu tak tau hah kalau saya ketua dari office girl di sini?! "teriak Monita yang membuat beberapa office girl dan office boy melihat ke arahnya tapi hanya melihat saja tak ada yang membela Ifa karena tak mau ikutan urusan Monita. " Baik saya akan bekerja lagi tapi beri saya waktu untuk makan siang mbak, "pinta Ifa menatap mohon pada Monita. " Tidak ada waktu istirahat pokoknya cepat bekerja kalau tidak saya bisa melaporkanmu! Kalau kamu pekerja pemalas di sini! "Monita melengos pergi meninggalkan dirinya mematung disini. Ifa akhirnya membatalkan pesanan makannya pada ibu kantin. Kantin di sini memang khusus untuk para office boy dan office girl ketika sedang waktunya makan atau beristirahat. Ifa berjalan mengambil sapu dan kemoceng di tempat alat-alat kebersihan. Ifa memegang perutnya yang terasa sangat lapar sekali dan tubuhnya kian melemas pula. Ifa berjalan tertatih-tatih menuju lift. Ifa akan membersihkan ruang sekretaris. Setelah lift berdenting bertanda sudah terbuka, Ifa langsung berjalan masuk ke dalam ruangan itu yang nampak kosong mungkin saat ini Bu-Rose sedang makan siang. Sesekali kedua matanya mendongak ke atas menahan agar air matanya agar tidak jatuh. Andai dirinya punya otak pintar dan bisa masuk kuliah secara gratis mungkin nasibnya tidak seperti ini. Itu hanya kata andai dan andai saja. Ifa membersihkan meja kerja Bu Rose dengan kemoceng setelah selesai dirinya langsung menuju ke arah jendela besar diruang itu. Tetapi beberapa detik kemudian tubuhnya ambruk bertepatan seseorang masuk ke dalam ruang kantor itu dan berteriak terkejut. ... Kedua mata itu mengerjap beberapa kali lalu ia membuka matanya seraya memegang kepalanya karena pusing dan memegang perutnya yang mulai lapar sekali. Dirinya juga mencium bau minyak kayu putih di kepalanya serta bawah hidungnya. "Sudah sadar rupanya? "Ifa langsung menoleh ke samping dan betapa terkejut dirinya ternyata Tn. Radhika berada diruang ini. Ifa langsung mengambil posisi duduk dan kepalanya menunduk sopan. " Bentar lagi makananmu akan datang kesini. " " Kalau waktunya makan ya makan, niat kerja nggak sih ? Kerja saja gak becus. Kamu mau saya pecat dari perusahaan ini? "tanya Kayden menatap tajam ke arah Ifa.  Tapi sebenarnya dirinya juga tak tega melihat wajah pucat Ifa, tubuh yang sangat kurus. Kayden berpikir tak mungkin jika Ifa memaksa bekerja pada waktu makan siang. Ia harus tahu semua ini. Sungguh Kayden bukan orang yang pemaksa kerja rodi layaknya penjajahan jaman dahulu pada karyawannya. "Maaf pak saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong jangan pecat saya. "Ifa tiba-tiba berlutut di hadapan Kayden menunduk ke bawah dan menangkupkan kedua tangannya. Kayden langsung memegang pundak Ifa dan menyuruhnya untuk berdiri. " Astaga jangan lakukan ini. Kamu tidak saya pecat hanya masalah sepele seperti itu. " " Terima kasih pak. "Ifa menunduk seraya mengusap air matanya. Tok tok tok " Masuk! "perintah Kayden pada seseorang yang baru saja mengetuk pintu. Masuklah seorang office boy  sambil kedua tangannya membawa nampan. Office boy itu meletakkan nampan yang berisi makanan dan minuman di atas meja. " Permisi Pak emm Mbak, "pamit office boy itu sopan pada kedua orang di depannya. " Eh sini kamu!" suruh Kayden pada office boy itu. Office boy itu langsung menghadap pada Kayden. "Kamu kenal dia kan? "tanya Kayden sembari menunjuk Ifa yang berada di depannya. Office boy tersebut mengangguk menjawab pertanyaan Kadyen. " Siapa yang memaksa dia kerja saat waktunya makan siang? " " emm mbak Monita pak, "balas Office boy itu gugup. " Sialan wanita ular itu! "decak Kayden lalu menyuruh office boy itu pergi. Ifa masih menunduk di hadapannya. " Kamu makan dulu! "perintah Kayden pada Ifa. " Tapi nanti Bu--" "Itu gampang. Kamu nggak lupa kan saya CEO di perusahaan ini? " " Tidak pak. " " Baik kalau begitu. "Kayden langsung keluar dari ruang sekretarisnya dan akan menemui seseorang. Ifa menatap punggung Kayden yang kian menjauh. Sungguh hati Ifa terasa menghangat atas perilaku CEO itu padanya tapi Ifa tak ingin terlalu percaya diri. Bagaimanapun Ifa adalah wanita yang mudahnya baper, Ifa melihat makanan yang enak itu sungguh perasaan Ifa tadi kian membaik atas perilaku CEO-nya sangat baik padanya yaitu memberikan makanan enak dan gratis pula. Ifa langsung melahap makanan itu seperti orang tak pernah makan. Ifa sangat lapar saat ini. Kayden belum pergi sepenuhnya tadi dirinya ingin melihat Ifa dahulu, tuk memastikan kalau wanita itu makan dan Kayden pun tersenyum lebar melihat Ifa yang saat ini semangat memakan makanan yang ia pesan tadi. Kayden memegang dadanya yang berdebar, ini bukan pertama kalinya karena Kayden pernah merasakan perasaan ini sebelumnya pada wanita yang ia cintai dulu tapi itu dulu sekarang perasaan itu datang lagi pada wanita yang berbeda. Yaitu wanita janda yang sedang melahap makanan yang ia lihat saat ini. Kayden yang baru saja keluar dari Lift langsung menuju ruang office girl dan betapa kagetnya dirinya melihat Monita duduk santai sedang bergosip ria bersama teman-temannya. "Oh jadi begini kelakuanmu saat bekerja? "tanya Kayden santai melihat Monita yang nampak kikuk di depannya ini sedangkan teman-temannya yang lain sudah pergi dengan membawa peralatan kebersihan masing-masing. " Pak Kay! "Pekik Monita menatap terkejut ke arah asal suara yang familiar diindra pendengarannya. Kayden memejamkan matanya ketika mendengar panggilan itu dari mulut seseorang yang sangat ia benci sampai saat ini. Kayden menatap nyalang ke arah Monita yang nampak senyum menggoda di depannya sekarang. " Kamu sudah saya beri pekerjaan tetapi ini ya caramu bekerja hah! "bentak Kayden dan itu tak membuat Monita takut padanya malah sekarang memegang kedua pundaknya dengan tangannya. " Kenapa kamu tega sama aku Kay? Aku sudah minta maaf berulang kali padamu tapi kenyataannya kamu malah membuat hidupku susah begini? "Monita menangkup kedua sisi pipi Kayden. Kayden masih menahan amarahnya sebelum amarah itu akan berada dipuncak. " Itu salahmu sendiri bermain belakang padaku! "Kayden langsung mendorong tubuh Monita hingga wanita itu terjungkal ke belakang ketika akan mencium bibirnya. Biarkan orang bilang dirinya lelaki b******k yang bermain tangan pada seorang wanita sebab wanita itu sudah membuatnya emosi dari dulu. " Dasar wanita tidak ada harga dirinya! Sekarang aku pecat kau dari tempat kerjaku! Ingat saja jika kau berulah lagi akanku buat hidupmu lebih menderita dari ini. Cepat kau kemasi barangmu dan pergilah yang jauh bahkan lebih baik pergi dari negara ini! "teriak Kayden kencang membuat beberapa orang menatap padanya karena ruangan office girl ini terbuka maupun office boy tetapi letaknya paling belakang. Monita bergidik takut lalu segera ia pergi dari tempat ini dan dirinya tak mau lagi berulah mungkin ini terakhir kalinya karena hidupnya sudah tak bisa hidup enak seperti dulu saat masih pacaran bersama Kayden. Saat di mana dirinya hidup enak di keluarganya namun karena ulahnya di masa lalu membuat hidupnya serta keluarganya menjadi hancur. Kayden menyuruh salah satu office boy untuk mengambil scooter kesayangannya yang tak sengaja tertinggal di taman perusahaannya. Sambil menunggu office boy itu kembali Kayden melihat semua karyawannya yang sedang bertugas. "Ini pak scooternya. "office boy itu meletakkan scooter di hadapan CEO-nya. Kayden langsung melajukan scooter itu untuk berkeliling di perusahaannya. Kayden selalu suka mengawasi beberapa karyawannya saat bekerja. Kayden yang mempunyai dua sekretaris pun juga tak terlalu memberatkan karyawannya dan Kayden selalu bagi tugas secara adil. Kayden juga terkenal ramah daripada ayahnya yang tak pernah tersenyum pada karyawannya dan Kayden bisa tegas pada karyawannya jika kerjaannya hanya malas-malasan. ... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD