1

1418 Words
Kelasnya hari ini sudah selesai, dan sekarang ia sedang duduk di kafetaria yang ditemani satu cup ramen dan jus jeruk kesukaannya sembari menopang dagunya dengan pandangan yang menatap lurus keluar.   Holly sebenarnya sedang menunggu temannya yang berada di perpustakaan. Tapi setelah dua puluh menit ia menunggu temannya itu, Holly berniat untuk meninggalkan temannya.   Ia sangat ingin sekali untuk berada di kamar kesayangannya dan tidur sepuasnya.   Mumpung hari ini ia juga tidak ada bagian untuk bekerja di apoteker yang sudah setahun belakangan ini menjadi tempat kerjanya.   "Holly, maaf aku lama. Hehe, tadi Welby lama sekali di kamar mandi. Niatnya sih tadi aku ingin meninggalkannya."   Holly mendongak dengan wajah lesunya begitu mendengar suara Jeffrey. Ia melirik Welby yang sedang menyengir lebar.   "Ayo, aku ingin pulang. Jae, bisa tidak besok saja kau mentraktir makanannya? Aku sungguh lelah hari ini."   Jeffrey yang sudah duduk, mengangguk mengerti dan senyum yang menampilkan lesung pipinya yang sudah menjadi ciri khasnya.   "Yaah, kenapa besok? Padahal hari ini aku sengaja tidak makan dari pagi karena Jeffrey akan mentraktir." Ucap Welby.   "Kau makan saja ini. Lumayan buat ganjal perut." Holly menyodorkan ramennya pada Welby.   "Tapi ini tidak membuatku kenya-"   "Makan sajalah. Apa kau mau masak di rumah Holly nanti?"   Welby menggeleng, ia lalu menerima ramen Holly dan memakannya.   "Semalam aku bertemu dengan pria aneh."   Jeffrey dan Welby mengalihkan pandangan mereka begitu Holly mulai bercerita.   "Dia membeli kondom dan kau tau apa yang dia bicarakan?"   Keduanya dengan bersamaan menggeleng.   "Pria itu mengajakku melakukan seks secara tidak langsung."   "Ha?" Jeffrey mengernyitkan dahinya. "Maksudmu secara tidak langsung itu memangnya dia mengajaknya seperti apa?" Jeffrey bertanya dengan posisinya yang menopang dagu.   "'Berikan aku kenikmatan dari tubuhmu.' Dia bilang seperti itu. Awalnya kukira dia pria yang baik-baik walaupun pria itu menyebutkan kakakku yang membelinya makanya ia meminta tolong pada pria itu. Tapi mereka berdua sama saja. Sama-sama bejat."   Jeffrey terdiam mendengar kalimat terakhir Holly.   "Perawakannya sama seperti orang kantoran biasanya. Kurasa dia masih muda. Bahkan menurutku, dia denganmu masih mudaan pria itu."   Sebuah kalimat tersebut membuat Jeffrey cemberut. Ia memundurkan tubuhnya dan menatap malas Holly dan Welby yang tertawa.   "Tapi aku serius, Jae. Dia sepertinya masih muda. Sempat juga aku mengaguminya sebelum pria itu berbicara seperti tadi."   "Iya, iya. Tapi bagaimana bisa pria itu mengenali kakakmu?" Tanya Jeffrey.   Holly menaikan bahunya dan kembali menyeruput jusnya. "Ia bilang sih rekan kerja."   "Tunggu, tunggu. Kalau dia rekan kerja kakakmu, berarti pria yang kau maksud seorang pengusaha juga dong?"   "Kemungkinan seperti itu."   "Kau tidak menanyakan lagi kabar orang tuamu?" Tanya Jeffrey setelah mereka cukup lama berdiam.   Holly melirik Jeffrey yang menatapnya. Ia menggeleng dan memasukan alat tulis dan bindernya kedalam tas.   "Mereka sibuk, kupikir."   Jeffrey menghela napasnya dan menyenderkan tubuhnya.   "Kau terlalu cuek dengan keluargamu sendiri."   Holly senyum singkat. "Yeah it's me."   Welby beranjak sembari mempersilahkan Holly keluar. Begitupun dengan Jeffrey yang mengikuti Holly dari belakang.     "Chanri, sekali lagi aku minta maaf padamu. Kau tau hari ini aku libur. Lagipula kau bisa saja minta tolong pada Minhee."   "..."   Holly menggigiti bibirnya seraya beranjak dari ranjangnya.   "Kalau begitu kau izin saja dengan kepala apoteker. Aku yakin ia mengizinkanmu."   "..."   "Dia pasti akan mengerti, Chanri. Mana ada atasan yang tega membiarkan pegawainya meninggalkan ibunya yang sedang sakit?"   "..."   "Ya, sama-sama. Jangan lupa kau kabari Minhee untuk menggantikanmu."   "..."   Holly menghempaskan ponselnya ke ranjang. Ia kemudian keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur.   Rasanya malam ini ia merasa sangat lapar. Padahal dia sudah makan tiga cup ramen yang berukuran jumbo.   Holly kembali melamun sembari menunggu ramennya matang. Ia berbalik badan dan memandang pemandangan di luar sana. Lampu yang berkelap-kelip dari atas sana sangatlah indah.   Kriing kriing   Hollyeol tersentak begitu mendengar suara bel rumahnya. Sebelum membuka pintu, ia terlebih dahulu mematikan kompor.   "Ada apa?" Tanya Holly datar setelah membuka pintu.   Pria di depannya menunjukan senyuman lebarnya, ia mengangkat sebuah kantong plastik ukuran besar dan menerobos masuk kedalam apartemen Holly.   "Kenapa kau masak ramen malam-malam begini?!" Seru Chadric.   Holly menutup pintu dan mengangkat panci dari kompor dan ditaruhnya keatas meja makan. "Karena aku lapar."   Chadric melirik adiknya yang meniup ramen tersebut. Mengacak rambut adiknya, Holly berdecak kesal.   "Kau marah padaku?"   "Tidak. Atas alasan apa aku harus marah denganmu?"   "Aku tau Tobey sudah mengatakan sesuatu sebelumnya."   Dahi Holly mengkerut. "Tobey?"   "Pria yang kau temui semalam itu. Dia rekan kerjaku."   "Oh."   "Itu saja?" Chadric merundukan kepalanya.   "Iya. Memangnya aku harus bagaimana lagi?"   "Kau tidak mengatakan sesuatu tentang dia padaku?"   Holly menoleh dan menatap kakaknya. "Tampan, iya. Brengsekpun iya."   "Kenapa kau bilang b******k? Kau saja baru pertama kali melihatnya."   Holly menggigit bibirnya dan kembali melanjutkan makannya. Kalau ia bilang pada Chadric, Holly pastikan akan menghabisi Tobey.   "Karena pertama kali aku melihatnya, aura gelapnya sudah aku rasakan."   "Sok pintar kau. Dia tidak seperti yang kau bayangkan. Tobey orang yang baik-baik."   Baik pantatku iya.   Holly mengangguk saja tanpa mau meladeni pembicaraan yang tidak penting, menurutnya.   "Ah iya, aku bawakan bahan-bahan masakan yang kau pinta. Ayo masak!" Seru Chadric, tak lupa juga menarik tangan Holly yang sedang menyuap kedalam mulut gadis itu.   "YAK! JANGAN MENARIK TANGANKU! KAU LIHAT, BADANKU JADI TERASA PANAS KARENAMU!" Ceplos Holly dan menghentak kesal.   Baju hitam bagian atas sudah basah karena kuah ramen yang disebabkan kakaknya. Sedangkan Chadric, dia hanya tersenyum lebar dengan watadosnya.   "Ck! Aku harap kau cepat-cepat menikah dan tidak lagi menggangguku."   "Tidak mau. Aku hanya ingin terus mengganggu adik kesayanganku."   "Oppa! Jangan mulai bertingkah menggelikan!" Seru Holly ketika Chadric membuka lengannya. "Mau makan atau tidak?" Chadric mengangguk. "Diam dan jangan menggangguku." Cetus Holly.   Chadric mengikuti Holly yang sedang mengiris sayuran. Ia menyender pada meja makan dan melipat tangannya.   "Yeol," panggil Chadric.   "Apa?"   "Kalau aku ajak temanku makan bersama, kau keberatan tidak?"   Holly menoleh sebentar dan melakukan kembali aktifitasnya. "Siapa? Pria atau wanita?"   "Kau akan tau nanti. Yasudah aku tidur dulu. Kalau temanku datang, bangunkan aku, ya?"   Holly mengangguk tanpa melihat Chadric. Ia rasa sekarang keadaan buruk akan terjadi pada dirinya setelah malam ini.     . .   Kriing kriing   Holly buru-buru pergi keluar dan membuka pintu tanpa melihat dulu siapa yang datang. Karena pesan dari Chadric masih terlibat dipikirannya.   Namun sekarang ia menyesal setelah membuka pintu dan menyesal tidak mengecek siapa yang bertamu.   Seorang pria kemarin itu datang dengan satu kantung plastik dan Holly sedikit mengintip kedalamnya.   Soju?   "Kau tidak mempersilahkan tamu untuk masuk?"   Pertanyaan itu sukses membuat Holly gelagapan. Sepertinya ia kepergok oleh pria tersebut.   Dengan berat hati, ia melebarkan pintu dan membiarkan pria itu masuk duluan.   "Dimana kakakmu?"   Holly mendongak dan mendapati Tobey yang celingak-celinguk mencari keberadaan Chadric.   "Sebentar, aku panggilkan."   Holly masuk dan membanting pintu membuat Tobey dan Chadric yang sedang tiduran terlonjak.   "Yaak! Bangun kau kakak biadab!"   Gadis itu menendang p****t Chadric sehingga pria itu terbangun.   "Kenapa kau mengajak dia ha? Kau tau aku tidak menyukainya!" Seru Holly setelah melihat Chadric bangun. Tentu saja suaranya tidak menjerit keras.   "Apa sih yang tidak kau sukai? Dia orang baik. Kau pasti menyimpulkan dia tidak baik karena Tobey beli kondom yang nyatanya untukku, ya kan?"   Holly mendengus dan mengusap wajahnya kasar. Entah ada apa dengan dirinya malam ini kalau dirinya sekarang sensitif sekali dengan pria itu. Kalaupun Holly katakan sekarang, pasti pria itu akan diusir dan gadis itu masih mempunyai rasa kasihan walau pria itu sudah melontarkan kata-kata yang sangat kurang ajar padanya.   "Cepatlah keluar." Ketus Holly meninggalkan Chadric yang mulai beranjak ke kamar mandi dalam kamar Holly.   Gadis itu melirik sekilas keberadaan Tobey yang sedang menyender di meja makan sembari memainkan ponselnya.   "Hampir saja masakanmu gosong tadi kalau aku tidak cepat-cepat mematikannya."   "Oh. Terima kasih."   Kini Tobey memandang Holly yang memunggunginya, ia melihat dari bawah sampai atas Holly dengan teliti.   Memakai celemek navy, baju kaos hitam dan celana selutut. Benar-benar sederhana. Itu yang ada dipikiran Tobey.   "Jangan melihatku seperti itu." Cetus Holly yang menyadarkan Tobey. "Apa yang kau lihat? Aku tidak akan melakukan apapun untukmu. Ingat itu!"   Tobey menaikan sebelah alisnya. Namun ia teringat sesuatu. Mungkin gadis itu berkata seperti tadi karena ucapannya kemarin, dan Tobey mempunyai ide gila yang akan ia sesali seumur hidupnya dan tidak akan pernah berhenti melakukannya pada Holly.   "Aku tidak pernah berkata seperti itu hari ini. Jika kau memintapun aku tidak masalah untuk melakukan diatas meja makanmu sekarang."   Seringaian Tobey muncul begitu melihat reaksi Holly yang mematung di tempat dan memunggunginya. Kemudian ia berdiri dibelakang Holly dan melingkarkan tangannya pada pinggul Holly.   "Aku rasa kau sepertinya tidak akan membosankan jika bermain bersamaku. Apalagi diatas tubuhku." Bisik Tobey lalu meniup telinga kiri Holly.   Tentu saja gadis itu merinding, ia menyesali pada dirinya sendiri kenapa dia tidak bisa menggerakan tubuhnya. Ia bisa saja menampar ataupun kalau ia mau untuk menendang aset pria itu sekarang juga. Tapi setelah pria itu melakukan aksi yang menurutnya sangat aneh pada tubuhnya, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdiam diri dan terus merinding akan dirty talk milik Tobey.   "See? Bahkan kau menikmati apa yang aku perbuat padamu."   "Ka..kau bisa tidak menyingkir dariku? Kau hanya orang gila seks dan asing bagiku!"   "Darimana kau tau kalau aku seorang gila seks yang seperti kau katakan? Kau menguntitku?"   Holly menggigit bibir bawahnya ketika tangan pria itu mengelus leher sampai lengannya.   "Diamlah! Aku tidak ingin membuat keributan."   "Oke," Tobey mundur beberapa langkah dan saat itu juga Holly balik badan dan menatap benci pada Tobey. "Jangan melihatku seperti itu." Ucap Tobey dengan meniru ucapan Holly padanya.   "f**k off from me, dickhead!"   "Oh, sure. I'll give it to you soon."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD