Aileen Terluka

1090 Words
Di sebuah rumah sakit Rs. Murjani di kota Jakarta, terlihat Bara sedang menuju ke rumah sakit tersebut mengunakan mobilnya dengan cukup laju karena sangat khawatir dengan luka yang di miliki Aileen. Darah yang tidak berhenti dari tadi membuat Bara hampir tidak bisa bernafas karena Bara tidak ingin gadis itu meninggal kehabisan darah karena menolongnya barusan di pantai. Bahkan pikiran Bara pun sudah dimana-mana sekarang dan Bara pun hampir saja melewati rumah sakit tersebut saking pikirannya kacau. "Tenanglah, kita akan segera sampai di rumah sakit sekarang!" ucap Bara memegang tangan Aileen dengan tanpa sengaja dan Aileen pun langsung saja menarik tangannya dari gengaman Bara karena menurut Aileen itu hal yang tidak ingin ia lakukan kepada laki-laki dengan sembarangan. Bara yang melihat reaksi Aileen terhadapnya menjadi tidak enak hati dan terlihat Aileen secara terang-terangan tidak menyukainya, padahal selama ini semua gadis sangat menginginkan sentuhannya. Namun, gadis di sampingnya itu membuat Bara semakin penasaran dengan sifat Aileen yang terlihat diam dan cuek itu sebenarnya seperti apa?. "Padahal dia sendiri yang seharusnya lebih tenang," gumam Aileen dalam hatinya. Sepanjang perjalanan, Aileen tidak pernah mengkhawatirkan kakinya yang terluka dan banyak mengeluarkan darah dari tadi karena menurut Aileen itu hanyalah luka yang kecil dan biasa-biasa saja baginya. Tapi, Aileen sangat heran dengan laki-laki di sampingnya yang lebih mengkhawatirkan dirinya yang terluka dan Aileen sangat tidak menyukai hal itu. Terlihat Bara sangat sibuk mengambil kursi roda dan menurunkan Aileen dari mobil, lalu mendudukkan Aileen ke kursi roda supaya sangat mudah bagi Bara membawa Aileen ke ruangan dan untuk segera diobati lukanya. "Dok, segera obati lukanya!" perintah Bara dengan sangat tegas, namun tanpa sengaja dokter tersebut mengabaikan Bara karena sangat sibuk mengurus beberapa pasien yang baru saja mengalami kecelakaan parah. "Kurang ajar! Berani-beraninya mereka mengabaikan aku!" gumam Bara dengan amarah yang sangat besar. "Apa kalian mengenal Bara Pramana Wijaya?!" tanya Bara dengan sangat nyaring sehingga semua orang menghentikan pekerjaan mereka sebentar. Mendengar nama belakang 'Pramana Wijaya', semua dokter yang bekerja di rumah sakit itu terdiam karena nama tersebut adalah orang yang paling berkuasa di kota Jakarta termasuk di rumah sakit tempat mereka berkerja saat ini. Selama ini Bara tidak pernah membiarkan orang lain mengetahui nama belakang keluarganya karena menurut Bara itu semua tidaklah penting baginya dan Bara tentu saja tidak ingin bergantung dengan nama belakang keluarganya. Bara ingin hidup dihormati bukan karena mendengar nama belakang keluarganya, melainkan Bara ingin dihargai layaknya orang-orang biasa yang hidup sederhana di kota itu. Walaupun menjadi seorang CEO di perusahaan The Most Wijaya, namun kekuasaan yang Bara miliki tidak sebanding dengan harta kekuasaan orang tuanya. Maka, dari itulah jika ia menyebut nama belakangnya semua orang akan terdiam membisu karena ketakutan, selain memiliki harta kekayaan yang berlimpah kedua orang tua Bara juga merupakan sosok yang sangat menakutkan dan terkenal kejam di kota itu. "Sepertinya dia keluarga Pramana Wijaya!" bisik salah satu dokter. "Kamu benar, sebaiknya kita jangan sampai melakukan kesalahan apapun!" balas suster itu. "Cepat sediakan satu kamar VIP!" Bara pun memberi perintah lagi setelah semua orang terdiam membisu, kecuali para pasien yang sedang mengaduh kesakitan karena luka yang berada di tubuh mereka. "Ba-baik, Tuan," ucap Dokter Ibrahim dengan terbata-bata. "Lalu, apa yang kamu lakukan sekarang? Segeralah mengobatinya!" ucap Bara yang sudah hampir kehilangan kesabarannya dan kali ini Bara sudah tidak dapat lagi menahan dirinya untuk tidak memberitahukan identitas dirinya kepada banyak orang. Itu semua Bara terpaksa melakukannya karena keadaan yang saat ini harus memaksa dirinya mengatakan semuanya. Sekarang Bara bergegas mengikuti Dokter Ibrahim dari arah belakang, dan dengan satu suster di sampingnya. Sedangkan Aileen sedang di dorong oleh Dokter Ibrahim menuju ke kamar yang diinginkan oleh Bara sendiri. Aileen dari tadi hanya bisa diam saja melihat apa yang sedang Bara lakukan dari tadi dan Aileen cukup malu dengan tingkah Bara yang tidak memiliki sopan santun sama sekali kepada orang-orang, ingin rasanya Aileen pergi jauh-jauh dari hadapan Bara. Namun, Aileen tahu Bara tidak akan pernah membiarkannya pergi. Apa lagi selama bersama Bara cukup lama hari ini, tentu saja sudah jelas laki-laki itu sangat keras kepala dan menjengkelkan. Sesampai di ruangan itu, Dokter pun mengambil peralatannya untuk segera mengobati Aileen. Namun, ketika Dokter Ibrahim ingin melakukan tugasnya seketika Bara menghentikan Dokter Ibrahami. "Tunggu!" ucap Bara spontan. "A-ad apa, Tuan?" tanya Dokter Ibrahim yang masih saja terbata-bata karena ia sangat takut jika dirinya melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar dan membahayakan dirinya termasuk pekerjaanya sendiri. Ibrahim tidak menginginkan hal itu semua dan Ibrahim berharap Bara tidak akan memecatnya. "Kamu keluarlah! Dan biarkan Suster yang melakukannya!" perintah Bara dan terlihat Dokter Ibrahim bernafas dengan sangat lega karena apa yang ia pikiran tadi ternyata salah besar. Brian tidak membiarkan Dokter Ibrahim untuk mengobati luka Aileen karena pakain yang Aileen pakai saat ini benar-benar sangatlah terbuka dan untungnya Bara memakaikan jaketnya ke tubuh Aileen, sehingga tubuh Ailen sangat seksi itu tidak terlalu nampak. Tapi, bagaimana pun Aileen adalah seorang gadis yang sangat cantik, tetap saja menjadi pusat perhatian para laki-laki yang siapa saja melihatnya. Setelah mendengar perintah Bara barusan, Suster itu pun langsung saja melakukan tugasnya dengan sangat baik dan hingga luka Aileen pun terjahit dengan sangat baik, bahkan darah yang berulang kali mengalir sepanjang perjalanan kini sudah tidak ada lagi dan sekarang Bara sudah bisa bernafas dengan sangat lega, setelah melihat semua keadaan Aileen baik-baik saja. "Apa tidak ada luka yang lain selain ini?" tanya Bara dan Aileen mengelengkan kepalanya saja karena sangat malas berhadapan dengan Bara. "Syukurlah," ucap Bara sambil mengelus dadanya. "Sekarang berbaringlah dan beristirahat," ucap Bara memberi perintah. "Aku ingin pulang sekarang," ucap Aileen. "Aku tidak mengijinkan kamu pulang sebelum keadaan kamu sudah benar-benar membaik!" ucap Bara dengan tegas. "Hei! Kamu siapa aku? Sampai berani-berani melarangku dengan seenaknya!" ucap Aileen yang tidak bisa menerima perintah Bara. "Aku?" tunjuk Bara dengan dirinya sendir. "Bara Pramana Wijaya!" lanjut Bara lagi. "Aku tahu. Ah! Sudahlah! Tolong biarkan aku pulang dari rumah sakit ini!" pinta Aileen dengn sangat malas. "Silahkan!" ucap Bara dan dengan senang hati Aileen mendengarnya. "Tumben!" ucap Aileen, tapi Aileen tidak melihat senyuman devil Bara yang terukir saat ini dan Aileen tidak sadar mengapa Bara membiarkannya pergi dengan sangat mudah sekarang. "Tunggu! Lalu siapa yang membayar biaya pengobatanku jika bukan dia?" gumam Aileen yang seketika berhenti turun dari kasurnya, Aileen teringat bahwa dirinya tidak memiliki dompet ataupun ponsel saat ini. Sehingga Aileen membatalkan niatnya untuk beranjak pergi dan akhirnya Aileen merebahkan tubuhnya dengan keadaan yang sangat terpaksa. Bara hanya tersenyum kecil melihat Aileen karena Bara sangat tahu apa penyebab Aileen tidak jadi pergi dari rumah sakit itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD