Bab 1 : Alasan mengapa bunga itu beracun

874 Words
Hari itu, semuanya terlihat merah… api merambat cepat membakar gorden dan karpet serta orang-orang. Darah menggenang bagai sungai di sekujur lorong…           “Tuan putri kemari!!” teriak seorang prajurit yang memakai armor menutupi hampir seluruh tubuhnya.              “Tapi!! Papah dan mamah!!” Aku berteriak histeris, mencoba melepaskan diri dari genggaman prajurit tersebut, tubuhku yang kecil meronta-ronta tak berdaya di tangannya.              “Mereka sudah… hanya kau yang tersisa…” ucap prajurit itu menyesal, ku bisa melihat dari celah helm yang di kenakannya, mata itu menitikan air mata.              Kemudian dia berlari sambil membawaku di tangannya ke ruang bawah tanah, melewati jalan rahasia yang hanya diketahui royalti dan orang-orang kepercayaan papah. Hingga akhirnya kami keluar dari bangunan istana, ku melihat kebelakang dan terlihat kastil berwarna merah yang terbakar dan langit yang seperti cermin memantulkan kengerian api yang berkobar.              Sontak aku makin histeris, tangisku pecah membayangkan apa yang terjadi pada rumah dan keluargaku… aku menyadari kini aku sendirian di dunia ini.   ***              Tak berapa lama prajurit itu berhenti berlari ketika tiba di depan sebuah gubuk di tengah hutan, dia akhirnya menurunkan ku yang sudah lemas menangis dan mengetuk pintu gubuk. Seorang anak laki-laki lebih tua sedikit dariku membukakan pintu disusul seorang wanita di belakangnya yang terlihat terkejut melihatku.              Prajurit itu membuka helem besinya, memperlihatkan rambutnya berwarna coklat dan kulitnya yang sudah agak keriput. Barulah disana aku menyadari beliau adalah Rodrick, prajurit kepercayaan papah.              “Kerajaan Icarius sudah…” ucap Rodrick dengan wajah menyesal, wanita yang muncul dari balik pintu langsung memeluknya erat.              “Ayah… anak ini jangan-jangan…” Tanya anak laki-laki.              “Iya, dia satu-satunya yang tersisa… yang mulia tuan putri Erica, maafkan aku telah lancang tapi mulai sekarang demi melindungimu kau harus berpura-pura menjadi anak kami.” Ucap Rodrick sambil membungkuk padaku.              “Putri Erica, perkenalkan aku Rohan… aku berjanji akan melindungi tuan putri segenap jiwaku.” Ucap anak laki-laki itu sambil menepuk dadanya.              “Tuan Putri, saya adalah Hannah… saya istri Rodrick dan ibu dari Rohan” ucap wanita yang tadi.              Walau malam itu dingin dan gambaran merahnya kastil yang mengerikan masih tergambar di kepalaku namun keluarga ini terasa hangat, ku harap tak ada hal buruk yang terjadi pada mereka… begitu pikirku.              Namun, beberapa hari kemudian seseorang muncul di pintu rumah keluarga ini dan menanyakan keberadaan Rodrick, dia mengancam akan membunuh keluarganya jika Rodrick tak juga menyerahkan diri.              Di sudut kamar belakang Rohan menahanku yang ingin berteriak menyerang pada orang suruhan kerajaan Loschen tersebut, Rodrick kemudian muncul dari dapur dan dengan suka rela ikut dengannya, sebelum dia pergi Rodrick mencium kening Hannah dan memeluk kami berdua.   ***              “Aku tak akan pernah memaafkan mereka…” ucap Rohan yang duduk di pinggir sungai, matanya merah habis menangis namun suaranya tidak bergetar sama sekali, anak ini sudah memantapkan tekadnya.              Aku yang duduk di sebelahnya hanya bisa memandang jauh ke memori-memori lama yang pernah ku miliki dengan keluargaku. “Aku juga…” ucapku pelan.              “Kalau sudah dewasa nanti, ayo membalaskan dendam!” ucap Rohan lagi sambil menatapku dengan mata berwarna birunya yang tajam, matanya seakan-akan tembus melalui poni rambutnya yang panjang berwarna coklat.   ***              Aku berjalan di hutan sendirian untuk mencari biji pohon ek, sudah 2 minggu sejak aku tinggal bersama keluarga Fanher, aku pun sudah terbiasa melakukan banyak hal sendirian… awalnya Hannah dan Rohan cemas dan tidak membiarkanku melakukan pekerjaan rumah tapi aku bersikukuh dan akhirnya bisa terbiasa.              Kemudian terdengar suara langkah kaki orang-orang dan suara teriakan. Aku yang penasaran mengikuti suara itu dan melihat prajurit kerajaan Loschen ada di hutan, rasanya darahku langsung mendidih dan jantungku berdetak kencang… amarah dan rasa takut bercampur aduk.              “Yang mulia Pangeran Isaac!! Anda dimana! Tolong kembali ke istana!” teriak mereka, ternyata hanya mencari orang hilang… Aku menutupkan mataku mencoba melupakan semua ingatan dan dugaan buruk dan kembali menceari biji pohon ek.              Ketika ku sedang memungut beberapa biji pohon ek di tanah yang berumput, terdengar suara ranting dari belakangku… ketika ku melihat ke belakang terlihat seorang anak laki-laki seusia ku dengan rambut berwarna ungu pucat dan mata merah yang bersinar terlihat kaget.              Ahh… jadi begitu, inilah pangeran Isaac yang mereka cari-cari, pangeran dari kerajaan yang telah membunuh keluargaku dan kini telah berjalan-jalan santai di hutan kami.              Tanpa pikir panjang aku menjatuhkan keranjang berisi biji pohon ek yang ku kumpulkan dan melompat ke arahnya, aku meletakan kedua tanganku di lehernya, mencekiknya. Isaac meronta-ronta dari genggamanku dan mencoba berteriak namun tanganku yang ada dilehernya lebih kuat dan tanpa sadar aku tersenyum melihatnya kesakitan. Kemudian aku teringat akan mantra sihir yang pernah ibuku ucapkan.              “Ini adalah rahasia leluhur mamah, kau bisa gunakan ini pada orang yang tidak kau sukai…”              “Atas nama raja dari iblis dan dia yang meniupkan kutukan pada angin, Pazuzu. Ku sematkan mata pisau ini padamu, semoga hidupmu dipenuhi rasa sakit dan pengkhianatan… semoga kau melihat kegelapan sama yang kulihat…”              “Aaaaaahhh!!!” Isaac menjerit kencang selesai ku membacakan mantra kutukan, karena takut ketahuan aku segera melepaskan tanganku dari lehernya, namun bekas tanganku membekas hitam bagaikan membakar kulitnya dan dari hitamnya bekas tangan itu muncul tanda berwarna hitam seperti ular yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.              Terdengar suara langkah kaki para yang prajurit semakin mendekat, aku segera mengambil keranjangku dan berlari dari tempat itu… suara teriakan kesakitan Isaac masih menggema di telingaku hingga aku tiba dirumah…

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD