Dapur Arjuna Flame tampak berbeda ketika kosong. Tanpa koki, tanpa dentingan panci, tanpa suara wajan mendesis. Hanya ada dua manusia. Dua ego. Dua obsesi yang sudah terlalu panas untuk disebut sekadar ketertarikan. Kana berdiri tepat di ambang dapur, tubuhnya tegang seperti seseorang yang sadar ia baru memasuki sarang predator—dan predator itu sedang menatap langsung ke jantungnya. Dante mengunci pintu dapur dari dalam. Klik. Suara itu terdengar kecil. Tapi efeknya melesat langsung ke tengkorak Kana. “Kenapa dikunci?” tanya Kana, mencoba terdengar stabil. “Supaya tidak ada yang masuk,” jawab Dante santai, meletakkan kunci di meja stainless steel. “Dan supaya kamu tidak kabur.” “Siapa bilang aku mau kabur?” Dante menatapnya. Tatapan yang mengurai setiap lapisan kebohongan Kana se

