Part 6

2948 Words
Percaya atau enggak, cowok kalau udah sayang sama cewek,   tingkat ke Peka'annya jadi meningkat.   ~Sunarti~ ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------   ***   Starla menutup wajahnya dengan Bantal. Ia tidak bisa tidur memikirkan kejadian di rumah Barra tadi siang. Padahal ini sudah lewat jam 12 Malam.   Sekuat apapunStarla mencoba untuk menutup mata, Hasilnya tetap sama, ia akan bangun dan kesal sendiri dengan kebodohannya itu.   Bagaimana mungkin Starla tidak kesal, kalau dia dengan begitu bodohnya telah mempermalukan dirinya sendiri dihadapan Barra.   Ingat!!! Dihadapan Barra.   Apa kata Barra nanti tentang dirinya?   Bagaimana Dia menghadapi Barra jika mereka bertemu besok?   Lalu, Apa dia bisa menatap wajah Barra?   Terlalu banyak ke kakhawatiran yang berkecamuk dipikiran Starla dan itu semua tidak lain karena Barra.   Ah, kenapa pikiran Starla sekarang seolah berpusat hanya kepada Barra sih? kenapa laki-laki itu beberapa hari ini selalu merajai pikirannya? Apa yang sudah dilakukan Barra hingga membuatnya seperti ini?   Starla kembali menutup wajahnya tapi kali ini ia menelungkup dengan Bantal yang berada tepat di wajahnya. Dengan kesal ia memukul asal bantalnya. Sungguh ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. rasa malu karena kejadian tadi siang benar-benar masih membekas di pikirannya. Ya Tuhan, Starla benar-benar malu.   Deringan nyaring dari ponselnya membuat Gadis itu menghentikan aktifitasnya, di raihnya ponsel itu dengan sedikit malas. Berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan apakah ia harus mengangkat panggilan itu atau tidak. karena mengingat Starla sama sekali tidak mengenali nomor yang saat ini tengah menghubunginya.   Cukup lama Starla berpikir, hingga sang penelfon memutuskan untuk mematikan panggilannya. Namun baru beberapa detik, ponselnya kembali berdering dan nomor yang menghubunginya masih nomor yang sama.   "Halo!" Sapa Starla. Ia akhhirnya memutuskan untuk menerima panggilan itu.   Tapi sampai beberapa saat Starla terdiam, ia belum juga mendengar balasan dari sapaannya dari sebrang sana, atau sekedar mendengar deru nafas sang penelfon. Starla melihat layar ponselnya sekedar  memastikan apakah panggilannya masih tersambung atau tidak. Saat melihat panggilan itu masih tersambung, ia kemudian mendekatkan kembali poselnya ke telinga.   "siapa sih ini? jangan rese deh!" Kesal Starla. Sebelumnya Mood-nya sudah hancur. jadi jangan lagi ada yang membuat Mood-nya semakin hancur. Tapi harapan Starla untuk semua itu sepertinya hanya sia-sia karena  seseorang yang menghubunginya sekarang memutuskan panggilan mereka secara sepihak.   ***   Pagi ini, Starla benar-benar berangkat lebih pagi dari biasanya. Jika beberapa hari terakhir ini Starla berangkat setengah Tujuh, kali ini berbeda, ia berangkat pukul Enam bahkan saat tidak ada siapapun di sekolahnya kecuali pak satpam yang biasa berjaga di gerbang sekolah.   Starla tersenyum tipis menyapa penjaga gerbang sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya masuk ke halaman sekolah. Starla merasa sangat bodoh sekarang entah sejak kapan ia jadi merasa seperti orang yang baru saja melakukan tindakan kejahatan. Padahla jika di ingat-ingat ia sama sekali tidak melakukan apapun yang bisa di kategorikan sebagai kejahatan.   Membuang nafasnya lega. Starla lalu melangkah ke arah kelasnya ia bersyukur bahwa keputusannya untuk datang sepagi ini adalah keputusan yang sangat tepat meskipun sebelum ia berangkat ke sekolah, Starla harus menghadapi pertanyaan dari Bunda dan juga kakaknya yang merasa heran dengan perilakunya.   Tapi sungguh, satu-satunya hal yang paling di inginkan Starla sekarang adalah tidak bertemu dengan Barra ataupun sesuatu yang berhububungan dengan laki-laki itu. Dan sepertinya Starla memang harus banyak bersyukur karena pagi ini doanya itu terkabul.   Starla kembali melangkahkan kakinya menuju kelasnya seraya bersenandung kecil. Suaranya yang lembut terdengar sangat indah di telinga  orang yang mendengarkan.   Bila habis sudah waktu ini   Tak lagi berpijak pada Dunia   Telah aku habiskan   Sisa hidupku hanya untukmu...   Dan Tlah habis sudah cinta ini   Tak lagi tersisa untuk Dunia   Karena telah ku habiskan   Sisa cintaku hanya untukmu...   "Suara Lo bagus!"   Secepat Suara itu menegurnya secepat itu pula Starla langsung berbalik. Ia bahkan mengacungi jempol pada lehernya karena tidak merasakan sakit ketika ia memalingkan kepalanya tadi.   Dan seperti petir yang muncul di siang bolong,  maka seperti itu pulalah perasaan Starla saat ini. hatinya bergemuruh, bukan karena senang tapi karena sesuatu yang coba di hindarinya sejak tadi sudah berdiri di hadapannya saat ini.   "Ka-- Kak Barra?" bisiknya nyaris tak terdengar. Karena tenggorokannya yang terasa tercekat.   Barra tersenyum. Ia berjalan mendekat pada Starla yang masih terkejut dengan keberadaannya.   "Tumben Lo dateng sepagi ini?" Dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa laki-laki itu bersikap seperti biasa, berbanding terbalik dengan apa yang di tunjukkan Starla saat ini.   "Heh?"   Barra lagi-lagi tersenyum, ia mengacak pelan rambut Starla. lalu berjalan mendahului Starla yang masih bertahan dengan ekspresi wajah yang sama. Setelah berhasil menguasai diri dan juga perasaannya gadis itu berbalik menatap punggung Barra yang mulai menjauh dari pandangannya.   Kedatangan Barra benar-benar mengejutkan Starla. Tidak pernah terbesit sedikitpun di pikiran Starla bahwa laki-laki itu juga akan datang sepagi ini.   Menyentuh dadanya pelan. Starla kemudian menggeleng. Ia harus mengakui bahwa efek dari tindakan Barra yang mengacak rambutnya benar-benar dahsyat. Laki-laki itu telah berhasil memporak-porandakkan perasaannya. membuat d**a Starla menghangat sekaligus berdentum begitu keras, serasa ada kupu-kupu yang melayang di perutnya dan itu tidak pernah terjadi sebelumnya.   Setelah Barra benar-benar menghilang dari pandangan Starla. Gadis itu mulai melanjutkan langkahnya. Ia kembali berjalan menuju kelasnya. Tapi kali ini tidak ada Ekspresi ceria yang terlihat di wajah Starla seperti sebelumnya.   Mendudukkan tubuhnya dikursi. Starla kemudian menatap ruangan di dalam kelasnya. Ini memang masih terlalu pagi jika Starla mengharapkan kelasnya akan ramai, karena biasanya rata-rata teman-temannya akan datang pada pukul Setengah Tujuh. Kalaupun ada yang datang sebelum pukul Setengah Tujuh, itu cuman Satu atau Dua orang saja.   Kernyitan bingung di dahi Starla tampak begitu nyata saat gadis itu mengambil ponselnya yang berdering di dalam tas. Nomor yang sama dengan nomor yang menghubunginya semalam.   "Halo!" Sapa Starla.   Dan tidak lama kemudian panggilan itu terputus. Sama seperti semalam orang itu lagi-lagi tidak memperdulikan sapaan Starla. Dan Starla tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya karena merasa di permainkan oleh orang itu. Entah apa maksud dari tindakannya itu tapi yang jelas jika orang itu menghubunginya lagi maka Starla tidak akan mengangkatnya. Ia tidak akan tertipu untuk ketiga kalinya.   Getaran dari ponselnya menyadarkan Starla. Ia meraih ponselnya dan kali ini, hanya sebuah pesan yang masuk.   083140502XXX : Kenapa datang sepagi ini?   Starla mengernyitkan kening bingung membaca pesan singkat dari orang yang tidak dikenalnya.   Ia mencoba mengingat siapa saja yang ditemuinya tadi sebelum sampai ke kelas. Tapi seingat Starla, ia tidak bertemu siapapun Kecuali...   Pak Satpam dan juga...   Kak Barra???   Starla menggeleng cukup keras saat pemikiran terakhir itu terlintas di benaknya. Ia bahkan bisa merasakan lehernya yang terasa sakit karena gelengannya itu.   "Aku yakin ini bukan pak satpam." ucapnya pada diri sendiri.   "Tapi nggak mungkin juga kalau ini kak Barra. Dia nggak mungkin nelfon aku dan dia juga nggak tahu nomor aku!" yakin Starla.   "Tapi kalau bukan dia terus siapa? Masa pak satpam sih?" pikir Starla lagi.   Ia kembali menatap ponselnya yang bergetar, pertanda pesan kembali masuk.   083140502XXX : Ngomong sendiri, lo kayak orang gila!   Starla menatap sekelilingnya. Bagaiaman bisa orang ini tahu, bahwa dia sedang berbicara sendiri? Apa itu berarti Orang yang mengirimkan pesan untuknya ada di sekitarnya?.   Menarik nafas dalam, Starla memutuskan untuk keluar dari kelasnya. Mencari tahu siapa yang sudah menghubunginya. Saat sampai di depan kelas, Starla memfokuskan pandangannya mencari sesuatu yang mungkin terlihat mencurigakan. Tapi sampai beberapa menit ia berada di luar, Gadis itu belum menemukan tanda-tanda apapun.   Okay, Starla mulai takut sekarang. ia seolah berada di Film-film horor yang pernah di tontonnya.   Tidak lama kemudian, Ponsel Starla kembali bergetar. ia membuka pesan yang baru saja masuk dan pesan itu berasal dari nomor yang sama.   083140502XXX : Lo lucu banget kalau lagi panik.   Starla melotot tidak percaya, bisa-bisanya orang ini mengatakan bahwa Starla lucu pada saat panik. Emangnya ada yah orang yang lagi panik tapi kelihatan Lucu?   "Siapa sih? jangan nakut-nakutin deh!" Teriak Starla.   Jujur saja ia jadi merasa horor sendiri, terlebih dengan ruang kelas yang masih kosong disertai dengan Pesan dari orang asing yang tidak di ketahui Starla siapa pemiliknya.   Starla menunduk ia Memijit kepalanya pelan seraya berjalan masuk ke dalam kelas sebelum akhirnya kembali duduk di kursinya.   Ia menekan nomor yang mengirimkan pesan padanya lalu mencoba menghubungi sang pemilik nomor. Jika orang itu tidak ingin memperlihatkan jati dirinya maka Starla akan terus menghubunginya sampai dia ingin bicara pada Starla.   Tidak lama setelahnya, terdengar nada dering dari dalam kelas Starla. Dan saat Starla menoleh ke meja bagian belakang, Ia lagi-lagi tidak bisa menutupi keterkejutannya.   "Astaga!!!” Pekiknya seraya mengusap pelan dadanya. “Sejak kapan kak Barra disitu?” Tanya Starla. Ia tidak melihat Barra masuk lalu bagaimana bisa laki-laki itu duduk disana dengan kaki yang lurus menyilang di atas meja.   "Baru aja."   "Kak Barra masuk lewat mana? Kok Aku nggak lihat."   Barra tersenyum tipis. "Gimana lo bisa lihat, kalau lo panik gitu."   "Jadi Kak Barra yang ngirimin aku pesan?"   "Hmm!!!"   "Terus kak Barra juga yang nelfon aku semalam?"   "Iya. Lo nggak lihat kalau nomornya itu sama." Ujar Barra.   Starla membuang nafas kasar. Bukannya dia tidak melihat. Justru karena Starla melihatnya jadi dia ingin memastikannya sendiri.   "Terus kak Barra ngapain disini?" Tanya Starla.   Barra berdiri dari tempatnya lalu berjalan mendekati Starla. Ia kemudian duduk disamping Starla yang menatapnya heran.   "Emangnya gue nggak boleh dateng kesini?" Tanya Barra.   Starla menggeleng pelan. rasa takutnya mulai menguap tergantikan dengan rasa lega yang luar biasa. Dan saat ini ia tidak ingin membuat suasana hatinya memburuk dengan meladeni Barra yang sepertinya sedang ingin bermain-main dengannya.   Melihat Starla yang terdiam membuat laki-laki itu berdecak. Ia tidak suka di abaikan. Dan lihat apa yang di lakukan Starla sekarang, Gadis itu benar-benar mengabaikan dirinya setelah tadi ia terlihat begitu panik.   "Gue dateng kesini cuman mau mastiin aja, setelah kejadian kemarin di rumah gue, Apa lo bakal ngehindarin gue atau nggak?" Jelas Barra.   Dan pengakuan Barra barusan berhasil menarik perhatian Starla. Kali ini, Starla menatap Barra dengan mata melotot menandakan bahwa ia begitu tidak menyangka bahwa laki-laki itu akan mengeluarkan kalimat seperti itu.   Bagaimana bisa, Barra begitu terang-terangnya mengungkit masalah yang begitu dihindari Starla. Kalau saja Starla tahu bahwa Barra akan menjawab seperti itu, maka Starla tidak akan mau bertanya apa alasan Barra datang ke kelasnya.   Memalingkan wajahnya ke kanan, Starla kemudian berkata; "Lebih baik kak Barra pergi dari kelas aku sekarang."   Dan seakan tidak cukup dengan kalimat yang berhasil membuat Starla seolah ingin menenggelamkan Barra hidup-hidup, laki-laki itu justru menjawab; "kalau gue nggak mau Gimana? lagian, masih ada yang perlu gue tanyain soal kemarin!"   Memalingkan kembali wajahnya menghadap Barra. starla kemudian berkata; "Nggak ada yang perlu di bicarain soal kemarin kak. Dan kak Barra juga harus ngerti kalau aku nggak mau karena kedatangan kak Barra ke kelas aku justru membuat orang-orang jadi salah paham sama kita."   "Terserah. gue nggak perduli."   "Mungkin Kak Barra nggak perduli, Tapi aku perduli. Karena kalau sampai ada yang melihat, maka bukan kak Barra yang akan dibully abis-abisan sama semua penggemar kakak, Tapi aku dan aku udah ngerasain itu."   Barra terdiam beberapa saat bahkan terlalu lama untuk bisa mencerna apa yang di katakan Starla. ia lalu berdiri menatap gadis yang ada di hadapannya.   "Sorry, soal Sela waktu itu." Lalu Barra benar-benar keluar dari kelas Starla. Meninggalkan gadis itu dengan segala keresahan dalam hatinya   'Apa Barra marah padanya?' pikir Starla.   ***   Bella menatap heran Starla yang sejak tadi hanya mengaduk makanan pesanannya. Tidak sesuappun ia memakan makanannya itu.   "Tar, Lo kenapa sih?"   Starla mendongak. Ia kemudian menggeleng lalu kembali mengaduk-aduk makanannya. Pikirannya benar-benar kacau sekarang. seharusnya Starla tidak perlu memikirkan semua itu karena apa yang di katakannya itu tidaklah salah. Tapi melihat Barra yang langsung pergi tadi pagi membuat sebagian dari hatinya merasa bersalah. Apa ucapannya sudah terlalu kasar sehingga Barra memutuskan langsung pergi bahkan tanpa menoleh sekalipun.   Bella membuang nafas pelan. Ia lalu menarik makanan Starla. "makanannya nggak akan abis kalau Lo cuman ngaduk doang kayak gitu." mengambil Alih sendok yang di pegang Starla lalu mencoba menyuapinya. "Nih, makan."   "Apaan sih Bel. Aku bisa makan sendiri nggak usah di suapin gitu deh." Starla kembali mengambil makananya. Dan itu sukses membuat Bella tersenyum tipis. Tapi, belum beberapa lama senyum itu bertengger di bibirnya, Bella kembali melihat Starla yang tidak memakan sedikitpun makanannya gadis itu justru berdiri dari kursinya.   "Bel, kamu makan aja yah aku nggak lapar. Aku ke kelas duluan!" Kata Starla.   Bella menatap bingung Starla sebelum akhirnya ia menyusul gadis itu yang mulai melangkah menjauh.   ***   "Tar, Gue serius yah, sebenarnya Lo kenapa sih, Gue perhatiin hari ini Lo beda banget?" menanyakan hal yang sama mungkin akan terdengar membosankan di telinga Starla. Tapi Bella benar-benar penasaran dengan keadaan Starla sekarang. Gadis itu benar-benar berbeda hari ini dan Bella tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu.   Starla duduk di kursinya. Ia lalu menatap Bella kemudian menggeleng. "Aku nggak apa-apa Bel." Ucapnya seraya menidurkan kepalanya di atas meja kemudian menutup mata. satu hal yang ingin di lakukannya sekarang adalah menghilangkan bayang-bayang tentang Barra di pikirannya walaupun pada kenyataannya sikapnya itu justru membuat bayang-bayang  Barra semakin jelas menari-nari di dalam benaknya.   Keributan yang terjadi di luar kelas membuat Starla membuka matanya pelan. menatap Bella yang juga menatapnya. seolah tahu apa yang ingin ditanyakan Starla, Gadis itu langsung mengangkat bahu pertanda bahwa ia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang.   Tidak lama setelahnya beberapa siswa laki-laki tiba-tiba masuk ke dalam kelas Starla dengan membawa beberapa bungkus Coklat.   Starla terkejut menatap ketiga laki-laki yang masuk ke kelasnya. Ia jelas mengetahui siapa laki-laki itu. mereka adalah tiga laki-laki yang tidak ingin di temui Starla setelah Barra. Laki-laki yang sudah membuat Starla malu setengah mati dan dengan bodohnya Starla begitu mempercayai laki-laki itu kemarin.   "Sorry, gue ganggu bentar." Kata Derry.   Semua Siswi menjadi riuh melihat kedatangan ketiga laki-laki itu.   "Gue tahu kalau beberapa diantara kalian semua sudah ada yang kenal sama kita bertiga. Tapi nggak apa-apa gue bakal memperkenalkan diri lagi. Kenalin, gue Derry. Sedangkan yang di samping kanan Gue ini namanya Yoga dan yang di samping kiri Gue, namanya Alam."   Sorak-sorai kembali terdengar. Tepukan riuh dari orang-orang yang ada di hadapannya memberikan kebanggaan tersendiri di hati ketiga sahabat Barra itu.   "Langsung aja. Gue dateng kesini mau bagi-bagi Coklat buat kalian yang beruntung!" sambungnya.   Dan itu sukses membuat suasana di dalam kelas semakin tidak terkendali. Tapi lain halnya dengan Starla. Gadis itu terlihat tidak tertarik dengan apa yang diucapkan oleh kakak kelasnya itu. Terbukti saat ini Starla justru kembali menidurkan kepalanya di atas meja. Sebenarnya ia ingin memaki Derry abis-abisan karena laki-laki itulah yang berperan sangat penting dalam membohongi Starla kemarin, tapi saat ini Starla cukup tahu diri bahwa ia tidak akan melakukan kebodohan dengan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan teman-temannya. Cukup kemarin ia mempermalukan dirinya dan kali ini ia tidak ingin melakukannya lagi.   "Tapi kalian harus tahu satu hal, seperti yang Derry bilang tadi kalau yang dapet Coklat dari kita itu cuman beberapa diantara kalian yang beruntung. Jadi, Nggak semua orang akan dapet Coklat dari kita." sambung Yoga.   Teriakan keberatan dari orang-orang yang ada di dalam kelas menggema. Menimbulkan kekehan pelan di bibir Yoga.   "Terutama Cowok, mereka nggak akan kita kasih Coklat."   "kenapa?" pertanyaan itu lolos dari salah satu siswa laki-laki yang ada di dalam kelas. Mereka juga tentu berharap mendapatkan coklat gratis.   "Karena mana mungkin cowok ngasih coklat ke cowok hahaha..." gurau Alam. Membuat suasana di kelas menjadi lebih tidak terkendali dari sebelumnya.   "Oke. Kalian tenang dulu." Kata Derry. Menunggu suasana lebih tenang sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Dengar, Yang kita kasih Coklat disini cuman cewek yang punya nama lengkap dengan Huruf awal 'S'. apa disini ada cewek yang punya nama dengan huruf awal 'S'?" tanya Derry.   Sebenarnya hal seperti ini memang biasa terjadi, tapi itu biasanya dilakukan oleh Barra dan ketiga sahabatnya pada saat hari Valentine sekedar untuk berbagi kebahagiaan di hari yang di sebut dengan hari kasih sayang itu. Tapi kali ini sedikit berbeda, tahun ini bahkan sudah lewat hari Valentine dan biasanyapun semua siswa perempuan mendapatkan Coklat tanpa terkecuali, tidak seperti sekarang.   Beberapa dari teman sekelas Starla mengangkat tangan, raut wajah senang mereka tidak bisa mereka sembunyikan setelah mendengar bahwa hanya orang yang memiliki nama dengan huruf awal 'S' yang di bagikan coklat.   "Cuman tiga orang ya?" Tanyanya.   Bella yang melihat teman-temannya yang mengangkat tangan kemudian melirik Starla yang tidak mengangkat tangannya. Gadis itu justru asik menutup matanya menunjukkan ketidakperduliannya.   "Ada empat kak. Yang disebelah aku juga huruf pertama namanya 'S'." tunjuk Bella.   Mendengar Bella yang sepertinya membicarakan tentang dirinya membuat Starla langsung membuka matanya. Ia menatap Bella kemudian mendongak menatap Derry yang juga balik menatapnya.   Derry lalu berjalan menuju teman-teman Starla yang mengangkat tangannya tadi, ia memberikan Tiga bungkus coklat kepada setiap Siswa. Kemudian Derry melangkah mendekati Starla.   "Coklat buat lo." Kata Derry. Ia sebenarnya merasa bersalah dengan Starla karena kejadian kemarin dan menunggu gadis itu untuk mengomelinya karena ia tahu Starla sudah bertemu dengan Barra dan mengetahui bahwa gadis itu telah di bohongi olehnya.   Starla menatap Derry dan juga bungkus Coklat itu bergantian sebelum akhirnya ia menggeleng. "Nggak usah kak, makasih." Dengan tidak mengurangi kesopanannya Starla tetap memberikan embel-embel 'kak' pada kakak kelasnya itu.   "Ambil aja dulu, kalau lo nggak suka nanti lo bisa kasih sama teman lo yang mau." Kali ini giliran Alam yang bersuara.   Dengan kembali menatap tiga bungkus coklat itu, Starla akhirnya mengalah membiarkan tangannya meraih coklat yang di sodorkan Derry sebelum akhirnya laki-laki itu berbalik dan menjauh dari meja Starla.   "Kak Derry."   "Iya." Jawab Derry. Ia berbalik menatap Starla yang memanggilnya.   "Memangnya ada acara apa? kenapa kalian bagi-bagi Coklat?" Tanya Starla. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.   Derry tersenyum tipis. "sebenarnya nggak ada acara apa-apa. Cuman..." Derry menghentikan ucapannya ia tersenyum melihat raut wajah Starla yang penasaran.   Berjalan kembali mendekati Starla, laki-laki itu kemudian mencondongkan tubuhnya, bibirnya berada tepat di telinga Starla, ia kemudian berbisik; "tadi, pas gue sama ketiga sahabat gue lagi di kantin, Barra ngelihat ada cewek yang nggak nafsu makan dan langsung pergi sebelum menyentuh makanannya." Starla menegang ia bahkan bisa merasakan jika laki-laki itu sedang tersenyum sekarang.   "Dan gue yakin, kita berdua sama-sama tahu, Starla, siapa cewek yang gue maksud sekarang!"   Dan perkataannya itu sukses membuat Starla membungkam mulutnya rapat-rapat. Apa benar Barra sengaja membagi-bagikan coklat karena dirinya.   TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD