BAB 6 – Bertemu Amanda

1162 Words
Aku begitu tertegun dengan apa yang kulihat di luar kamar. Rumah ini sangat besar dan mewah. Aromanya wangi dan sejuk. Di lantai dua ini terdapat empat buah kamar, termasuk salah satunya kamar tempatku di sekap. Dari sini aku bisa melihat ke lantai satu. Perabotan, sofa, televisi dan lainnya tersusun dengan rapi. Sungguh ini seperti mimpi. Bagaimana caranya Rafa bisa memiliki rumah semewah ini hanya dalam waktu dua tahun saja? Selama kami menikah dulu, kami tinggal di rumah peninggalan orang tuaku. Rumah sangat sederhana. Kalau siang datang, rumah kami akan terasa sangat panas dan gerah, karena memang tidak ada loteng. Perabotan yang kami miliki pun sangat sederhana. Aku seperti terdampar di lembah mimpi ketika berada di rumah ini. Apalagi semua ini adalah milik Rafa—ayah dari putriku. “Jangan banyak melamun, ayo kita turun.” Rafa mengenggam tanganku dengan sangat lembut. “Eh ... Nisa sudah keluar. Masyaa Allah, Nisa cantik sekali. Ayo kesini, kita makan dulu. Mbak sudah masak ayam bakar, samba lado, telur dadar dan Sup tulang.” Mbak Rena menyambutku dengan sangat ramah. Ia melepaskan genggaman Rafa dan beralih memegangi lenganku, menuntunku kesalah satu kursi makan. “Rafa tidak menyakitimu lagi’kan, Sayang?” Mbak Rena berbicara sembari matanya melirik ke arah Rafa yang sudah duduk di depanku. Aku menggeleng, “Tidak, Mbak. Rafa memperlakukan aku dengan baik.” Aku berusaha memujinya di depan mbak Rena sebab aku tidak ingin membuat masalah dengannya. Aku melihat ia bersikap biasa saja. “Baiklah, Nisa makan dulu ya, makan yang banyak biar montok kayak mbak, hahaha.” Mbak Rena terkekeh, wanita itu memang sangat menyenangkan. Fisiknya memang berisi. Aku pikir posturnya sama seperti postur tubuhku dua tahun yang lalu. “Mbak nggak tau sich, dulu Nisa lebih gendut dari mbak, hahaha.” Rafa terkekeh dan berbicara sembari memperagakan seseorang berbadan geɱuk. “Tapi tenang saja, nanti  Rafa akan membuat Nisa kembali montok seperti dulu.” Dia mengedipkan matanya kearahku sambil tersenyum. Aku berusaha memalingkan wajah. “Mbak sengaja masak banyak hari ini. Karena siimut Amanda akan ke sini. Mbak sudah kangen banget sama celotehan gadis kecil itu.” “Mbak kenal Amanda?” Aku terheran-heran. “Tentu saja mbak kenal, Sayang, bahkan mbak sangat dekat dengan siimut itu. Mbak seperti menemukan sesuatu yang hilang.”  Mbak Rena tampak menerawang. “Jadi Amanda sering datang ke sini?” Aku menatap mbak Rena penuh tanda tanya. “Iya, sangat sering.” Aku mengalihkan pandangaku ke arah Rafa, “Jangan bilang kalau kamu sering mengajaknya bolos sekolah, Rafa.” Aku menatap Rafa dengan tajam. “Memangnya kenapa? Amanda adalah putriku, aku berhak membawanya kapan saja yang aku mau. Masalah sekolah gampang, nanti kamu yang akan mengajarinya di rumah.” Rafa kembali tersenyum memperlihatkan sederet giginya yang putih bersih. “Tapi Amanda tidak pernah cerita apa pun.” Aku kembali terheran. “Biasalah, Ayahnya akan membujuk putri kecilnya agar bisa merahasiakan semuanya kepada ibunya.” Mbak Rena menjawab semua dengan sangat enteng. Sikap mbak Rena membuktikan jika Rafa memang sangat baik kepada mereka semua. “Jadi kamu mengajariku putriku berbohong?” Aku melotokan mataku ke arah Rafa. “Berbohong demi kebaikan.” Rafa menjawab dengan entengnya. “Assalamu’alaikum ....” Aku mendengar suara Amanda dari arah belakang. “Wa’alaikumussalam.” Rafa langsung bangkit dan mengejar putri semata wayangnya itu. Menggendong dan memeluknya dengan sangat sayang. “Bunda... Amanda mau sama Bunda.” Amanda mencoba turun dari gendongan ayahnya. Ia menatap ibunya dengan perasaan rindu yang memuncak. Sementara aku segera menghampiri sepasang paruh baya yang datang bersama Amanda. Mereka adalah orang tua Rafa—mantan mertuaku. Aku menyalami mereka berdua dengan takzim. “Tolong maafkan Rafa ya, Nak.” Mama membisikkan kalimat itu ke telingaku sembari memelukku. Aku hanya bisa membalas pernyataan mama dengan senyuman. Bibirku terlalu kelu untuk mengucapkan sebuah kata. “Bunda, Manda kangen.” Amanda telah merentangkan tangannya untuk bisa digendong olehku. “Iya, bunda juga sudah kangen.” Aku memeluk dan menggendong Amanda, menghujani gadis kecil itu dengan ciuman kasih sayang. “Ayo kita makan dulu.” Mbak Rena menawari kami semua makan. Aku menggendong Amanda menuju meja makan dan mendudukannya di kursi yang ada di sebelahku. “Amanda sudah melupakan bibi ya?” Mbak Rena mengusap kepala Amanda dengan sayang. “Bibi ....” Amanda pun akhirnya memeluk dan mencium mbak Rena. “Rafa, ikut mama sebentar, mama mau bicara.” Aku mendengar mama mengucapkan itu dan mengajak Rafa agak menjauh dari kami. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Aku melihat sesekali Rafa dan mama menatap kearahku. Aku yakin, mereka berdua tengah membicarakan aku. Entah apa, aku tidak tahu dan tidak mau tahu. “Bunda, bunda ke mana saja? Kok bunda biarin Manda lama-lama di rumah nenek? Manda’kan kangen sama bunda?” “Hhmm ... bunda sedikit sibuk, Sayang ... maafin bunda ya.” Aku membelai puncak kepala Amanda dengan penuh kasih sayang. “Bunda, ayah sekarang sudah berbeda lho, ayah sudah kaya raya. Mengapa bunda nggak balikan aja sama ayah, biar keluarga kita bisa bersatu lagi seperti dulu. Mengapa bunda harus menikah dengan orang lain? Kata ayah, ayah itu sayang banget lho sama bunda.” Gadis kecilku mulai pintar berbicara. “Sayang, Amanda tidak akan mengerti dengan masalah orang dewasa. Sekarang Amanda makan dulu ya ....” “Tapi aku mau ayah dan bunda kembali bersama. Kata ayah, ayah akan membawa bunda kembali kepada kami. Ayah berjanji akan menyatukan keluarga kita lagi.” “Sayang ... bunda mohon, jangan bahas masalah itu lagi ya. Nanti juga Amanda pasti akan mengerti.” Aku bersusah payah mencoba menjelaskan semuanya kepada putriku. Entah apa yang sudah dikatakan Rafa selama ini kepadanya. Tapi Rafa memang sangat hebat dalam mempengaruhi putrinya. Amanda selama ini memang tidak pernah mengatakan apa pun kepadaku perihal ayahnya itu. yang aku tahu Amandaku masih baik-baik saja. Aku menitipkannya kepada nenek dan kakeknya selama aku bekerja dan semua masih baik-baik saja. Mantan mertuaku itu pun tidak pernah mengatakan apa pun kepadaku perihal Rafa. Semua terlihat baik-baik saja tanpa ada masalah. Entah bagaimana sekarang semuanya bisa terjadi seperti ini. Ini di luar kendaliku. *** *** *** Hai, Kesayangan ... Makasih lho buat yang udah mampir dan baca cerita ini. Buat teman-teman yang mampir ke sini, jangan lupa ya, intip ceritaku yang lainnya juga ... jangan lupa FOLLOW agar teman-teman dapat notifikasi setiap aku up cerita baru atau Up bab baru. Ada banyak pilihan cerita lho. #Romance (Mas Rei Series) 1. Hubungan Terlarang (Best Seller) (TAMAT) 2. [Bukan] Hubungan Terlarang (Sekuel Hubungan Terlarang) - TAMAT 3. Bukan Hubungan Terlarang 2 (Coming Soon) #Romance (Cinta beda agama) 1. Mentari Untuk Azzam (TAMAT) #Komedi Romantis Asyik 1. When Juleha Meets Bambang (On Going) #Romance (Kekuatan Cinta & perselingkuhan) 1. Bukan Mauku (TAMAT) 2. Bukan Mauku 2 (Sekuel Bukan Mauku) - Coming Soon 3. Menikahi Mantan Suami (TAMAT) 4. Putrimu Bukan Anakmu (TAMAT) 5. CEO'S Secret Marriage (Coming Soon) #Thriller (seru & mendebarkan) 1. EYES (TAMAT) 2. TERROR & OBSESSION (coming soon) #Fantasy 1. Pandora Kingdom (Coming Soon) Salam Sayang Penuh Cinta, KISS ... ## Vhie ##
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD