0

466 Words
"Senyum!" Violet mengerang tanpa suara ketika perutnya baru saja disikut oleh Nyonya Adriana. Nyonya, ya, begitu Violet memanggilnya. Perempuan paruh baya ini adalah Ibu Angkat Violet secara hukum. Namun, Violet tidak boleh memanggilnya dengan sebutan 'Ibu', 'Mama', ataupun 'Mom' kecuali dalam keadaan tertentu. Seperti misalnya hari ini .... "Hadu, cantik banget, Violet." Seorang wanita yang mungkin seumur dengan Nyonya Adriana menyapa Violet dan keluarga Barson dengan senyum ketika mereka memasuki ruangan restoran. Pertemuan keluarga ini diadakan di restoran Jepang dengan ruangan tertutup yang disewa khusus, jadi tentu saja tidak ada orang lain di sini. "Terima kasih, Auntie Kayla," balas Violet ramah. "Duduk dulu, kami sudah pesankan semua makanan untuk kalian." Pria paruh baya yang merupakan suami dari Kayla bersuara, namanya adalah Teddy. Dia Ayah Darren. Dan kedua orang ini adalah calon mertua Violet. Benar sekali ... calon mertua. Betapa bagusnya, bukan? Di umur yang bahkan baru mencapai kepala dua beberapa minggu yang lalu, Violet sekarang sudah mau dijodohkan. Tentu saja dia tidak bisa menolak. Selama ini, semua hidupnya sudah diatur dan ia tak punya kuasa untuk melawan semua itu, meski sebenarnya ia sangat ingin. "Jadi, kalian sudah putuskan?" Kayla kembali buka suara saat semua orang sudah duduk. Di depan Violet sudah ada pria yang akan ia nikahi. Sebenarnya, kalau boleh jujur, lelaki di depannya ini sangat tampan. Dia mapan, punya wajah yang oke, matanya juga bagus. Sayang, dia tidak pernah berkata apa pun sejak pertemuan pertama perjodohan ini. Ketika ia ditinggal berdua dengan Violet, dia lebih banyak diam dan Violet juga tak pandai mencari topik, mereka sungguh bukan pasangan yang saling melengkapi. "Tentu saja! Kami sudah bertanya pada Violet kemarin dan dia setuju kalau pernikahannya dipercepat menjadi seminggu lagi. Bukan begitu, Dear?" Mata Violet membulat sempurna mendengar penuturan Nyonya Adriana. Ia sama sekali tidak diberitahu soal ini sebelumnya. Sejak awal, Violet tidak punya andil dalam perjodohan ini, dia hanya dipaksa untuk ikut tanpa boleh melawan, seperti biasanya. Dan sekarang, dia tak punya pilihan untuk menjawab, selain .... "T-tentu, Auntie. Aku sudah mendiskusikannya pada Mommy dan Daddy, mereka bilang, lebih cepat lebih baik." Violet berbohong dengan lancar. Bahkan ekpresinya itu terlihat natural. Ini adalah bakat sekaligus musibah yang ia pelajari selama menjadi anak angkat Barson. "Wah! Bagus! Bukankah kau juga sudah tak sabar ingin menikahinya, Darren?" Kayla bertanya pada pria tampan di sebelahnya, alias, Darren, orang yang akan dijodohkan dengan Violet. Darren menoleh sejenak dan mengangguk kecil setelah ia terdiam agak lama. Pria itu sangat jarang berbicara dan sikap misteriusnya itu ... justru membuat Violet perlahan penasaran. Katakanlah mereka hanya dipaksa menikah atas nama perjodohan, tapi, Violet tahu sejak dua bulan yang lalu, di mana pertama kali pertemuan dengan keluarga Malferent pertama kali dilakukan, dia sudah merasa tertarik dengan pria dingin bermata biru itu. Dan sekarang ... sepertinya Violet telah memberikan hatinya, bahkan ketika ia tak sadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD