2

1449 Words
Kayla berlari sekencang mungkin menuju kamar mandi. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia lakukan tadi. Kejantanan yang besar dan panjang, cairan yang nikmat, ekspresi lenguhan yang merangsang. Haaah! Kali ini Kayla sungguh gila. Bahkan lebih gila dari sebulan yang lalu saat untuk pertama kalinya ia mencicipi kejantanan lelaki. Gila memang. Sangat gila. Kayla menatap wajahnya di cermin yang ada di kamar mandi. Matanya membola seketika, bukan tentang kejadian tadi yang membuatnya seperti itu, tapi apa ini? Cairan s****a? Ya Tuhaaan. Ceroboh sekali lo Kay. Gimana bisa lo nggak sadar masih ada sisa s****a cowok tadi menempel di wajah lo. Aaggggrrr! Kayla memutar kran dengan gemetar. Dengan cepat ia segera menampung air menggunakan telapak tangannya lalu membasuh muka cantiknya sedikit kasar agar s****a kering itu segera hilang. "Dasar ceroboooh." desahnya menyesal. Pasti pria itu sadar kalau yang memainkan kejantanan besarnya tadi adalah Kayla. Bagaimana ini? Kayla panik bukan main. Ia bahkan mondar-mandir di kamar mandi. Membuat pengunjung yang masuk ke dalam keheranan. Sepertinya kamar mandi bukan tempat yang baik untuk berpikir saat ini. Kayla segera melangkah keluar. Ia berniat untuk masuk ke dalam kamar ganti dan berdiam diri sedikit di sana. sepertinya akan jauh lebih baik jika ia di sana. Kayla baru saja setengah jalan menuju ruang gantinya ketika sebuah tangan kekar menahan geraknya cepat. Tubuhnya seketika terputar ke belakang membuat Kayla berteriak, tubuhnya terhempas dalam pelukan seseorang. Nyaman.—Batinnya. Namun hanya sebentar. Karena sedetik kemudian Kayla tersadar dan segera melepaskan pelukan tersebut. "Hai.." sapa seseorang yang tadi dipeluk Kayla. Namun mendadak Kayla merasa jantungnya sungguh sudah tak berfungsi. Bahkan ia sampai lupa cara untuk bernafas. Satu detik, dua detik, tiga detik. "Bernafaslah. Lo nggak lupa caranya nafas kan?" Huuuufff.. Seketika hembusan nafas berat terdengar keluar dari mulut Kayla. Membuat Andreas, pria yang menyapanya tadi tersenyum geli. "A—ada apa?" tanya Kayla seduktif. "Nggak. Gue cuma nyari lo. Minta pertanggung jawaban." Kayla mengernyit. Pertanggung jawaban apa? Dia hamil? Gila kali. "Maksud Lo?" tanya Kayla dengan menggunakan Lo Gue. Berani juga dia sama gue ternyata.- Batin Andreas. "Gue tahu apa yang lo lakuin di dalam tadi--" Andreas menjeda ucapannya. Lalu ia mendekat ke arah Kayla dan berbisik di telinga perempuan itu "sama Kejantanan Gue." Deg! Kayla memucat.  Bagaimana bisa pria di depannya ini tahu. Ini mimpi kan? apa wanita tadi yang mebritahukan? Tapi tidak mungkin. Tapi ini—Aaaa! Bagaimana nasib Kayla setelah ini. "L--lo tahu dari--" "Mudah saja. Karena kebodohan lo tentu saja." "Eh?" "Cairan cinta gue menempel di bibir lo." bisik Andreas lagi. Kayla semakin dibuat mematung dan pucat. Ternyata ini karena kebodohannya sendiri. "Bagaimana? sudah paham? Ke-bo-do-han-lo." ucap Andreas sambil menekankan kata kebodohan pada Kayla. Siaaall Kayla sungguh tak bisa dibuat berkutik. "Apa mau Lo?" tanya Kayla akhirnya pasrah. Seketika senyum setan terbit dari bibir Andreas. "Mudah saja. Gue lihat tubuh lo seksi dan cocok jadi model gue." Apa? Si gila ini bilang apa? Model? Modelnya? Taakk! Awww. Kayla meringis karena keningnya dijentik oleh Andreas cukup keras. "Gue minta lo jadi model gue. Bukan jadi orang bodoh yang kehilangan akal." ucap Andreas sinis. "Lo kalau ngomong bisa di saring nggak sih? Ngatain gue aja dari tadi." "Sayangnya nggak. Lo emang bodoh di mata gue. Ya lo liat aja contohnya. Kerja tak bersih." "Lo--" "Udah. Gue males berdebat. Kalau lo nggak mau, siap-siap aja nasib lo berakhir buruk karena sudah lancangnya bermain dengan junior gue tanpa seizin gue. Wajah Kayla memerah. Ingatan tentang bagaimana ia mengulum milik pria di depannya ini tadi terlintas dengan tak sopannya di otak cantiknya. "Lo ngancem gue?" tanya Kayla tak bisa terima. Andreas mengangkat bahu. "Terserah lo nganggep ini apa. Yang jelas ini tawaran dari gue." "Lo mau jadiin gue p*****r?" "May be." Jawab Andreas tak jujur. Bukan p*****r, tapi model. Siapa suruh wanita di depannya ini terlalu baper. "Brengsek." "Jaga ucapan Lo." ancam Andreas tak suka. "Kenapa? Emang lo b******k. Memanfaatkan seorang gadis kayak gue." "Apa? Gadis? Gue nggak salah denger?" Andreas mengerjap tak percaya. Gadis? Mana mungkin perempuan ini masih gadis. Bahkan cara dia bermain dengan juniornya tadi kayak wanita berpengalaman. Kayla kembali merutuki kebodohannya. Ia keceplosan mengatakan kalau dirinya seorang gadis. "Tadi lo bilang apa?" ulang Andreas bertanya sambil mendekat. Kayla yang gugup langsung mundur sampai punggungnya menubruk dinding yang dingin. Sementara Andreas semakin terus menghimpit tubuhnya. "Ma--mau lo apa?" "Jawab pertanyaan gue tadi. Lo masih perawan?" "Bu--bukan urusan lo." "b******k. Tinggal lo jawab aja susah amat sih. Atau mau gue laporin polisi atas kelancangan Lo?" Deg.! Brengsek ini cowok. "Kalau ia kenapa? Apa mau lo?" Mendadak Kayla merinding saat senyum misterius terbit di bibir Andreas. "Bagus. Mulai hari ini lo resmi jadi model gue” "WHAT?" Andreas menutup telinganya karena pekikan Kayla yang mendenging di telinganya. "Apaan sih Lo." "Lo yang apa-apaan. Ada hak apa lo nyuruh gue jadi model lo? Berani bayar berapa Lo?" tantang Kayla jengah. Seketika Andreas tertawa terbahak-bahak mendengar keberanian Kayla padanya. "Gila lo ya." sinis Kayla. Andreas memegang dagu Kayla kuat dan mengarahkan wajah gadis itu padanya. "Jangankan Lo. Beli diskotik ini gue mampu. Asal lo tahu, gue tinggal minta sekretaris gue bicara dengan pemilik di sini dan gue pastikan hanya hitungan satu detik, Lo akan didepak dari sini." Kayla lagi-lagi melongo tak percaya. Sebenarnya siapa orang yang kini berdiri di depannya. Apa sebenarnya jabatan pria ini. "Siapa lo sebenarnya?" tanya Kayla tanpa basa-basi. "Bagus sekali. Akhirnya lo nanya juga. Gue Andreas, Andreas Praditya Erlangga. Suasana hening seketika, sampai sedetik kemudian, tawa keras terdengar dari mulut Kayla membuat Andreas mengernyit bingung. Gila ni cewek. "Lo bilang apa tadi? Lo siapa? Andreas Praditya Erlangga? Hahahaha." Kayla masih tertawa. Perutnya terasa geli. "Hahaha. Kalau lo Andreas Praditya Erlangga, kenalin gue Chelsie island. Hahahah." Shit. s****n ni cewek. Nggak percaya dia siapa gue. Kayla masih tertawa mengejek. Sedangkan wajah Andreas sudah merah padam karena emosi. Dengan cepat Andreas mengeluarkan ponselnya dan mencari data dirinya lewat internet dan membuka bagian gambar yang memang menampilkan fotonya dengan sangat gagahnya. Andreas mengarahkan ponsel itu pada Kayla. Awalnya Kayla belum sadar sampai ia akhirnya menatap foto tersebut dan lambat laun tertawanya berubah menjadi suara batuk karena tersedak. Andreas tersenyum meremehkan. Senyuman jahat muncul begitu saja di bibir tebalnya. "Haha--haha. Ini--" "Gue Andreas Praditya Erlangga. Dan setau gue Chelsie Island tak se bar bar lo." Glek. Kayla kesusahan menelan ludah. Seolah yang dia telan saat itu adalah bongkahan batu besar. "Lo--lo beneran--" "Andreas." sahut Andreas cepat. "Dan sepertinya Lo udah lakukan kesalahan lagi." "Tu--tuan saya--" "Cih. Tadi udah kayak singa, sekarang seperti kucing kelaparan." Sialan ni cowok. "Lo gue maafin. Asalkan lo mau jadi model gue." ulang Andreas yang kali ini lengkap dengan sedikit penekanan seolah ingin mengatakan gue nggak mau dibantah. "Tap--tapi saya--" "Iya atau tidak?" ulang Andreas tegas. Andreas mengambil ponselnya dan menekan layar ponsel itu. "Mau ngapain?" tanya Kayla. "Telpon atasan Lo." Kayla diam tak merespon. Karena memang ia yakin lambat laun ia akan didepak dari sini. Andreas menyadari kediaman Kayla. Ia sedikit membuang muka, lalu kembali memasukkan ponsel dalam jaket denim hitam yang dia kenakan. "Bagaimana?" tawar Andreas lagi. "Baiklah tapi--" "Tak ada tapi tapian." sergah Andreas cepat membuat Kayla menatap tajam kearahnya. "Mana bisa begitu. Gue nggak mau jadi b***k lo terus." "Yang bilang lo b***k gue siapa?" "Itu sama saja sialan." "Bahasa lo tolong di kontrol." "Bukan urusan lo." Andreas mengumpat kasar. Ia geram melihat Kayla yang selalu menjawab ucapannya. Tapi sebisa mungkin ia menahan untuk tak meledakkan amarahnya. "Jadi bagaimana? Iya atau tidak?" "Gue bilang nggak pun lo pasti akan memaksa." ucap Kayla kesal. "Itu lo tahu. Jadi itu artinya lo setuju. mulai hari ini, Lo jadi model di perusahaan gue Untuk--" "Gue nggak mau terikat. Selain ini gue masih ada kerjaan lain." "Apa? Wanita bayaran?" Kayla menatap Andreas tajam. "Setidaknya bukan sebagai pelacur." ucap Kayla sangat sinis. "Berhenti dari sana." "Untuk yang satu ini, Lo nggak berhak campuri. Ini kerjaan gue dari dulu" "Oke. Silahkan lo cari kerja di sana, tapi siap-siap saja video lo yang hisap kejantanan gue tersebar di dunia maya." Kayla merasakan dunianya berhenti seketika. Ia memucat dan mematung. Apa-apaan ini. Video? Apa ruangan itu ada CCTV nya? Tapi sepertinya untuk jadi badut ini, Kayla tak mau dilarang. Mungkin saat ini ia harus melawan. "Terserah lo. Mau lo sebar gue nggak peduli. Yang jelas setelah lo sebar, jangan harap lo bisa maksa gue kerja jadi model lo dan asisten pribadi lo." Andreas mengeram tak percaya. Kayla cukup berani jika ia lihat. Karena selama ini tak ada yang berani melawan seorang Andreas. Tatapan tajam bak ujung pedang yang runcing berhasil Andreas hunuskan pada mata indah seorang Kayla. Namun bukannya takut, Kayla justru melakukan hal yang sama. "Baiklah. Apa pekerjaan lo itu?" "Badut." Hening. Suasana langsung hening. "Apa?" seolah tak percaya dengan pendengarannya. Andreas mencoba bertanya kembali. "Kerjaan gue jadi badut." "Badut?" *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD