Pagi menyambut dengan sinar, matahari yang hangat dan semilir angin yang mengayunkan daun-daun padi di hamparan sawah desa Sukajadi, di antara hijaunya ladang, tampak pria asing berjalan perlahan menyusuri pematang, pakaian nya lusuh, wajahnya sedikit berdebu, tapi sorot matanya teduh dan langkahnya mantap.
"Namanya bima__"meski di desa ini, ia memperkenalkan diri sebagai Ardi, ia bukan petani biasa, ia adalah seorang dokter spesialis jantung ternama dari jakarta, yang kini memilih menyamar sebagai orang biasa demi mencari makna cinta sejati.
"Beberapa bulan lalu, hidupnya berguncang, tunangannya meninggalkannya karena kecewa saat mengetahui bima menyumbangkan hartanya untuk membantu pasien tak mampu,.... "ia di anggap terlalu idealis. terlalu baik. untuk hidup dalam dunia yang realistis.
"Sejak saat itu, bima memutuskan untuk pergi, ia butuh waktu untuk menenangkan diri, menjauh dari dunia rumah sakit, dan melihat dunia dari sisi lain___ "dari balik kesederhanaan hidup petani.
"Di rumah panggung milik pak Dudung, pria tua yang hangat dan bijak, bima mulai menjalani kehidupan barunya, ia mencangkul, menyiram tanaman, dan sesekali ikut mambantu tetangga..."memperbaiki kandang kambing walau tubuhnya pegal___"jiwanya terasa lebih ringan.
"Dan disitulah ia pertama kali melihat Laras..
"Gadis desa berambut panjang dan senyum teduh itu sering melewati jalan setapak di depan rumah pak Dudung, setiap pagi, Laras membawa kotak obat ke puskesmas"....mengenakan seragam sederhana dengan sepatu kets usang, "tapi langkahnya mantap, dan penuh semangat.
"Mas Ardi"..."yaa, sapa Laras suatu pagi, sambil menunduk sopan.
"Bima sedikit terkejut, suara itu lembut, seperti alunan musik pagi.
"Iya"..."mbak"!! saya baru pindah kemarin, jawabnya sambil tersenyum.
"Aku Laras, rumahku dibelakang balai desa, kalau butuh apa-apa jangan sungkan ya. ucap Laras sambil tersenyum tipiss.
"Bima hanya mengangguk, ada sesuatu dalam diri Laras, yang membuatnya sulit berpaling, bukan kecantikan semata, tapi aura tulus dan hangat yang jarang ia temukan di jakarta.
"Sejak pertemuan itu, mereka sering saling sapa, Laras kadang lewat sambil membawa buah atau makanan dari ibunya untuk Ardi, "Bima menerima dengan malu-malu, tak ingin menaruh harapan, tapi sulit menolak perhatian kecil itu.
"Mas Ardi pasti belum biasa hidup di desa yaa, tangannya kelihatan lecet semua, "komentar Laras saat suatu sore mengantarkan pisang goreng ke rumah pak Dudung.
"Masih belajar jadi petani, mbak, tadinya kerja kantoran,"jadi belum terbiasa,"jawab bima sambil tersenyum kecil, menyembunyikan pakta bahwa ia dulunya terbiasa memegang stetoskop, bukan cangkul.
"Laras terkekeh, pelan-pelan aja mas, nanti juga terbiasa.
"Hari-hari berlalu, bima mulai merasa betah, warga desa menerima nya dengan ramah.... "meskipun tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, tapi satu hal yang paling mengusik pikirannya adalah..."Laras".... semakin sering mereka bertemu, semakin dalam rasa yang tumbuh di hatinya.
"Namun bima sadar, bahwa ia sedang menyimpan rahasia besar".... "Laras mengenalnya sebagai Ardi__"petani baru yang belajar hidup sederhana, ia takut.? jika nanti Laras tahu siapa dirinya sebenarnya_____seorang dokter kaya dari kota besar"...... semua ketulusan itu akan berubah.
"Malam itu, bima duduk di serambi, rumah pak Dudung, di langit...."bintang bertaburan, seolah sedang berbisik tentang masa depan yang tak pasti, ia menatap langit sambil bertanya pada dirinya sendiri?...."mampukah aku mencintai seseorang dengan jujur, tanpa harus menyembunyikan siapa diriku sebenarnya.
"Angin malam berhembus pelan, dan jauh dihati, bima tahu"...bahwa petualangan cintanya baru saja dimulai..