aku kebingungan. dimana Tuhan berada. satu persatu aku datangi. disini tempat lalu lintas Hyang widi wase. tutur penjaga pura aku hanya boleh masuk sampai ke batas pintu dari bambu yang dianyam. bangunan ini mirip candi. seharian aku duduk menunggu lewatnya Sang Hyang Widi wase. tapi tak ada tanda tanda. esok nya penjaga pura itu mendapatkan aku di tempat yang sama.
kau harus membawa bebanten. seorang perempuan menunjukan bebanten padaku. aku membawanya. tapi tak kunjung kudapat jejak kehadirannya.
kau tak bisa memangku bebanten persembahan itu sepanjang hari. harus ditaruh di salah satu sudut. tapi sudut itu sudah ada pemiliknya semua. ... aku pusing.. aku memilih pergi keluar dari tempat itu. kumakan buah di bebanten itu satu persatu.. sampai habis.. langkahku terhenti di dekat gereja.
suara puji pujian menggema dari dalam Gereja. aku merasa tenang
kutalingkan telinga. aku sungguh penasaran. kulihat semua mendapatkan sekeping roti lalu meletakkan di lidah. itu roti komunitas jelas penjaga itu .bisakah aku mendapatkan roti itu. aku sunnguh ingin tahu.
aku masuk ke gereja. penjaga itu mendapatkan roti dan diberikan padaku. itu roti tak beragi. itu tubuh Yesus. jelasnya. Yesus itu yang disalip. aku melihat patung di salip dengan tangkai palm meneduhi kepala . kalau yang mereka minum itu darah Yesus. tunjuk nya pada orang yang memegang piala dari pintu kecil di samping altar.
aku bingung. mereka memakan tubuh dari orang yang mereka pertuhankan. meminum darahnya dari orang yang menebus dosa dosa mereka. kulihat patung bunda Maria mengalirkan air mata darah.
sungguh kasihan sekali. untuk memasuki hati manusia harus rela di makan untuk penyatuan.
langkah langkah bergegas orang orang di jalan ini hendak kemana. wajah wajah mereka tampak tenang. satu persatu duduk merapikan di depan stupa. patung Buddha. diam dalam tenang. irama dentingan mengalir magis. puja mantra menggumam. aku terhanyut dalam keheningan yang sakral.
dalam hidup seperti budha kita perlu melakukan darma. untuk mencapai kebeningan jiwa.
hidup harmonis dengan alam sekitar nya. hidup damai sejahtera bersama manusia di bumi yang sama. Dimanakah Tuhan.
carilah rumah di alamat yang benar dan tepat untuk mendapatkan yang ingin kau cari.
Dimanakah rumah Tuhan. kata ayahku Baitullah ada di makkah. di sana ada bangunan persegi berwarna hitam. orang dari seluruh penjuru dunia datang untuk mengilingi kabah . berharap bertemu Tuhan.
aku pun ingin membuatkan rumah untuk Tuhan singgah. bangunan persegi hitam yang seukuran rumah sangat besar. Tuhan Maha Besar. aku pun membuatkan rumah yang besar. berharap Tuhan berkenan singgah.
Tapi Tuhan tak pernah meninggalkan jejak dalam rumah yang kuberikan. padahal aku sudah berikan bebanten di depan pintu. sampai buah buah itu mengering. aku coba dengan lagi pujian. sampai aku naik ke pagar batu memanggil Tuhan untuk datang. aku naik semakin tinggi sampai ke pohon terdekat. Tuhan aku berikan rumah di sini. Datanglah
aku ingin bertemu. teriakku setiap hari dari pucuk pohon mangga di belakang bangunan.
aku bingung. kenapa Tuhan tak kunjung datang. apakah teriakan ku tak terdengar. bagaimana cara berbicara agar Tuhan mendengar aku . harus kemana aku untuk menemukan Tuhan.
kamu harus berdoa. .. kata ayahku. berdoa seperti apa.
aku mendapati seorang perempuan mengadukan nasibnya pada patung emas yang di simpab dalam lemari kayu . tangannya menyembah nyembah. suatu hari aku mengambil dan menyembunyikan patung itu. aku bertanya pada perempuan itu. apakah kamu kehilangan Tuhan mu. itu dewa bukan Tuhan. jawabnya. siapakah yang menciptakan dewa. Tentu saja Tuhan Sang Maha Pencipta. kalau ada Tuhan yang Maha segalanya. kenapa hanya menyembah ciptaan nya. bukankah lebih baik menyembah pada Tuhan Yang Maha Segalanya . perempuan itu sekarang tak lagi mencari patung emasnya untuk berdoa.