01

1668 Words
Disinilah Zoey saat ini, menemani sang ibu menilik peternakan mereka. Zoey semakin merasa kesal dan cemberut karena ternyata Joe tetap ikut mengawal mereka ke peternakan. "Kenapa sih dia selalu ada dihadapan mataku?!" Batin Zoey mendengus kesal.   "Joe! Tolong bantu bawakan ini ya." Pinta sang Ratu pada Joe untuk membawakan makanan ternak ke dalam kandang kuda. "Baik Yang Mulia Ratu, biar saya yang membawanya." Sahut Joe sambil sedikit membungkukkan badan di hadapan ibunya Zoey itu. Zoey semakin merasa kesal melihat kejadian itu, kesal pada ibunya mengapa harus menyuruh Joe bukan pengawal yang lain, kesal pada Joe yang selalu sopan profesional di hadapan ibunya.   "Haish! Mom, kalau cuma itu aku juga bisa membawanya, tak perlu meminta tolong pada Joe!" Protes Zoey pada ibunya sambil menghentakkan kaki melangkah merebut setumpuk jerami untuk makanan kuda itu dari tangan Joe. Joe hanya menatapnya datar tetap acuh pada segala perlakuan Zoey. "Dasar wanita sok kuat! Tak pernah berubah!" Batin Joe dalam hati, melihat Zoey berjalan masuk ke kandang kuda sambil membawa tumpukan jerami itu.   Sang Ratu merasa tak enak hati terhadap sikap putrinya itu. "Maafkan dia Joe, suasana hatinya sedang tidak bagus." Ucap Sang Ratu. "Tidak apa yang Mulia, saya bisa mengerti." Sahut Joe sopan dan sang Ratu tersenyum. Zoey keluar kembali dari kandang kuda dan tersenyum bangga. "Lihat mom, aku bisa melakukannya kan, tak perlu selalu memanggil Joe." Ucap Zoey sinis namun tak berani melihat ke arah Joe, merasa bahwa Joe saat ini sedang menatapnya. "Baiklah, apapun yang ingin kau lakukan, silahkan lakukan saja. Sekarang mom ingin berkuda, kau mau ikut atau tidak?" Tanya sang Ratu pada putri tunggalnya itu. "Apa dia juga ikut berkuda?!" Tanya Zoey sinis sambil menunjuk ke arah Joe tapi tetap tidak mau melihat ke arahnya. "Tentu saja, dia akan selalu mengawal kemanapun kita melangkah putriku." Jawab sang Ratu. "Kalau begitu aku tidak ikut berkuda, aku menunggu disini saja memberi makan hewan lainnya." Ucap Zoey sambil melangkah ke kandang lainnya. "Joe, kau jaga Zoey disini ya, saya akan berkeliling dengan yang lain menyapa pekerja di seluruh peternakan ini." Perintah sang Ratu pada Joe dan langsung menghentikan langkah Zoey, membuatnya menoleh protes pada ibunya. "Mom..., kenapa dia yang mengawal aku?! Aku tak mau! aku dikawal oleh lainnya saja! Lagipula disini aman, jadi aku tak membutuhkan pengawal disini mom." Protes Zoey. "Itu perintah dari ayahmu Zoey, dalam daftar tugas pengawalan yang dibuat ayahmu, Joe telah ditugaskan dalam tim pengawalan terhadap dirimu, jadi wajar saja kalau dia selalu harus mengawalmu kemanapun kau melangkah." Sahut sang Ratu. "Apakah dia juga harus mengawalku saat aku melangkah ke kamar mandi?!" Pertanyaan sinis dari Zoey ini langsung mendapat respon tak suka dari sang Ratu. "Jaga mulutmu Zoey! Kau tak sopan bersikap dan berkata seperti itu terhadap Joe.!" Tegur sang Ratu merasa sang putrinya sudah sangat keterlaluan.   Joe sedari tadi hanya terdiam terus menatap ke Zoey, semakin membuat Zoey tak mampu mengendalikan pikiran dan sikap dirinya. Padahal tak pernah Zoey bersikap tidak sopan seperti itu pada siapapun terutama pada kedua orang tuanya selama ini.  "Maafkan aku mom, aku hanya sedang kesal hari ini." Ucap Zoey menunduk dengan nada lembut.  Sang Ratu menghela napas lalu tersenyum melihat putrinya menyesali sikapnya. "Baiklah, Joe akan ikut mengawal mom, tapi kau harus berjanji akan berhati-hati selama mom berkuda berkeliling menyapa para pekerja." Ucap sang Ratu, membuat Joe juga Zoey spontan menatap sang Ratu bersamaan, namun dengan raut wajah berbeda. Zoey berbinar senang, sedangkan Joe sedikit kecewa namun segera diganti dengan raut wajah datarnya.   Joe akhirnya ikut mengawal sang Ratu berkeliling dengan kuda. Namun dia juga tetap mengawasi Zoey dari kejauhan dengan menggunakan teropongnya. Sang Ratu yang melihat tanggung jawab pada diri Joe terhadap tugasnya mengawal Zoey, merasa senang dan tersenyum pada Joe. "Terima kasih Joe, kau selalu tetap mengawasinya dan memastikan putriku aman meski dari jarak jauh." Ucap sang Ratu dan Joe hanya membungkuk hormat pada Sang Ratu. "Joe, apa kau tahu alasan Zoey tak menyukaimu dan sangat tidak ramah padamu? Karena dia tak pernah seperti itu terhadap pengawal kerajaan lainnya." Tanya sang Ratu. "Maafkan saya yang Mulia, tapi saya juga tidak mengetahui alasan Princess tidak menyukai saya." Jawab Joe menutupi segala yang telah terjadi di masa lalu mereka berdua. "Sudahlah, kalau begitu kita biarkan saja, kuharap kau bisa tetap bersabar terhadap sikap Zoey padamu." Ucap sang Ratu dan Joe kembali mengangguk hormat. "Aku selalu bersabar padanya, sampai kapanpun langkah hidupku akan selalu menuju padanya. Meski dia tak mampu bersabar padaku." Batin Joe dalam hatinya.   Joe melihat teropongnya lagi ke arah Zoey, lalu mendadak memacu kudanya dengan sangat cepat meninggalkan Sang Ratu dengan pengawal lainnya, membuat mereka semua terkejut. "Ada apa Joe?!" Seru sang Ratu. "Princess terjatuh dari pagar kandang  yang Mulia." Jawab Joe. Sang Ratu pun tersenyum, dan memberi kode tangan pada pengawal lainnya untuk membiarkan Joe pergi sendirian ke tempat Zoey. "Dasar putriku yang sok kuat! Kasihan Joe." Ucap sang Ratu dengan suara lirih. ****   "Princess, anda baik-baik saja?" Tanya Joe langsung turun dari kudanya dan menghampiri Zoey. Zoey terkejut dengan kedatangan Joe, bagaimana dia tahu kalau aku terjatuh? Dan pertanyaan itu segera terjawab dengan sendirinya saat Zoey melihat teropong menggantung di leher Joe. "Aku baik-baik saja, kembali sana mengawal mommy, tak usah peduli padaku." Ucap Zoey sinis. Joe tidak menuruti perkataan Zoey, dia langsung menggendong Zoey ala bridal style menuju tempat teduh di sebuah kandang, dan mendudukkannya disebuah kayu besar. "Kaki anda terkilir, anda tak akan mampu berdiri sendiri apalagi berjalan, jadi anda tidak dalam keadaan baik-baik saja princess." Ucap Joe tegas dengan wajah  datar, tetap menjaga profesionalitasnya sebagai pengawal kerajaan. "Aku baik-baik saja! Aku tak butuh dikasihani apalagi olehmu!" Bentak Zoey dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Joe. Zoey akhirnya menunduk kalah dalam pertarungan tatap mata dengan Joe.   Zoey akhirnya membiarkan Joe menyentuh kakinya yang terkilir, melepaskan boot dari kaki Zoey, lalu memijatnya perlahan. Zoey meringis kesakitan saat nyeri itu tersentuh. "Tahanlah sedikit, akan sakit sesaat namun setelahnya anda akan bisa berjalan lagi, kecuali anda masih ingin digendong oleh saya." Ucap Joe sedikit menggoda Zoey, mengingat di masa lalu Zoey sangatlah manja jika bersama Joe, menghilangkan segala kemandirian dan kekuatannya. Zoey merasa wajahnya memanas, dan memastikan pasti rona merah ada di wajahnya saat ini. Tanpa sadar sedikit senyuman menghias wajah Zoey saat ini mendengar ucapan Joe baru saja. "AAAAAA!!!!" teriak Zoey saat pergelangan kakinya sedikit diputar dan ditarik oleh Joe hingga berbunyi klek, suara tulang yang kembali pada posisinya. "Sudah, sekarang anda bisa berjalan sendiri." Ucap Joe mendongak menatap Zoey, kali ini dengan lembut, dan menyentuh kembali hati Zoey yang juga menatapnya. "Terima kasih." Ucap Zoey dan Joe hanya tersenyum lalu berdiri melangkah hendak keluar dari kandang itu. "Kenapa kau tak menemuiku waktu itu?" Akhirnya pertanyaan yang selama 15 tahun mengganggu pikiran Zoey itu terucap juga langsung pada orangnya.  Joe menghentikan langkahnya tanpa berbalik menoleh ke Zoey. "Untuk apa saya menjawab kejadian yang sudah lewat di masa lalu?" Joe balik bertanya. "Karena aku tak pernah bisa menjalani masa depan, akibat kejadian di masa lalu itu, aku selalu menunggu jawabmu Joe." Jawab Zoey.   Joe hanya terdiam sesaat, namun senyuman tersungging di wajahnya, karena sadar bahwa wanitanya masih menunggunya. Tapi Joe tetap menahan dirinya untuk tidak berbalik dan memeluk wanitanya itu. "Karena saya tidak memiliki kelayakan apapun atas diri anda Princess, baik di masa lalu, sekarang dan mungkin hingga masa depan." Ucap Joe lalu melanjutkan langkahnya keluar dari kandang, menutup telinganya dengan kuat supaya tidak mendengar Isak tangis dari wanitanya itu. Zoey menangis, terisak mendengar jawaban Joe barusan. Salah dirinyakah jika harus terlahir sebagai putri kerajaan? Salahkah cintanya yang telah jatuh pada seorang pria dari kasta dibawahnya?. Zoey terus terisak menangis, sedangkan Joe di luar kandang terus mengepalkan kedua tangannya dengan sangat keras, menahan dirinya untuk tidak kembali ke dalam dan memeluk wanitanya. "Joe, dimana Zoey?" Tanya sang Ratu yang saat ini sudah kembali dari berkeliling dan turun dari kudanya. Joe langsung membungkuk hormat pada sang Ratu di hadapannya. "Yang Mulia, princess ada di dalam. Kakinya sedikit terkilir namun sudah saya berikan pertolongan pertama, tapi mungkin masih sedikit nyeri." Jawab Joe. Sang Ratu segera masuk ke dalam untuk melihat putrinya, dan menjadi sangat cemas. "Zoey, apakah rasanya sangat sakit sekali hingga kau menangis seperti itu?" Tanya sang Ratu cemas melihat putrinya menangis terisak di dalam kandang. Zoey pun terkejut dan segera menyeka airmatanya dengan tangan. "Iya mom, sakit sekali rasanya." Jawab Zoey namun dengan maksud yang berbeda dengan yang dipertanyakan oleh ibunya.   Sang Ratu mulai curiga dengan sikap Zoey, putrinya itu. Dia tak pernah menangis seperti itu jika hanya sekedar terkilir kakinya. Zoey bukanlah putri yang manja, tapi mengapa sekarang menangis nya seperti terluka parah? "Kita pulang saja ya, mom akan meminta Joe mengangkatmu hingga ke mobil." Ucap sang Ratu, dan kali ini Zoey tidak protes apapun hanya menangis. Sang  Ratu pun merasa sangat cemas dengan kondisi putrinya. "Joe, tolong angkat Zoey sampai ke mobil ya, kita pulang sekarang." Perintah sang Ratu dan Joe mengangguk hormat menuruti perintah sang Ratu.   Zoey masih tetap menangis, dan hanya diam menurut saat Joe mengangkat tubuhnya. Zoey ingin sekali melingkarkan tangannya ke leher Joe dan menenggelamkan wajahnya ke d**a Joe saat itu, ingin bermanja seperti dulu, tak bisa Zoey hanya melipat kedua tangannya di d**a  dan menutup mata tak mampu menatap Joe dengan air mata terus mengalir di pipinya. Joe juga merasakan hatinya sangat pedih melihat wanitanya menangis seperti itu, terlebih wanitanya menangis karena dirinya, tapi Joe tak bisa menghapus air matanya. Joe hanya terus berjalan menatap ke depan menuju mobil kerajaan.   Lirih namun mampu didengar oleh Zoey. "Maafkan aku Zoey." Ucap  Joe drngan sangat lirih disaat menggendong tubuh Zoey mendekati mobil.  Zoey terhenti sesaat menangisnya dan membuka matanya menatap Joe yang masih menatap ke depan. Suara Joe terdengar lagi meski lirih. "Maafkan aku mencintaimu." Ucap Joe lagi lirih namun tetap menatap ke depan. "Joe...???" Ucap Zoey terkejut mendengar ucapan Joe barusan. Joe mendudukkan Zoey perlahan ke dalam mobilnya di kursi penumpang tengah. Saat kepala Joe tepat di depan wajah Zoey, Zoey pun membisikkan sesuatu lirih pada Joe. "Terima kasih Joe." Bisik Zoey dan Joe menoleh menatap Zoey lalu tersenyum dan mengangguk hormat pada Zoey. Hati Zoey mulai membaik dengan ucapan Joe tadi. Sepanjang perjalanan kembali ke istana, Zoey mulai dapat sedikit tersenyum menikmati perjalanannya berbeda dengan saat berangkat tadi.   Sang Ratu mulai menatap dan memperhatikan  perubahan Zoey dari berangkat hingga pulang. Sang Ratu mulai menaruh curiga terhadap Zoey dan Joe. Sang Ratu merasa perlu memeriksa lebih rinci lagi tentang kehidupan Joe.   "Saya ingin kau memberikan data selengkapnya tentang Joe juga keluarganya dan asal usulnya."  Sebuah pesan dikirim oleh Sang Ratu pada kepala pengawal kerajaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD